Daerah

Fenomena MJO Picu Cuaca Ekstrim di Jogja

Redaksi — Satu Indonesia
5 hours ago
Fenomena MJO Picu Cuaca Ekstrim di Jogja
FENOMENA ALAM - BMKG DIY menyebut fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) menjadi pemicu utama cuaca ekstrem tersebut.

YOGYAKARTA – Hujan deras disertai angin kencang yang mengguyur Yogyakarta sejak siang hingga sore ini menyebabkan beberapa wilayah di Kota Jogja tergenang air. BMKG DIY menyebut fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) menjadi pemicu utama cuaca ekstrem tersebut.

Analis Cuaca Stasiun Meteorologi BMKG DIY, Slamet, menjelaskan MJO muncul di Samudra Hindia dan memicu peningkatan uap air yang kemudian berdampak pada wilayah Indonesia, termasuk DIY.

“Ada fenomena MJO atau Madden Julian Oscillation. MJO ini merupakan menghangatnya suhu muka laut di Samudra Hindia, barat Sumatera,” kata Slamet, Selasa (19/8/2025).

Menurutnya, fenomena ini sebenarnya sudah mulai sejak kemarin, ketika pusat MJO masih berada di Samudra Hindia bagian barat. “Sekarang sudah mulai masuk wilayah Indonesia dan diperkirakan berlangsung hingga 21 Agustus 2025 mendatang,” ujarnya.

Slamet menambahkan, saat ini juga terdapat bibit siklon tropis 90W di Samudra Pasifik sebelah timur Filipina. Namun, ia memastikan fenomena itu tidak berpengaruh langsung terhadap cuaca ekstrem di DIY. “Penyebab utamanya tetap karena adanya MJO tadi,” tegasnya.

Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) Kota Jogja mencatat sedikitnya ada enam titik genangan akibat hujan sore ini.

“Yang terpantau dari tim kami maupun media sosial ada di Kampung Iromejan, Jalan Ipda Tut Harsono, Jalan Parangtritis selatan Simpang Menukan/Jogokariyan, Jalan Batikan, Jalan Kusbini Langensari dekat Balai Yasa, dan Jalan Atmosukarto,” jelas Rahmawan Kurniadi, Kepala Bidang Sumber Daya Air dan Drainase DPUPKP Kota Jogja, Selasa (19/8/2025).

Rahmawan menyebut genangan yang muncul bukan semata-mata karena curah hujan tinggi, melainkan kombinasi beberapa faktor.

“Pertama, intensitas hujan tinggi dalam waktu cukup lama, kurang lebih dua jam. Kedua, inlet atau resapan air tertutup sampah maupun daun, atau jumlah inlet yang kurang. Ketiga, adanya sumbatan sampah di saluran air hujan, dan keempat kapasitas saluran yang tidak memadai,” paparnya. (sa)


Berita Lainnya