Kesehatan

Kandungan Produk Susu Ikan Berkurang 50 Persen

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
14 September 2024 10:00
Kandungan Produk Susu Ikan Berkurang 50 Persen
ilustrasi produk susu ikan

JAKARTA - Guru Besar Gizi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar, Prof. dr. Agussalim Bukhari M.Clin.Med Ph.D Sp.GK Subs.KM, menyatakan bahwa ekstrak ikan yang dijadikan produk susu dapat menjadi alternatif sumber protein bagi anak-anak yang tidak menyukai rasa daging ikan utuh.

"Ini adalah cara lama dalam mengubah produk dari bentuk aslinya yang kurang disukai, seperti ikan karena baunya yang amis. Ikan tersebut diubah menjadi produk lain, misalnya dalam bentuk serbuk yang bisa diseduh menjadi susu, atau lebih tepatnya sari ikan," kata Prof. Agus dalam sebuah diskusi daring di Jakarta.

Menurutnya, sari ikan yang diolah menjadi susu dapat menjadi solusi untuk mengatasi masalah rasa amis yang sering tidak disukai oleh anak-anak. Selain itu, ikan mudah ditemukan di perairan tawar maupun laut, sehingga bahan bakunya sangat mudah diakses. Prof. Agus juga menjelaskan hampir semua jenis ikan dapat dijadikan ekstrak dalam bentuk susu bubuk, seperti ikan gabus dan lele yang kaya albumin, serta ikan salmon dan ikan teri yang tinggi kandungan omega-3 dan lemak sehat.

Sebagai Ketua Komite Advokasi Percepatan Penurunan Stunting Kesehatan Ibu dan Anak serta SDG’s PB IDI, Prof. Agus menyatakan bahwa baik susu sapi maupun susu ikan sama-sama kaya akan protein. Namun, susu ikan memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh susu sapi, yaitu kandungan omega-3 yang sangat baik untuk perkembangan otak dan kesehatan jantung.

Susu ikan juga rendah laktosa, sehingga aman dikonsumsi oleh anak-anak yang memiliki intoleransi laktosa atau alergi terhadap susu sapi. "Keunggulan utama dari ikan adalah kandungan omega-3 yang sangat penting untuk pertumbuhan otak, kesehatan jantung, pencegahan kanker, serta memiliki sifat antiinflamasi," jelasnya.

Namun, Prof. Agus mengingatkan dalam proses pembuatan susu dari ekstrak ikan, kandungan gizi dari ikan bisa berkurang hingga 50 persen akibat pemanasan dalam proses pasteurisasi. Oleh karena itu, meskipun susu ikan mengandung protein, vitamin, dan mineral, tetap diperlukan asupan dari sumber lain seperti sayur dan buah untuk mencukupi kebutuhan gizi harian.

Proses pembuatan susu ikan juga perlu dilakukan fortifikasi untuk menggantikan vitamin dan mineral yang hilang selama proses pengolahan. "Susu sapi pun saat ini bisa memiliki kandungan omega-3 yang tinggi karena teknologi farmasi modern memungkinkan penambahan nutrisi atau penghilangan zat-zat berbahaya," tambahnya.

Sebagai penutup, Prof. Agus menyarankan untuk tetap mengonsumsi ikan segar jika tersedia, karena kandungan protein, vitamin, dan mineralnya masih utuh. Namun, susu ikan bisa menjadi pilihan alternatif, terutama bagi mereka yang sulit mendapatkan ikan segar atau ingin pilihan lain selain susu sapi yang harganya lebih mahal. (ant)
 


Berita Lainnya