Opini

Perempuan di Kabinet Prabowo Cerminkan Apa?

Oleh: Neno Warisman*

Neno Warisman — Satu Indonesia
5 hours ago
Perempuan di Kabinet Prabowo Cerminkan Apa?
Neno Warisman,

JAKARTA - Profesor doktor Siti Zuhroh dalam komentar  pertamanya pada tayangan live di stasiun tv swasta sebagai pengamat politik , Senin 14 Oktober 2024 curious  mengenai jumlah dan perbandingan tokoh perempuan pada kabinet Prabowo Subianto.

Sampai usainya pertemuan pembekalan para calon menteri di Hambalang, tiga hari berikutnya,  Rabu 16 Oktober 2024, tampak sekali njomplangnya  calon pengisi kursi kabinet dari kalangan perempuan.

Kabinet Prabowo Subianto  sungguh didominasi oleh para laki-laki; calon eksekutif  perempuan hanya tampak ada  tiga  orang (di foto bersama) dibanding laki-laki 43-an orang di Hambalang.

Jika Bu Sri.Mulyani menkeu datang,  di foto Hambalang, jumlahnya menjadi  empat orang. Tapi perbandingan 4: 43. Cukup tragis, memang. Belum tahu bagaimana konfigurasi di jajaran wamen dan kepala badan.  Apakah kurang dari 10% juga?

Cerminan apa ini, ya.?  Otak saya langsung mengingat jumlah rasio penduduk perempuan yang berbunyi:  "Separuh lebih penduduk Indonesia  adalah kaum perempuan. "

Lalu di mana keterwakilan perempuan pada kabinet baru Presiden Prabowo?

Masyarakat agak shock  ketika di tanggal 13 Oktober lalu itu ada sosok Veronica Tan masuk daftar pemanggilan. Sahabat saya, aktivis chinesse  me-WA saya dengan nada sangat galau, "waduh, parah ini Prabowo. Mau apa Veronica kan Ahok gak jadi maju?". Semula saya tidak nyambung. Tapi saya kemudian mendapat info bahwa  Veronica Tan sempat akan dipasang untuk DKI1 kalau Ahok jadi diusung oleh PDI.

Ahahaha....ide menarik, itu! Tapi apakah luput dari dicalokan sebagai DKI 1 lantas layak mendapatkan kursi  di orkes kabinet KIM Plus? Tapi pertanyaan mendasarnya, kalau Veronika Tan bisa layak masuk kabinet, berarti ada banyak sekali perempuan andal mumpuni dalam profesi maupun kepartaian yang pantas diberikan amanah jabatan yang sama.

Tapi semua adalah hak prerogatif presiden.

Saya ingin bilang, "Jangan sewot, biarlah Pak Prabowo gunakan hak prerogatifnya. Kasihan 15 tahun sudah babak belur jiwa raga menuju istana. Biarlah beliau gunakan hak prerogatifnya. Jangan digugat. Sejauh semua yang  telah dipilih, tahu diri, kalau ia seorang  muslim.

Maka, Prabowo harus selalu menekankan untuk berjihad politik dalam kerangka ifssabilillahi. Itu para menteri yang salat, ingatkan agar kalau mereka mati di jalan politik ini dalam rangka memerdekakan seluruh rakyat Indonesia dari penjajahan dimiskinkan dan dibodohkan. Maka sungguh mereka akan termasuk golongan orang-orang yang mendapat rezeki dan tetap hidup meski telah mati. Karena syahid.

Dan Presiden Prabowo harusnya bisa melakukan itu sebagai hak prerogatif juga sebab semua menteri adalah berstatus pembantunya. Yang muslim harusnya tahu betul hal ini. Cita-cita tertinggi dalam pencapaian profesi apa pun adalah fissabilillah.

Tapi ini lagi-lagi sangat tergantung dari rakyat sendiri juga.

Semalam saya diminta oleh pimpinan yayasan Budi Kemuliaan sekaligus aktivis kemanusiaan  DR Baharudin,  membersamai para dokter dan profesor dari kalangan medis dalam zoom bertajuk mandatori kesehatan "Harapan insan Kesehatan Indonesia dalam penyampaian 1 menit". Saya diminta ikut menyampaikan pendapat sebagai civil society sekait kondisi darurat kesehatan  mental dan spiritual anak dan remaja.

Dalam webinar itu terasa sekali kebutuhan seluruh peserta agar presiden cermat dalam memilih pembantunya di bidang kesehatan. Janganlah seorang yang bukan berasal dari rumpun sejati. Istilahnya. Mengacu pada betapa kompleksnya urusan kesehatan masyarakat, maka saya setuju bahwa menteri kesehatan sewajibnyalah seorang yang bersama-sama dipersaksikan oleh insan kesehatan dari suara bawah. Yang dia sangat memahami secara komprehensif permasalahan kesehatan rakyat yang sangat harus diutamakan selain pendidikan .

