Nasional

Kasus Chikungunya Naik Signifikan, Kemenkes: Waspada!

Jawa Barat Tertinggi, Ada 6.674 Kasus

Redaksi — Satu Indonesia
11 hours ago
Kasus Chikungunya Naik Signifikan, Kemenkes: Waspada!
WASPADA - Suspek chikungunya mengancam.

JAKARTA - Indonesia yang termasuk dalam negara endemis chikungunya, mencatat tren peningkatan signifikan pada awal 2025. Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan, jumlah suspek chikungunya pada minggu pertama hingga minggu kesembilan 2025 melonjak tajam dibandingkan periode yang sama pada dua tahun sebelumnya.

Kenaikan kasus ini menjadi sorotan di tengah kabar lonjakan infeksi di sejumlah negara tetangga. China, misalnya, melaporkan lebih dari 7.000 kasus yang membutuhkan perawatan, sementara Singapura mewaspadai lonjakan dua kali lipat kasus chikungunya dalam setahun terakhir.

“Suspek chikungunya pada tahun 2025 mengalami kenaikan drastis dibandingkan minggu yang sama pada 2023 dan 2024,” ujar Kemenkes RI dalam analisis grafik yang diterima detikcom, Selasa (12/8/2025).

Kemenkes menilai tren ini berkaitan erat dengan pola musim penghujan di Indonesia. “Sehingga perlu diwaspadai adanya kenaikan kasus pada minggu mendatang,” lanjut laporan tersebut.

Lembaga itu mengingatkan, salah satu faktor risiko chikungunya adalah meningkatnya populasi nyamuk Aedes pada musim hujan. Oleh karena itu, intervensi pengendalian vektor harus dilakukan secara masif, mulai dari pemberantasan sarang nyamuk hingga edukasi masyarakat.

Wilayah dengan Kasus Tertinggi 2025:

  • Jawa Barat: 6.674 kasus
  • Jawa Tengah: 3.388 kasus
  • Jawa Timur: 2.903 kasus
  • Sumatera Utara: 1.074 kasus
  • Banten: 838 kasus
  • DKI Jakarta: 144 kasus

Lonjakan Kasus di Negara Lain

China
 Sejak pertengahan Juni, hampir 8.000 warga di China bagian selatan terinfeksi chikungunya, meski pihak berwenang menyebut wabah ini sudah mulai mencapai puncaknya. Sebagian besar kasus tergolong ringan dan tidak ada laporan kematian. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes, yang wilayah penyebarannya di China kian meluas akibat perubahan iklim.

Singapura
 Otoritas kesehatan Singapura mencatat 17 kasus chikungunya sejak awal tahun hingga 2 Agustus 2025, atau dua kali lipat dibandingkan periode yang sama pada 2024 yang hanya mencatat delapan kasus. Angka ini juga telah melampaui total kasus pada 2024 yang berjumlah 15 pasien.

Saran Pakar

Epidemiolog Dicky Budiman mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada, bukan panik. “Saat bepergian, hindari gigitan nyamuk dengan memakai pakaian lengan panjang, celana panjang, kaus kaki, serta menggunakan krim anti-nyamuk,” ujarnya.

Ia menambahkan, ibu hamil, terutama menjelang persalinan, disarankan menunda perjalanan ke wilayah dengan kasus chikungunya tinggi.

Menurut Dicky, kasus di Indonesia kemungkinan besar akan terus meningkat, terlebih jika deteksi dan pelaporan membaik. Namun, ia mengingatkan, sistem deteksi chikungunya di Indonesia masih lemah, sehingga angka yang dilaporkan bisa jadi lebih rendah dari kenyataan (under detection dan under reporting).

Gejala chikungunya seringkali mirip dengan demam berdarah (dengue) atau zika, sementara tes konfirmasi juga masih terbatas. Kelompok yang paling berisiko mengalami gejala berat adalah bayi baru lahir, lansia dengan penyakit penyerta, dan orang dengan daya tahan tubuh rendah. (sa)


Berita Lainnya