Features

Hilangnya Dunia Anak di Era Digital: Sebuah Refleksi KH. Ahmad Sabri Lubis

Neneng Salbiah — Satu Indonesia
1 day ago
Hilangnya Dunia Anak di Era Digital: Sebuah Refleksi KH. Ahmad Sabri Lubis
KH. Shabri Lubis Pemimpin Ponpes Annur Bogor (Foto: Istimewa)

KEMAJUAN teknologi telah membawa perubahan besar dalam kehidupan manusia, termasuk dalam dunia anak-anak. Namun, dibalik manfaatnya, teknologi juga menghadirkan tantangan serius. KH. Ahmad Shabri Lubis, seorang ulama sekaligus pimpinan Pondok Pesantren An-Nur, mengungkapkan keprihatinannya terhadap fenomena kecanduan gadget yang semakin meluas di kalangan anak-anak.

Tanda-Tanda Kecanduan Gadget pada Anak
Sebelum mengambil langkah untuk mengatasi kecanduan gadget, orang tua perlu mengenali tanda-tandanya. Anak yang cenderung lebih memilih menghabiskan waktu dengan gadget daripada bermain di luar rumah, membaca buku, atau berinteraksi dengan teman sebaya adalah salah satu indikasi utama. Selain itu, anak yang mudah gelisah, marah, atau menunjukkan emosi berlebihan ketika tidak menggunakan gadget, serta penurunan prestasi akademik, juga menjadi sinyal yang perlu diwaspadai.

Langkah Bebas Gadget di Pondok Pesantren An-Nur
Dalam acara Family Gathering (Famget) di  Villa Founty Six Valley
Taman Safari Cisarua Bogor pada 1-3 Januari 2025, KH. Ahmad Shabri Lubis menerapkan kebijakan bebas gadget selama kegiatan berlangsung. Baik anak-anak maupun orang tua dilarang menggunakan gadget. Langkah ini tidak hanya bertujuan untuk mengembalikan "dunia anak-anak" yang hilang akibat kecanduan teknologi, tetapi juga untuk mempererat komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak yang semakin memudar di era digital.

"Anak yang sudah terpapar gadget sejak dini, bahkan kecanduan, dapat mengalami gangguan kesehatan mental," ujar KH. Ahmad Shabri Lubis. Ia menambahkan bahwa kemajuan teknologi saat ini mempengaruhi berbagai aspek kehidupan anak, mulai dari cara bermain, gaya belajar, hingga interaksi sosial. Bahkan, kemerosotan akhlak terhadap orang tua dan lingkungan sekitar menjadi salah satu dampaknya.

Dampak Gadget pada Kehangatan Keluarga
"Gadget itu mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat," ungkap KH. Ahmad Shabri Lubis. Pernyataan ini menggambarkan realitas kehidupan modern, di mana anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah justru sibuk dengan perangkat mereka masing-masing. Kehangatan dan kenyamanan yang seharusnya menjadi ciri khas rumah tangga semakin memudar.

"Rumah adalah tempat paling tepat untuk berbagi kehangatan dan saling memberikan kenyamanan," tambahnya. Ia menekankan bahwa meskipun secara fisik kita bersama, gadget sering kali membuat hati kita terasa jauh.

Inspirasi dari Australia: Larangan Media Sosial untuk Anak di Bawah 16 Tahun
KH. Ahmad Shabri Lubis juga memberikan apresiasi besar terhadap langkah parlemen Australia yang mengesahkan undang-undang melarang penggunaan media sosial oleh anak-anak di bawah usia 16 tahun. Undang-Undang Keamanan Daring atau Online Safety Amendment Social Media Minimum Age Bill 2024 disahkan dengan suara mayoritas, yaitu 34 mendukung dan 19 menolak. Dengan aturan ini, anak-anak di bawah 16 tahun di Australia dilarang menggunakan media sosial seperti Facebook, Instagram, TikTok, dan X.

Di tengah gempuran teknologi, KH. Ahmad Shabri Lubis mengingatkan pentingnya mengembalikan dunia anak-anak yang telah hilang. Langkah kecil seperti membatasi penggunaan gadget dapat menjadi awal untuk memperbaiki hubungan keluarga dan mendukung tumbuh kembang anak secara sehat. (NNS)


#HilangnyaDuniaAnak
#EraDigital
#BebasGadget
#KeluargaHarmonis
#PeduliAnak


Berita Lainnya