Tampaknya pilihan presiden terhadap menkesnya belum memenuhi harapan jernih insan kesehatan yang semalam berembug. Lagi-lagi, hak prerogatif presidenlah yang dapat menentukan, bahkan di menit terakhir sebelum diumumkan. ( Masih ingat peristiwa Prof Mafudh MD yang sudah punya jas tapi batal dan digantikan Pak Ma’ruf Amin? )

"Politik itu bukan yang diteriakkan. Tapi yang dibisikkan." Itu kata salah seorang teman yang kenyang di dunia politik.

Ok. Terus, balik lagi. Gimana soal rasio menteri perempuan dibanding laki-laki yang njomplang banget?  Secara kuantitatif tidak mencerminkan keterwakilan penduduk perempuan yang punya hak untuk diutus oleh pemimpin perempuan yang nota bene lebih akan caring, patient, understood/emphatic dan holistik dalam menyelesaikan masalah-masalah perempuan.

Tidak bisa urusan perempuan dianggap selesai dengan mengandalkan hanya pada Kementerian Pemberdayaan Perempuan yang sejauh ini pun belum  berhasil mengentaskan hak -hak perempuan dan menyelamatkan kaum perempuan  dan keluarga dari keterpurukannya di berbagai sektor dan ranah hidup.

Menkeu perempuan. Ok. Mensos biasanya perempuan. Ok sekarang diganti Gus Syaifullah Yusuf. Menkominfo, mbak Mutia Hafiz, perempuan. Ok. Ibu Choiri, semoga tetap jadi sebagai satu-satunya keterwakilan muslimah berjilbab di jajaran menteri Prabowo. Oh juga istri pak Wisnu, siapa namanya, pokoknya saya ingat cantik semampai dan glowing.

Yang saya suka dari pemikiran Pak Prabowo adalah mengenai wilayah Indonesia Timur. Ini sungguh sangat melegakan hati sebagai penghuni Indonesia Barat yang kerap teringat Papua, Maluku, dan seluruh jejak kerajaan Islam di Indonesia bagian timur, sungguh  berhak, berhak, dan berhak disetarakan dan disejahterakan, disayang; diperhatikan, bahkan... semua  kita yang berada di barat harus rela timur diurus , didahulukan, bukan hanya tanah-tanah dan lautnya saja yang digali dipompa habis-habisan. Tapi sekarang bersama presiden Prabowo mereka akan dientaskan.

Saya kenal dengan bang Natalius Pigai calon jadi menkumham. Beliau konsisten. Setuju. Semoga Papua segera mendapatkan pengayoman, perlindungan,  dan kasih sayang kesejahteraan dan keadilan

Begitu juga Maluku dan segenap wilayah timur lainnya.

Oya, ada  tokoh perempuan dari Papua yang tampak diundang mewakili Timur yang semoga akan segera mengutamakan pengentasan penderitaan  kaum perempuan  di belahan timur seutuhnya, seluruhnya.  

Para perempuan di timur dan di barat adalah  pemilik tanah Indonesia yang kaya. Perempuan Indonesia di timur dan barat berhak mendapatkan keberkahan tanah Indonesia sesuai pasal 33 yang luar biasa.

Prabowo semoga akan lebih adil. Saya suka.

Sudah?

Oke. Kembali ke soal kabinet perempuan.

Ada nama-nama perempuan muda di jajaran kepala badan dan wamen.

Saya tidak hafal, tapi tetap masih njomplang .

Lagi-làgi Presiden punya hak sepenuh -penuhnya.

Akhir kalam.

Sebagai unsur warganegara yang pernah ikut babak belur dipersekusi di 35 provinsi saat mendukung pilpres 2019, berdasarkan pergaulan intens saya dengan para relawan militan dari kalangan perempuan, saya berharap masih ada waktu dua hari ini untuk presiden terpilih menambahkan dalam pidato tanggal 20 Oktober nanti rasa terima kasih kepada  seluruh pihak yang tidak tersebut, tidak teringat,  tidak terjangkau, di dalam maupun di luar negeri. Terutama, berjuta emak -emak di 2014 dan 2019  bukan hanya 2024.  Mereka yang sangat loyal berkorban waktu, pikiran, jaringan, dan bahkan  mengumpulkan uang belanja mereka dan berapi-api membantu tanpa minta dibalas jasa....

Katakanlah itu, Pak Presiden.  Kalau Pak Prabowo bisa memaafkan Pak Jokowie, Pak Surya Paloh,  Pak Muhaimin , dll  kenapa tidak memaafkan para emak juga  yang sempat ngambeg.

Tetaplah  berterima kasih tulus dengan air mata pada jutaan emak-emak walau mereka sebagian tidak mendukung di 2024. Sayangilah tetap.

