Internasional
Tiga Tahun Perang Rusia-Ukraina: Ukraina Kehilangan Wilayah dan Dukungan AS

JAKARTA - 24 Februari 2025 menandai tiga tahun sejak pecahnya perang antara Rusia dan Ukraina. Kondisi terkini menunjukkan Ukraina semakin terdesak, dengan kehilangan wilayah yang signifikan dan ancaman berkurangnya bantuan dari Amerika Serikat.
Ukraina Terus Kehilangan Wilayah Strategis
Dalam tiga tahun sejak invasi Rusia dimulai pada 24 Februari 2022, Ukraina telah kehilangan sekitar 11% dari wilayahnya. Sejak 2014, termasuk dengan pencaplokan Crimea oleh Rusia dan penguasaan sebagian wilayah Donbas, total wilayah yang direbut dari Ukraina mencapai 18%.
Pada awal perang, Ukraina berhasil mempertahankan Kyiv dan merebut kembali beberapa bagian wilayah seperti Kharkiv dan Kherson. Namun, di wilayah timur, terutama di sekitar Donetsk dan Bakhmut, Rusia terus memperkuat dominasinya. Invasi yang awalnya dirancang untuk menguasai Ukraina dalam hitungan hari justru berkembang menjadi konflik berkepanjangan yang berlangsung hingga saat ini.
Ancaman Macetnya Bantuan dari Amerika Serikat
Amerika Serikat, yang selama ini menjadi penyokong utama Ukraina dengan bantuan lebih dari USD95 miliar sejak 2022, kini berada di persimpangan jalan. Presiden Donald Trump telah mengisyaratkan perubahan kebijakan dengan menuntut Ukraina memberikan timbal balik berupa akses ke sumber daya mineral tanah langka.
Trump juga meminta Ukraina mengembalikan sebagian bantuan yang telah diberikan dan menegaskan bahwa Amerika Serikat tidak bisa terus memberikan bantuan tanpa keuntungan ekonomi yang sepadan. Akibatnya, berbagai proyek kemanusiaan yang didukung oleh USAID di Ukraina mengalami penangguhan, menyebabkan pemutusan kerja bagi staf organisasi bantuan dan penghentian layanan sosial penting, seperti bantuan kesehatan mental dan deteksi HIV.
Jutaan Warga Ukraina Mengungsi
Sejak awal invasi, jutaan warga Ukraina terpaksa meninggalkan rumah mereka. Data dari badan pengungsi PBB menunjukkan bahwa lebih dari 6,3 juta warga Ukraina mengungsi ke berbagai negara Eropa, dengan Jerman menampung sekitar 1,2 juta pengungsi, Polandia hampir 1 juta, dan Republik Ceko sekitar 390.000 orang.
Di sisi lain, Rusia juga menampung sekitar 1,2 juta pengungsi Ukraina berdasarkan perkiraan terbaru PBB per Juni 2024. Kondisi pengungsi ini semakin sulit dengan ketidakpastian dukungan internasional yang terus berubah.
Korban Jiwa Terus Bertambah
Perang yang berlangsung selama tiga tahun ini telah merenggut lebih dari 40.000 korban jiwa dari warga sipil, menurut laporan Kantor Hak Asasi Manusia PBB. Mayoritas kematian disebabkan oleh penggunaan senjata peledak dalam serangan terhadap kota-kota di Ukraina. Di antara korban tewas, sekitar 6.203 adalah pria dewasa, sementara 669 adalah anak-anak.
Masa Depan Ukraina di Tengah Ketidakpastian
Dengan perubahan kebijakan dari sekutu utama seperti Amerika Serikat dan tekanan yang terus meningkat dari Rusia, masa depan Ukraina semakin tidak menentu. Perundingan damai yang baru-baru ini diadakan di Arab Saudi, tanpa kehadiran perwakilan Kyiv, menunjukkan adanya upaya diplomasi yang bisa mengarah pada perubahan besar dalam dinamika perang ini.
Mampukah Ukraina bertahan dengan situasi yang semakin sulit ini? Ataukah tekanan dari berbagai pihak akan memaksa Kyiv untuk menerima solusi damai yang lebih menguntungkan bagi Rusia? Hanya waktu yang akan menjawab. (mul)
#PerangUkraina #Geopolitik #DukunganAS #UkrainaVsRusia #BantuanMiliter #KrisisPengungsi #PerundinganDamai