Opini

Semakin Tipis Harapan pada Prabowo

Catatan Rizal Fadillah

Rizal Fadillah — Satu Indonesia
26 Juli 2025 09:19
Semakin Tipis Harapan pada Prabowo
PRABOWO SUBIANTO

Prabowo Subianto yang datang menghadap ke kediaman Joko Widodo untuk melaporkan perjalanan luar negerinya sangat menyedihkan dan menjadi puncak dari tipisnya harapan bahwa ia mampu menjadi Presiden yang mandiri dan terbebas dari pengaruh kekuasaan Joko Widodo. 

Prihatin pula posisi Wapres Gibran yang bersama Joko Widodo dan Iriana yang berada di hadapan Prabowo. Hal ini membangun kesan penghormatan Prabowo bukan saja kepada Joko Widodo tetapi juga pada Gibran Rakabuming Raka. Di tengah isu desakan pemakzulan Gibran maka kondisi ini menjadi simbol jawaban. Prabowo tetap melindungi putra mahkota.

Soal isu ijazah palsu yang mendera Joko Widodo sikap Prabowo sangat buruk dalam arti mengecilkan bahkan melecehkan upaya masyarakat untuk menguak kebenaran dari status ijazahnya. Tidak sedikitpun ia mendorong perilaku jujur dan konsisten dalam penegakan keadilan. Prabowo terkesan berada di pihak pembohong.

Joko Widodo pantas untuk ditangkap dan diseret ke pengadilan untuk diminta pertanggungjawaban hukum atas segala perbuatan yang telah merusak kehidupan berbangsa dan bernegara. Dimulai dari kasus ijazah palsu lalu korupsi, nepotisme, Km 50, pengkhianatan negara dan lain-lainnya.

Memuji-muji Joko Widodo dan kroninya serta menutupi Gibran atas berbagai kecacatannya merupakan karakter yang menegasi aspirasi publik yang menghendaki pengadilan Joko Widodo dan pemakzulan Gibran Rakabuming Raka. Prabowo nampak siap menjadi tameng keluarga Joko Widodo dalam menghadapi serangan rakyat yang ingin pulihnya demokrasi dan kedaulatan hukum.

Akan terjadi pergeseran kritik dan kecaman dari hanya Joko Widodo dengan keluarga menjadi bertambah kepada Prabowo Subianto. Kini musuh rakyat itu berada dalam satu paket Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka, dan Prabowo Subianto. Hal ini menempatkan ketiganya sebagai "triangle people enemy". 

Kepercayaan rakyat kepada Prabowo secara signifikan menipis. Tidak ada yang bisa diharapkan dari kepemimpinannya. Prabowo sudah merasa puas dengan duduknya di kursi Presiden. Ia sedang dan sangat menikmati itu lalu lupa pada agenda utama janjinya untuk all out berkhidmat pada rakyat. Faktanya Prabowo hanya all out pada omon-omon.

Stempel Prabowo pelanggar HAM sejak era reformasi yang coba dihapuskan dan pemecatan dari tentara yang diupayakan dipulihkan ternyata berbuntut. Di era kepresidenannya peradilan sesat terjadi. Tom Lembong menjadi korban pelanggaran HAM  rezim Prabowo, demikian juga dengan Hasto Kristiyanto yang masih dikejar dan dijerat. 

Kriminalisasi atas aktivis "pemburu ijazah palsu" yang berada di ruang setahun jabatan Prabowo sebagai Presiden menjadi bukti lagi bahwa rezimnya memang pelanggar HAM. Rakyat dan dunia akan mengeraskan teriakannya. Prabowo itu pemimpin yang tidak becus. 

Joko Widodo ketika anaknya didesak untuk dimakzulkan menyatakan bahwa Presiden dan Wakil Presiden itu satu paket. Ia sedang mengancam Prabowo, jika Gibran dimakzulkan maka Prabowo juga. Langsung ciut nyali sang macan menjadi tikus cecurut. 

Tapi mungkin benar ucapan Joko Widodo di atas. Semacam inspirasi bagi agenda bangsa bahwa "triangle people enemy" harus dituntaskan yaitu adili Jokowi dan makzulkan Prabowo Gibran. Aturan konstitusi memberi sarana untuk itu semua. 

Prabowo sendiri yang membuat harapan kepadanya semakin tipis. Tipis menuju habis. (penulis adalah pemerhati politik dan kebangsaan)


Berita Lainnya