Gaya Hidup
Hati-Hati, Konsumsi Parasetamol Saat Hamil Berisiko Tingkatkan ADHD pada Anak

Studi Terbaru: Parasetamol dan Risiko ADHD
Konsumsi parasetamol selama kehamilan perlu mendapat perhatian serius. Studi terbaru yang diterbitkan di Nature Mental Health pada 6 Februari 2025 menemukan bahwa anak-anak yang lahir dari ibu yang mengkonsumsi parasetamol atau asetaminofen saat hamil lebih mungkin mengalami Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD). Meskipun belum dapat disimpulkan secara pasti, temuan ini memperkuat dugaan bahwa penggunaan obat pereda nyeri dapat mempengaruhi perkembangan otak janin.
Apa Itu ADHD?
ADHD adalah gangguan perkembangan saraf yang mempengaruhi kemampuan anak dalam mengontrol emosi, perilaku, perhatian, serta fungsi eksekutif seperti memori kerja dan pengambilan keputusan. Dilansir dari Very Well Health, perbedaan perkembangan otak inilah yang menyebabkan gejala utama ADHD, seperti sulit fokus, hiperaktif, dan impulsif.
Penelitian Sebelumnya: Pro dan Kontra
Beberapa studi sebelumnya telah meneliti keterkaitan antara konsumsi parasetamol saat hamil dan risiko ADHD pada anak. Misalnya:
Studi 2019 yang dipublikasikan di Journal of Clinical Psychiatry menemukan bahwa penggunaan obat penghilang rasa sakit selama kehamilan meningkatkan risiko ADHD pada anak hingga 20%.
Analisis 2024 di JAMA Network yang melibatkan hampir 2,5 juta anak tidak menemukan hubungan serupa ketika membandingkan saudara kandung yang terpapar atau tidak terpapar parasetamol sebelum lahir.
Perbedaan hasil ini sebagian besar disebabkan oleh metode penelitian yang bergantung pada laporan penggunaan obat dari para ibu, yang mungkin tidak sepenuhnya akurat.
Studi 2025: Bukti Lebih Akurat dengan Sampel Darah
Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, Brennan Baker dari University of Washington dan timnya menganalisis sampel darah dari 307 ibu hamil trimester kedua yang tinggal di Tennessee, AS. Penelitian ini dilakukan tanpa melibatkan ibu dengan kondisi medis kronis atau komplikasi kehamilan.
Temuan mereka menunjukkan bahwa anak-anak dari ibu yang memiliki penanda parasetamol dalam darah tiga kali lebih berisiko didiagnosis ADHD dibandingkan mereka yang tidak terpapar. Hasil ini tetap konsisten setelah memperhitungkan faktor lain seperti usia ibu, indeks massa tubuh (IMT), status sosial ekonomi, serta riwayat kesehatan mental keluarga.
Selain itu, analisis jaringan plasenta dari 174 peserta menunjukkan perubahan metabolisme dan sistem kekebalan yang serupa dengan penelitian efek parasetamol pada hewan hamil tanpa kondisi kesehatan tertentu.
Pro dan Kontra Hasil Studi
Meskipun penelitian ini memperkuat dugaan adanya hubungan antara parasetamol dan ADHD, beberapa pakar menilai bahwa masih diperlukan penelitian lebih lanjut:
Viktor Ahlqvist dari Karolinska Institute di Swedia berpendapat bahwa faktor lain, seperti sakit kepala, demam, nyeri, atau infeksi selama kehamilan, yang menyebabkan ibu mengonsumsi parasetamol, bisa menjadi penyebab ADHD pada anak, bukan obat itu sendiri.
Studi ini hanya mengukur penanda parasetamol dalam darah pada satu waktu, yang bertahan sekitar tiga hari, sehingga mungkin hanya mencerminkan penggunaan dalam jangka pendek dan bukan efek akumulatif jangka panjang.
Kesimpulan: Konsultasikan dengan Dokter
Mengingat parasetamol saat ini menjadi pilihan utama untuk mengatasi nyeri dan demam selama kehamilan, para ahli menekankan pentingnya evaluasi lebih lanjut. Otoritas kesehatan seperti FDA dan asosiasi obstetri serta ginekologi diharapkan terus meninjau bukti ilmiah yang berkembang untuk memperbarui panduan medis.
Bagi ibu hamil, berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi parasetamol sangat disarankan untuk memastikan keamanan bagi diri sendiri dan janin. (mul)
#Parasetamol #KehamilanSehat #ADHDAwareness #KesehatanIbuAnak #StudiKesehatan