Opini

Bagaimana Gen Z dan Gen Alpha Hadapi Tantangan di Era Digital

Musni Umar — Satu Indonesia
5 hours ago
Bagaimana Gen Z dan Gen Alpha Hadapi Tantangan di Era Digital
Ilustrasi - Klasifikasi generasi (Foto: Istimewa)

SALAH SATU tantangan besar yang dihadapi umat manusia khusus gen z dan gen alpha adalah kemajuan teknologi yang tidak selamanya memberi dampak positif, tetapi juga dampak negatif.


Gen Z adalah generasi yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012. Sedang Gen Alpha adalah generasi yang lahir antara tahun 2010 dan 2025.


Rata-rata tingkat kecerdasan mereka tinggi, karena mendapatkan asupan makanan yang lebih bergizi. Akan tetapi gen z dan gen alpha  menghadapi banyak tantangan besar dan berat.


Tantangan Gen Z & Gen Alpha


Kemajuan teknologi walaupun memberi kemudahan dalam berbagai hal,  tetapi juga memberi dampak tidak baik bagi perkembangan gen z dan gen alpha. Setidaknya ada lima penyebabnya.


Pertama, sangat bergantung pada teknologi termasuk teknologi komunikasi. Hampir semua aktivitas yang dilakukan gen z dan gen alpha  bergantung pada  bantuan teknologi. Dampaknya lemah mental dan fisik karena serba mudah. 


Kedua, lemah daya juang. Dampak negatif dari ketergantungan pada teknologi, lemah daya juang. Tidak memiliki daya juang yang kuat dalam menghadapi tantangan yang banyak dan kompleks, sehingga dampaknya cepat stress, sering cemas dan tidak jarang depresi.


Ketiga, mudah terpengaruh terhadap isu-isu politik, ekonomi, sosial dan sebagainya. Itu terjadi karena ketergantungan pada teknologi informasi yang tidak selamanya membawa berita positif, tetapi juga negatif. Jika dominan berita negatif, maka bisa menimbulkan kecemasan dan stress.


Keempat, pekerjaan tidak stabil. Banyak yang memilih pekerjaan sebagai ASN (Aparatur Sipil Negara) karena bisa menjamin stabilitas pekerjaan dan penghasilan. Akan tetapi, daya tampung ASN terbatas, sehingga pilihannya sebagai pegawai swasta, namun tingkat stress nya tinggi terutama jika terjadi masalah di perusahaan, bisa karena mismanajemen dan bisa pula akibat ketidakstabilan politik yang bisa berdampak pada ekonomi. Juga bisa menimbulkan stress  sudah sarjana tidak bisa mendapatkan pekerjaan.


Kelima, hidup terisolasi. Menurut Ibnu Khaldun (1332-1406) "manusia tabiatnya hidup bermasyarakat". Kemajuan teknologi menyebabkan gen x dan gen alpha dari kalangan menengah ke atas, hidup terisolasi tidak bermasyarakat.  Dampaknya, gen z dan gen alpha bisa melakukan hal-hal yang merugikan dirinya, keluarga, dan masa depan bangsa dan negara. 


Keenam, sering alami siber bullying. Dalam pergaulan di sekolah dan media  sosial, gen z pada khususnya sering  mengalami bullying dan pelecehan. Kedua orang tua dan guru harus menyadarkan dan menguatkan mental gen z, agar Semua tantangan yang dialami dapat  dihadapi dengan baik. 


Pertanyaannya, apa  seharusnya orang tua dan guru lakukan agar  gen z serta gen alpha bisa menghadapi segala macam tantangan supaya tetap kuat, tidak stress apalagi putus asa.


Gen Z dan Gen Alpha 


Teknologi termasuk teknologi komunikasi dan informasi sudah merupakan bagian dari kehidupan masyarakat modern terutama gen z.


Gen z pada khususnya lebih mahir menggunakan teknologi ketimbang 

generasi yang berusia 40 tahun ke atas termasuk generasi X dan generasi baby boomer. Generasi X lahir antara tahun 1965-1980 sekarang berumur 56-74.


Generasi X ini tumbuh pada masa perubahan sosial dan perkembangan teknologi. Mereka dikenal sebagai generasi yang mandiri, inovatif, dan percaya diri.  Kemudian generasi Baby Boomer, yaitu generasi yang saat ini berusia 56-74 tahun (lahir 1946-1964). 


Pertanyaannya, bagaimana gen z dan gen alpha lebih kuat, lebih sabar dan lebih siap hadapi berbagai macam tantangan.


Pertama, pembinaan disiplin. Gen z dan gen alpha harus dibangun disiplinnya. Jika perlu mulai gen z dilakukan wajib militer. Tujuannya untuk membangun disiplin. Tidak saja disiplin waktu, tetapi disiplin hukum dan aturan, disiplin lalu lintas, termasuk disiplin pada pencapaian  cita-cita tujuan berbangsa dan bernegara. 


Kedua, orang tua harus memberi contoh teladan, memberi semangat dan dorongan kepada putra-putrinya. 

Sejak menjadi gen alpha, sampai menjadi gen z,  putra-putri mereka harus diberi contoh yang baik, diberi semangat dan dorongan untuk maju dan menjadi manusia hebat.


Ketiga, guru sebagai pendidik kedua setelah orang tua, pertama, ketika mau memberi pelajaran agar memberi nasihat dengan contoh nyata yang terjadi di masyarakat. Kalau baik diamalkan kalau jelek dijauhi. Selain itu, guru harus menjadikan filosofi pendidikan yang diajarkan Ki Hajar Dewantara sebagai panduan ketika berhadapan dengan murid dengan mempraktikkan "ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani".


Keempat, bekerja keras.  Gen z dan gen alpha harus selalu ditanamkan bahwa untuk mencapai kesuksesan harus melalui proses dengan bekerja keras. Jika ingin kaya misalnya,  harus dirintis dari bawah dengan bekerja keras. Kalau orang tua kaya dan mempunyai perusahaan, putra-putrinya harus dilatih - belajar dari bawah, tidak boleh langsung menjadi pimpinan perusahaan. Kalau itu dilakukan, perusahaan hanya menunggu waktu kehancurannya.


Kelima, kejujuran, sejak putra-putri menjadi gen alpha dan gen z harus diberi contoh, diucapkan dan terus-menerus mereka diingatkan karena kejujuran merupakan mahkota kehidupan.


Akhirnya untuk mewujudkan gen z dan gen alpha yang kuat, tangguh dan berkualitas, peran kedua orang tua dan  guru merupakan kunci. Akan tetapi, penting didukung  oleh semua elemen masyarakat melalui kolaborasi dengan pemerintah pusat dan daerah. 

Musni Umar, Sosiolog,  Cendekiawan Muslim


Berita Lainnya