Emak-Emak militan di seluruh pelosok negeri, jangan sampai dilupakan di hari kemenangan pelantikan.

Semoga tidaklah seolah kemenangan hari ini hanyalah kemenangan 2024 saja.

Tapi saya juga ingin bilang pada emak-emak sejagat raya.   Mbok yaa   jangan mudah  comel rewel, menuntut, emosional, hilang akal,  ngambeg, dll  

Nggak  boleh begitu.

Kalau bilangnya  berjuang, tidak pantas ada pamrih. Berjuang untuk rakyat, ikhlas,  seperti Ibu Cut Nyak Dhien, Ibu Keumala Hayati, Ibu Dewi Sartika, Ibu Kartini, Nyai Ahmad Dahlan, Nyai Hasyim Asyari , Madam Teresa, dan apalagi jika mengambil keteladanan para  ummul mukminin ,  para wanita paling mulia,  para istri Rasulullah SAW bil khusus Bunda Khadijah ra dan Bunda Aisyah ra dan putri kesayangan Rasulullah saw, Fathimah Azzahra ra.

 

Coba adil juga melihat usaha pak Prabowo menjaga hati masyarakat dengan tidak  serta merta, mentang - mentang punya hak prerogatif lalu  kemenakan- kemenakan semuan dijadikan menterinya. Kan enggak.

Padahal  kalau mau kan bisa saja.

Di antaranya yang sangat populer adalah Sarah Saraswati , putri adik presiden, Bapak Hashim Djoyohadikusumo. Perempuan pintar yang digadang sebagai menteri pemberdayaan perempuan. Saya tidak dengar apa pun . Hanya menduga,  mungkin "terpaksa" atau "dipaksa:  mengalahkah?

Kursi yang digadang buatnya diberikan pada  orang lain. Begitu, nggak sih?  Allahu alam  

Apakah tidak masuk kabinetnya Sarah sebagai "seorang perempuan" karena kuota di lingkaran terdekat sudah  diborong laki-laki. Itu juga saya tidak tahu. Tapi  ada nama  Sugiyono menjadi menlu. Prasetyo menjadi mensetneg. Sudaryono di posisi wamen mungkin. Dll. Saya tidak berprasangka itu karena laki-laki lebih didahulukan .

Oya, bicara kapasitas, ada banyak loh perempuan populer yang memiliki kapasitas duduk sebagai pembantu presiden.

Salah satu yang sangat highlight adalah Titiek Suharto. Mantan istri Pak Prabowo yang selalu setia memberi dorongan moril pada mantan suaminya , ini juga sangat-sangat pantas menjadi anggota kabinet. Namun, untuk apa juga, ya,  ikut menjadi menteri pembantu, sedangkan Presiden adalah ayah kandung putranya. Ketemu bisa tiap hari. Bisa diskusi dan bisa berkontribusi dari dekat  tanpa  sekat, tanpa   birokrasi. Itu lebih enak daripada jadi menteri.

Yang jelas, keterwakilan perempuan di jajaran kabinet sebenarnya nggak susah-susah amat. Banyak sekali tokoh perempuan yang punya kapasitas sangat layak dan sangat mumpuni.  Di antaranya  adalah sederet panjang nama populer seperti  Prof. dr Siti Zuhroh, Prof Chusnul Mariyah, Prof. dr. Nurhayati Assegaaf, Prof. Dr. Euis, Prof.dr. Eneng Jubaedah, Elly Risman Musa,  Nurhayati Subakat, Ratih Sanggarwati, Susi Pujiani, Helvy Tiana Rosa, Ratu Ratna Damayanti, dan sederet nama tokoh perempuan yang sudah memiliki jejak pengabdian pada bangsa dan negara, yang  patut  diakui kapasias dan kredibilitasnya.

Pesan terakhir saya, kalaupun harapan para perempuan militan belum terwakili oleh jumlah keterwakilan pemimpin perempuan di orkestra kabinet hari ini, Pak Prabowo harus menyampaikan tulus ada peran dan jasa para ibu, para emak militan, para perempuan yang telah menjadi ksatria-ksatria di garda  paling depan layaknya   "Ibu Nusaibah dan Ibu  Khansa" di beberapa perang Rasulullah, dengan air mata dan syukur yang wajib diungkapkan nanti di saat pelantikan yang bersejarah, menjadi titik tolak kebangkitan rakyat semesta untuk merebut kembali kedaulatan negara dan kesejahteraan umum.

Para perempuan ksatria militan, dengan rahim kasih sayang mereka , telah menyusui dan menimang saat engkau belum menjadi sekarang.

Mereka tidak minta jabatan. Mereka sadar. Mereka hanyalah para ibu sederhana yang mendambakan anak ideologi perubahan mereka, menang.

Doa dan tangisan mereka diijabah Allah, baru sekarang. (*penulis adalah aktivis sosial dan budayawan)


Berita Lainnya