Opini
Isra’ Mi’raj dan Realita Umat Part- 5
SETELAH selesai mengimami para nabi dan rasul pendahulunya Jibril kemudian mendatangi Rasulullah SAW dengan dua mangkok atau dua gelas. Satu gelas berisikan minuman beralkohol (semacam anggur). Dan satunya lagi berisikan minuman susu segar. Jibril menawarkan kepada Rasulullah untuk memilih salah satunya dan meminumnya. Rasulullah dengan sigap mengambil gelas atau mangkuk yang berisikan susu (laban) dan meminumnya.
Pilihan Rasulullah ini mendapat pujian dari Jibril sebagai pilihan “fitrah”. Pilihan yang menggambarkan bukan sekedar karena aspek kemurnian dan kesehatan. Tapi lebih dari itu pilihan itu menggambarkan situasi batin dan sikap jiwa yang fitrah (suci/bersih). Pastinya hal ini tidak lepas dari proses yang terjadi di Masjidil Haram sebelumnya, di mana dada beliau dibuka, dibersihkan dengan air zamzam dan diisi dengan keimanan.
Perlu diingat bahwa ketika itu khamr (alkohol) belum diharamkan. Belum ada hal muamalah yang disyariatkan bagi Rasulullah SAW. Namun Rasulullah menghindari khamr dan memilih susu. Sebuah penggambaran yang jelas bahwa ketika seseorang memiliki hati yang bersih dan sehat, maka pilihan-pilihan hidupnya akan bersih dan sehat (sesuai fitrah). Dan di sinilah kita semakin meyakini bahwa antara fitrah kemanusiaan dan agama Islam itu sejalan dan senyawa. Hal yang baik dan benar secara agama pastinya akan diterima pula sebagai sesuatu yang benar dan baik oleh fitrah manusia.
Oleh karena itu tawaran Jibril kepada baginda Rasul untuk memilih antara khamar dan susu itu sangat menggambarkan realita kehidupan manusia. Bahwa kehidupan manusia ini menawarkan kepadanya hanya dua hal. Menawarkan hal yang benar (al-haq) dan menawarkan hal-hal yang salah (bathil). Menawarkan yang baik (thayyib) dan juga menawarkan yang buruk (khobits). Menawarkan hal-hal yang bermanfaat (beneficial) tapi juga menawarkan hal-hal yang membawa kemudharatan (harmful).
Maka manusia dalam hidupnya itu sesungguhnya menghadapi pilihan-pilihan tadi. Dan Islam datang dengan tawaran terbuka kepada manusia: “man syaa fal yu’min wa man syaa falyakfur” (siapa yang mau beriman silahkan. Tapi siapa yang kafir juga silahkan”. Manusia bisa memilih berdasarkan kebebasan dasar yang telah diberikan kepadanya. Sekaligus sebagai bagian dari kemuliaannya (karomah) sebagai makhluk Allah yang terbaik (ahsanu taqwim).
Hanya saja dalam menentukan pilihan hidupnya manusia memerlukan hati yang bersih (fitrah) tadi. Dan karenanya Islam dalam banyak rujukan keagamaan, baik Al-Quran maupun Al-Hadits, mengingatkan pentingnya memelihara hati. Memelihara kefitrahan jiwa agar manusia dalam langkah-langkah kehidupannya tidak keluar dari kefitrahannya. “Beruntunglah dia yang mensucikan” (Al-a’laa). “Beruntunglah siapa yang mensucikannya. Dan merugilah siapa yang mengotorinya” (As-Syams).
Namun sungguh mengerikan bahwa kenyataan hidup manusia masa sedang mengalami kerusakan yang parah disebabkan karena fitrah manusia yang mengalami pengrusakan. Kerusakan fitrah itulah yang menjadikan manusia melakukan pilihan-pilihan hidup yang paradoksikal dengan dirinya dan fitrahnya sendiri. Saya tidak perlu memberikan contoh yang banyak. Tapi akibat kerusakan fitrah itu manusia tidak lagi malu-malu melakukan hal-hal yang hewan pun tidak berani lakukan.
Akibat kerusakan fitrah yang menjadikan manusia memilih pilihan-pilihan hidup yang salah dan bertentangan dengan fitrahnya maka terjadilah kerusakan (fasaad) di mana-mana. Di surah Ar-Rum Allah menyampaikan: “Kerusakan telah nampak di darat dan di laut akibat perbuatan manusia”. Berbagai kerusakan yang nampak dan dirasakan secara langsung oleh manusia saat ini tidak lepas dari pilihan-pilihan hidup yang salah sebagai akibat dari kerusakan hati.
Lihat misalnya kerusakan lingkungan, berbagai pertumpahan darah dan pembunuhan, kemiskinan dan ambruknya nilai-nilai sosial dan seterusnya tidak terpisahkan dari kesalahan manusia dalam pilihan hidup. Dan sekali lagi, pilihan hidup yang salah terjadi karena kegagalan manusia dalam menjaga hati. Inilah sesungguhnya telah diingatkan oleh Rasulullah sejak lama: “sungguh dalam tubuh manusia ada segumpal darah yang jika baik akan baik seluruh perbuatannya. Tapi jika rusak akan rusak semua perbuatannya. Sungguh itulah hati”.
Upaya memperbaiki dunia saat ini tidak mungkin bisa kecuali jika kita sadar akan pentingnya menjaga hati. Jagalah hati karena di sana sumber segalanya. Sumber kebaikan atau sumber kejahatan. Maka selalulah pilih susu dan jangan sekali-kali memilih khamar!
Bersambung!