Kesehatan

Orang Waras Tentu Tak Mau Telan Kecubung, Begini Penjelasan Dokter

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
21 Juli 2024 15:30
Orang Waras Tentu Tak Mau Telan Kecubung, Begini Penjelasan Dokter
Kepala Badan Narkotika Nasional Kabupaten (BNNK) Tabalong AKBP Tukiman menunjukkan tanaman kecubung yang ditemukan Desa Catur Karya, Kecamatan Haruai, Tabalong, Kalimantan Selatan, beberapa waktu lalu.

JAKARTA - Psikiater Konsultan Adiksi di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, dr. Firdaus Yamani Sp.KJ(K), menjelaskan berbagai gejala yang muncul pada keracunan buah kecubung, yang antara lain termasuk halusinasi.

“Gejala intoksikasi dari kecubung umumnya muncul 30 hingga 60 menit setelah konsumsi dan bisa bertahan hingga 24 hingga 48 jam,” kata Firdaus dalam diskusi daring yang diikuti dari Jakarta. Firdaus menjelaskan  salah satu ciri keracunan kecubung adalah cara bicara yang kacau serta halusinasi penglihatan. Selain itu, penderita akan mengalami kekeringan pada kulit, mukosa saluran pencernaan atas, dan saluran pernapasan. Gejala lain yang mungkin muncul adalah pelebaran pupil (midriasis), konstipasi, fotofobia, serta fluktuasi tekanan darah, baik tinggi (hipertensi) maupun rendah (hipotensi). Penderita juga mungkin mengalami suhu tubuh yang meningkat, bradikardia (denyut jantung lambat) atau takikardia (denyut jantung cepat), serta gangguan ritme jantung.

“Penderita mungkin merasa gelisah, disorientasi, kebingungan, dan dapat mengalami kejang, retensi urine, serta depresi pada sistem pernapasan,” ujar Firdaus. Kecubung adalah tanaman perdu yang umum ditemukan di negara-negara beriklim tropis dan subtropis, termasuk Indonesia. Tanaman ini mengandung senyawa alkaloid tropan, seperti atropin, skopolamin, dan hiosiamin, yang memiliki efek halusinogenik.

Efek dari konsumsi kecubung dapat bertahan hingga satu minggu, dan penggunaan dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan otak yang parah serta penurunan fungsi kognitif. “Penggunaan berulang dari kecubung dapat mengakibatkan kerusakan otak yang serius, menyebabkan gangguan jiwa dengan halusinasi berkepanjangan, perilaku kacau, dan penurunan fungsi kognitif,” tambah Firdaus.

Karena efek halusinasi dan risiko penyalahgunaan, kecubung tidak lagi digunakan sebagai obat tradisional. Menurut Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional Jamu Indonesia (PDPOTJI), kecubung sekarang dikategorikan sebagai tanaman beracun, meskipun sebelumnya pernah digunakan untuk meningkatkan stamina atau meredakan nyeri. (ant)
 
 


Berita Lainnya