Opini

TANGIS KOSMIS DI UJUNG RAMADHAN (6) 

TANGIS PARADOKS PERADABAN

Drs Maman Supriatman, M.Pd. — Satu Indonesia
09 April 2025 09:51
TANGIS KOSMIS DI UJUNG RAMADHAN (6) 
Ilustrasi - Menuju cahaya sejati (Foto: Satuindonesia.co/Mulyana)

JANGAN kau ratapi berlalunya Ramadhan. Ratapi dirimu yang masih sama. Semesta menangis bukan karena ia pergi, tapi karena kau tak jadikan ia tetap hidup dalam sikap, pilihan, dan perlawanan


Di penghujung Ramadhan, langit seolah menangis dalam diam. Bukan tangis kehilangan, melainkan renungan kosmis atas manusia yang kembali terlena usai sebulan berjibaku dengan diri. 


Di sini, di ambang batas antara sakral dan profan, Ramadhan memantulkan pertanyaan paling radikal: “Jika ritual ini hanya meninggalkan lapar yang kosong, lalu apa arti kita sebagai hamba?” 


Ramadhan adalah cermin retak yang memantulkan paradoks peradaban. Di satu sisi, ia bulan pelatihan jiwa: kita menahan lapar, mematikan gairah konsumsi, dan menyepi dalam dialog dengan Yang Mutlak. 


Di sisi lain, zaman memaksa kita hidup dalam algoritma yang menjajah perhatian: scroll TikTok lebih menggoda daripada tadarus, likes lebih memabukkan daripada lailatul qadar.  


Nabi ﷺ bersabda: 


“Akan datang suatu masa di mana manusia menyembah berhala bernama ‘nafsu’.” (HR. Ahmad). 


Ramadhan adalah perlawanan terhadap berhala itu. Tapi, berapa banyak dari kita yang keluar dari bulan ini dengan jiwa yang reborn, bukan sekadar badan yang lemas?  


Generasi Z dan Tragedi Spiritual

 

Data Universitas Al-Azhar (2023) itu ibarat tamparan: 68% generasi muda lebih hafal lirik lagu viral daripada ayat suci. 


Tapi di balik angka suram ini, ada cahaya: komunitas digital “Hijrah 2.0” sedang menciptakan bahasa baru. Mereka mengubah tilawah jadi challenge, sedekah jadi streak, dan tafsir Qur’an jadi podcast.


Inilah pertempuran zaman: algoritma vs aqidah. Seperti kata Yuval Noah Harari, “Manusia adalah makhluk yang bisa di-hack melalui cerita dan permainan.” 


Maka, jika kapitalisme merayakan Black Friday, mengapa kita tak merancang “Jihad Friday”, di mana level up bukan diukur dari gengsi, tapi dari seberapa tulus kita memberi?  


Puasa yang Menggugat: Dari Ritual ke Revolusi


Ramadhan sejati bukan tentang menahan makan, tapi membongkar sistem nilai yang membelenggu. Ketika kita berpuasa dari gosip, tapi masih diam melihat ketimpangan, apakah itu puasa? Ketika kita menahan haus, tapi tak peduli pada sungai yang tercemar, apakah itu ibadah?  


Kapitalisme global, dengan mantra growth above all, telah mengubah manusia menjadi mesin konsumsi. Ramadhan mengajak kita menjadi hacker sistem ini: hidup minimalis, berpikir radikal, dan membangun solidaritas tanpa tagar. 


Seperti pesan Syekh Imran: “Dajjal punya AI, tapi kita punya tauhid; teknologi hati yang tak bisa direplikasi.”  


Epilog: Alarm Akhir Zaman


Di ujung Ramadhan, sunyi itu berbicara. Ia bukan kesedihan, melainkan silent scream semesta yang menuntut jawaban: “Apa yang kau bawa dari puasamu? Apakah sekadar sertifikat ‘tahan lapar’, atau api yang siap membakar kemunafikan zaman?”


Kita hidup di era di antara dua tangis: tangis malaikat atas dosa manusia, dan tangis bumi yang terkoyak keserakahan. Ramadhan adalah bootcamp untuk mengasah kepekaan merasakan tangisan itu. 


Jika kita gagal, maka, seperti peringatan Nabi ﷺ, “fitnah akan datang seperti gelombang malam, menghapuskan iman sebagaimana garam larut dalam air.”


