Opini

Sorgum: Warisan Masa Lalu, Menuju Pangan Berkelanjutan di Indonesia

Mulyana — Satu Indonesia
15 hours ago
Sorgum: Warisan Masa Lalu, Menuju Pangan Berkelanjutan di Indonesia
Sorgum adalah makanan pokok khas nenek moyang orang Indonesia yang terlupakan (Foto: Istimewa)

SORGUM bukan sekadar biji-bijian, melainkan saksi perjalanan sejarah dan inovasi dalam dunia ketahanan pangan Indonesia. Dari asal-usulnya yang eksotik hingga keunggulannya yang menjanjikan untuk masa depan, sorgum telah membuktikan dirinya sebagai alternatif pangan yang tak lekang oleh waktu.


Asal Usul dan Sejarah Sorgum
Nama "sorgum" berasal dari bahasa Italia sorgo yang diadaptasi dari bahasa Latin Syricum (granum), yang berarti "biji dari Suriah". Tanaman serealia ini diyakini berasal dari wilayah Afrika Timur dan Tengah dan pertama kali dibudidayakan sekitar 8.000 tahun yang lalu.

Migrasi manusia dan aktivitas perdagangan menjadikan sorgum menyebar ke berbagai benua, termasuk Asia Tenggara. Di Indonesia, tanaman ini dikenal dengan nama lokal seperti gandrung di Jawa Barat dan cantel di Jawa Tengah. Sejarah mencatat bahwa sejak abad ke-8, seperti yang tergambar dalam relief Candi Borobudur, sorgum telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Nusantara. Di wilayah kering seperti Nusa Tenggara Timur, sorgum telah lama dimanfaatkan sebagai sumber pangan alternatif.


Kandungan Gizi dan Manfaat Sorgum
Sorgum menawarkan keunggulan nutrisi yang menjadikannya pilihan menarik di tengah dominasi beras dalam konsumsi sehari-hari. Berikut adalah beberapa fakta gizi dari 100 gram sorgum mentah:

Energi: 329 kkal
Karbohidrat: 72,6 gram
Protein: 10,4 gram
Lemak: 3,1 gram
Serat: 6,7 gram
Zat Besi: 5,4 mg
Kalsium: 28 mg
Fosfor: 287 mg


Kelebihan Sorgum Dibandingkan Beras


Kandungan Serat Tinggi
 Sorgum memiliki serat yang lebih tinggi, mendukung kesehatan pencernaan dan memberikan rasa kenyang lebih lama.

 Dengan protein mencapai 10,4 gram per 100 gram, sorgum menawarkan asupan protein yang lebih tinggi dibandingkan beras yang umumnya memiliki sekitar 7 gram.


Bebas Gluten
 Tanpa kandungan gluten, sorgum menjadi alternatif ideal bagi penderita intoleransi gluten atau penyakit celiac.


Indeks Glikemik Rendah
 Indeks glikemik sorgum yang rendah membantu menjaga kestabilan gula darah, cocok untuk penderita diabetes.


Kaya Antioksidan
 Kandungan antioksidan seperti flavonoid, asam fenolat, dan tanin bermanfaat dalam melawan radikal bebas dan mengurangi risiko penyakit kronis.


Tak hanya sebagai bahan pangan, sorgum juga menghadirkan peluang inovasi dalam pengolahan produk, mulai dari tepung non-gluten hingga sirup sehat yang ramah bagi penderita diabetes.


Sorgum: Solusi Ketahanan Pangan dan Energi Masa Depan
Di tengah isu ketahanan pangan yang semakin mendesak, sorgum muncul sebagai wacana strategis. Beberapa keunggulan ekologis dan ekonomi dari sorgum antara lain:

Adaptasi Ekologis:
 Sorgum tumbuh dengan baik di lahan marginal dan tahan terhadap kekeringan. Studi IPB (2021) mencatat emisi gas rumah kaca pada budidaya sorgum 30% lebih rendah daripada padi sawah.


Nilai Ekonomi:
 Harga jual tepung sorgum berkisar antara Rp15.000–20.000/kg, lebih tinggi dibandingkan tepung beras, dengan potensi produksi yang tinggi per hektar.


Inovasi Produk:
 Selain sebagai bahan pangan, gula yang diperoleh dari batang sorgum dapat diolah menjadi pengganti gula tebu, sirup sehat, atau bahkan sebagai bahan baku bioetanol—solusi energi terbarukan.


Sorgum bukan hanya menyajikan nutrisi unggul, melainkan juga memberikan peluang bagi para pelaku usaha pangan lokal untuk mengurangi ketergantungan pada produk impor seperti tepung terigu dari gandum. Inovasi dalam olahan sorgum menjadi langkah menuju kedaulatan pangan yang berkelanjutan.

Menteri Budaya Fadli Zon( Kiri), Walikota Depok Supian Suri (Tengah), Joko Ahli Gastronomi(Tengah) Muhammad Boy Rivai (kanan) Saat memberikan pemaparan Budaya Pangan Nusantara(15/03/25) di Joglo Nusantara Depok


Peran Inspiratif Pejuang Sorgum
Di balik pergerakan ini, terdapat sosok inspiratif seperti Muhammad Boy Rivai. Seorang pegiat lingkungan, seni, dan budaya yang telah mendedikasikan hidupnya untuk mengangkat potensi sorgum di Indonesia. Rivai, yang pernah menciptakan gerakan desa seni, budaya, dan literasi melalui Kedai Wedangan Watu Lumbung di Bantul, Jogjakarta, kini fokus memperjuangkan sorgum sebagai solusi pangan dan ekosistem berkelanjutan. Selama tiga tahun, beliau telah menekuni ilmu sorgum secara mendalam—dari aspek teknis bertani hingga strategi pemasaran—untuk mewujudkan kedaulatan pangan yang dipegang oleh rakyat Indonesia.

Penyerahan sorgum kepada mantan Panglima TNI Jendral(purn) Gatot Nurmantyo sebagai simbolis keberlanjutan sorgum untuk rakyat Indonesia (18/03/25) di Sentul

Sorgum adalah bukti nyata bahwa inovasi pangan tidak selalu harus mengesampingkan tradisi. Warisan masa lalu yang kini diperbarui menjadi solusi pangan dan energi masa depan menunjukkan bahwa alam telah menyediakan alternatif yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Dari kandungan gizi unggul hingga manfaat ekologis dan ekonomis, sorgum adalah pilihan tepat untuk mengatasi tantangan ketahanan pangan Indonesia.

Dengan segala keunggulannya, sorgum tetap relevan sebagai makanan masa lalu yang kini bertransformasi untuk menyongsong masa depan. Terus dukung inovasi lokal dan kedaulatan pangan demi Indonesia yang lebih mandiri dan berkelanjutan! (mul)

 #Sorgum #KetahananPangan #PanganBerkelanjutan #InovasiPangan #AlternatifBeras #NutrisiSorgum #PanganIndonesia #Bioetanol




Berita Lainnya