Opini
Ijazah Jokowi Masih Misterius, Mengapa Pendukungnya Takut Fakta Terbuka?

SATU argumen klise yang terus diulang para pendukung fanatik Jokowi saat disinggung soal keaslian ijazah sang presiden adalah: “Memangnya kamu sudah lihat ijazah aslinya?” Sebuah retorika defensif yang sebetulnya hanya membalikkan kelemahan mereka sendiri.
Karena faktanya: baik pendukung maupun pengkritik sama-sama belum melihat ijazah asli itu secara langsung. Jadi, membela mati-matian sesuatu yang belum pernah dilihat sendiri adalah bentuk taqlid buta yang fatal — dan sangat berbahaya dalam konteks demokrasi dan transparansi publik.
Asumsi Jabatan Bukan Bukti Keaslian Dokumen
Pendukung Jokowi sering berdalih, “Masak iya orang bisa jadi Walikota, Gubernur, bahkan Presiden dua periode kalau ijazahnya palsu?” Argumen ini runtuh dengan contoh konkrit: JR Saragih, mantan Bupati Simalungun dua periode, gagal maju Pilgub Sumut karena ijazahnya terbukti palsu.
Jadi, jabatan bukan jaminan keabsahan dokumen. Justru makin tinggi jabatan, makin tinggi pula urgensi verifikasi publik.
Yang Membantah Tanpa Bukti, Yang Menuduh Punya Dasar Ilmiah
Pihak yang mengkritisi keaslian ijazah Jokowi tak asal tuduh. Mereka membawa argumen berbasis forensik digital dan investigasi ilmiah. Ada Dr Rismon Hasiholan Sianipar dengan pendekatan saintifik, Dr Roy Suryo sebagai ahli telematika, dan tentu saja investigasi mendalam dari Bambang Tri Mulyono dalam bukunya Jokowi Undercover 2: Lelaki Berijazah Palsu.
Fakta krusial: hingga kini, tidak ada satu pun bantahan akademis, ilmiah, atau hukum yang membantah paparan mereka. Tak ada forum tandingan, tak ada buku klarifikasi. Dan dalam logika hukum, “dalil yang tidak dibantah dianggap benar.”
Jokowi Tak Konsisten, Semakin Menimbulkan Kecurigaan
Awalnya Jokowi menyatakan hanya akan menunjukkan ijazahnya di pengadilan. Tapi tiba-tiba, ia memperlihatkannya kepada 11 awak media dan tim kuasa hukum. Lalu kenapa tidak kepada publik? Kenapa tidak diuji di laboratorium forensik terbuka?
Inilah akar polemiknya. Ketidakkonsistenan Jokowi, ditambah dengan sejarah kebohongan publik soal Mobil Esemka, uang 11 ribu triliun, janji tak impor dan tak utang — semua jadi rekam jejak kebohongan yang terus menggunung.
Jika Ijazah Asli, Tunjukkan ke Publik. Selesai.
Satu-satunya cara menyudahi debat ini adalah: tunjukkan ijazah asli ke publik, undang para ahli forensik independen, dan biarkan kebenaran berbicara. Kalau memang asli, kenapa takut diuji? Kenapa hanya diperlihatkan ke media yang notabene bisa dikendalikan narasinya?
Jika ijazah yang ditunjukkan ternyata sama dengan yang beredar di media — yang sudah diuji dan dinyatakan 99,9% palsu oleh Roy Suryo dan 11.000 triliun persen palsu oleh Dr Rismon — publik makin yakin bahwa ada kebohongan besar yang sedang ditutupi.
Akhir Kata: Jangan Taklid Buta, Bertakwalah pada Kebenaran
Ini bukan soal politik semata. Ini soal integritas kepemimpinan. Kita semua akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat — termasuk dalam membela kebohongan dan menutup-nutupi kebenaran.
Saatnya para pendukung Jokowi berpikir jernih. Jangan biarkan fanatisme membutakan nurani. Kebenaran tak butuh dibela dengan kebohongan. Tapi kebohongan selalu takut pada cahaya kebenaran.
Penulis adalah Advokat, Aktivis Sosial dan Koordinator Tim Advokasi Melawan Oligarki Rakus Perampas Tanah Rakyat (TA-MOR-PTR)
#IjazahJokowi #JokowiUndercover #RoySuryo #DrRismon #SkandalIjazah #KonspirasiNegara #ForensikDokumen #JokowiGate #BongkarIjazahPalsu #KebenaranTanpaTaklid