Tapi ada harapan dalam tangis kosmis ini. Di Mesir, anak-anak muda membuat Qur’an Coding Camp, meretas aplikasi dengan basis ayat suci. Di Indonesia, sekelompok santri membuat eco-pesantren yang memadukan fikih dengan gerakan iklim. 


Mereka adalah bukti, Ramadhan bukan ritual mati, melainkan laboratorium hidup untuk mencipta peradaban alternatif.  


Glosarium


Algoritma = Resep digital yang digunakan media sosial/platform untuk memilih konten apa yang muncul di layar. Contoh: Algoritma TikTok suka menampilkan video lucu karena itu yang sering kamu tonton. 


Podcast = Siaran audio/suara di internet yang bisa didengarkan kapan saja, seperti radio tapi lebih fleksibel. Contoh: Live podcast tafsir Al-Qur’an jadi cara milenial belajar agama sambil ngopi."


Scroll = Geser layar ponsel/komputer ke atas-bawah untuk melihat konten di media sosial. Contoh: Banyak orang lebih suka scroll TikTok daripada baca Al-Qur’an saat Ramadhan.


Likes = jempol atau tanda suka di media sosial (Instagram, Facebook) yang menunjukkan konten disukai orang. Contoh: Mengejar likes di media sosial bisa membuat lupa keutamaan malam Lailatul Qadar.


Challenge = tantangan daring yang populer diikuti, biasanya dengan tagar tertentu. Contoh: Challenge hafalan Qur’an 1 ayat/hari jadi cara kreatif generasi muda dekat dengan agama.


Streak = Catatan beruntun aktivitas di aplikasi, misalnya tidak melewatkan sedekah/shalat selama hari tertentu.


Reborn = Lahir kembali secara spiritual; perubahan jiwa setelah melalui proses pembersihan diri. Contoh: Ramadhan seharusnya membuat kita reborn, bukan sekedar lelah menahan lapar.


Tragedi spiritual = Krisis rohani; keadaan di mana hati kehilangan koneksi dengan Tuhan karena sibuk dengan hal duniawi. Contoh: Generasi Z yang kecanduan gadget mengalami tragedi spiritual: hafal lagu tapi lupa doa.


Growth above all = Pertumbuhan di atas segalanya; prinsip kapitalisme yang mengejar keuntungan materi tanpa peduli dampak sosial/lingkungan. Contoh: Sistem growth above all membuat perusahaan merusak alam demi keuntungan, padahal Ramadhan mengajak kita hidup sederhana.


Hacker sistem = Orang yang membongkar cara kerja suatu sistem (bukan peretas jahat) untuk memperbaiki/mengubahnya.  


Bootcamp = Pelatihan singkat dan intensif, seperti pesantren kilat.


Eco-pesantren = Pesantren yang fokus pada pelestarian alam. Misalnya menanam pohon atau mengelola sampah.  


Generasi Z = Anak muda kelahiran tahun 1997-2012 yang akrab dengan internet sejak kecil. Ciri khas: suka pakai TikTok, sering belanja online, dan cepat belajar teknologi.  


Jihad Friday = Istilah parodi untuk kegiatan baik di hari Jumat (berlawanan dengan Black Friday yang fokus belanja).  

Contoh: Daripada boros saat Black Friday, ikut Jihad Friday dengan berbagi ke anak yatim.


Level up = Istilah game yang berarti naik tingkat, di sini berarti meningkatkan kualitas diri. Contoh: Puasa bikin kita level up dalam kesabaran. 


Silent scream = Jeritan hati yang tidak terdengar, seperti perasaan sedih yang dipendam. Contoh: Tangis kosmis di akhir Ramadhan adalah silent scream semesta yang kecewa pada manusia.


Hijrah 2.0 = Gerakan anak muda zaman sekarang untuk lebih taat beragama, biasanya lewat konten kreatif di media sosial. Contoh: Anak hijrah 2.0 menggunakan filter Instagram bertema ayat Al-Qur’an.


Gamifikasi ibadah = Menjadikan ibadah seperti permainan agar lebih seru. Misalnya dengan tantangan atau hadiah virtual. Contoh: Aplikasi Qur’an Adventure adalah bentuk gamifikasi ibadah untuk memotivasi tilawah.


Qur’an Coding Camp = Pelatihan gabungan mengaji dan belajar teknologi (seperti coding), untuk anak muda. Contoh: Di Quran Coding Camp,  santri belajar membuat aplikasi Al-Qur’an digital.


والله أ

Penulis adalah pendidik dan penulis buku Kosmologi Islam


Berita Lainnya