Features

Islamic Centre Depok Jadi Pionir Pendidikan Digital bagi Remaja

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
20 Maret 2024 14:25
Islamic Centre Depok Jadi Pionir Pendidikan Digital bagi Remaja
Kegiatan Pesantren Kilat Ramadan di Islamic Centre Depok, Jawa Barat.

DEPOK - Islamic Centre Depok di kawasan Depok Lama, Perumahan Bella Casa, Jalan Tole Iskandar Nomor 1 Kota Depok menjadi pionir atau perintis bagi  pembinaan anak-anak muda dalam pengembangan pengetahuan dan keterampilan digital.

Islamic Centre Depok yang berada di bawah naungan Yayasan Masjid An Nur Islamic Centre (YAMANIC) Kota Depok ini mengambil posisi membersamai generasi baru di tengah arus revolusi teknologi infornasi (TI) dan kecerdasan buatan atau akal imitasi (artificial Intellegence/AI).

Hal itu disampaikan Ketua YAMANIC Abdul Rahman Ma'mun saat membuka Sesi Perdana Pendidikan Digital Remaja di Komplek Masjid An-Nur Islamic Centre Kota Depok, Sabtu (16/3/2024).

"Pendidikan digital merupakan keniscayaan bagi generasi saat ini. Kita hidup di era ini hampir tidak mungkin melepaskan diri dari perangkat digital. Maka bagi remaja, pendidikan digital ini mutlak diperlukan," kata Ketua YAMANIC Abdul Rahman Ma'mun.

Pada "Sharing Session" perdana dalam rangkaian Pesantren Kilat Ramadan di Islamic Centre Depok hadir Prof. Muhammad Suryanegara, PhD. Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Indonesia (UI) Depok pada sore Sabtu, (16/3/2024). Pada sesi ini Prof. Surya mengenalkan penggunaan salah satu tools chatgpt dan gencraft yang merupakan  salah satu artificial intelegence yang mampu me-generate gambar sesuai yang dibayangkan oleh pengguna melalui parameter yang diinput.

Remaja dan gadget menjadi keniscayaan. Gadget telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan generasi milenial maupun Gen-Z. "Akan tetapi, meski banyak manfaat, penggunaan gadget (gawai) yang berlebihan dapat memberikan dampak negatif bagi pertumbuhan remaja," kata Mohammad Saihu, Pengurus Harian dan Ketua Bidang Pembinaan dan Pengembangan Pemuda  YAMANIC.

Berbagai program membatasi remaja dalam penggunaan gadget seperti ponsel dan tablet banyak didengungkan. Namun Pengurus YAMANIC mempunyai cara berbeda. Melalui Program Mencetak Remaja Muslim Cendekia, dalam Bulan Ramadan Tahun 2024 atau 1445 H, diselenggarakan Pesantren Kilat Ramadan bertajuk, "Remaja, IT, AI, Disrupsi Informasi, dan Keteladanan".

Materinya memantik, "Pentingnya Gadget bagi Remaja",  para santrinya pun diwajibkan membawa gadget. Pengasuhnya Pakar IT & AI  serta Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Indonesia yang kebetulan Ketua Bidang Pendidikan YAMANIC, Prof. Dr. Muhammad Suryanegara, M.Sc.

Saihu berpendapat, realitas  anak  remaja sekarang menjadi "digital natives" karena  tumbuh di tengah maraknya teknologi digital dan internet.  Mestinya, selain penjelasan  dampak buruk yang diakibatkan  kecanduan ber-gadget,  anak remaja juga harus dituntun dan diberikan pemahaman yang baik, bahwa sejatinya gadget diciptakan untuk memberikan manfaat bagi penggunanya.

Tak bisa dielak, segala kebutuhan manusia telah terkoneksi dengan gadget, termasuk informasi tugas anak sekolah dasar. "Pada bulan Ramadan ini, gadget bisa bermanfaat untuk alarm saat sahur, menjadi sumber informasi paling mudah untuk mengetahui syarat, rukun, dan hal-hal yang dilarang dalam berpuasa, termasuk sebagai media baca Al Qur'an yang paling praktis," terang Saihu.

Ketua YAMANIC Abdul Rahman Ma'mun saat membuka Sesi Perdana Pendidikan Digital Remaja di Komplek Masjid An-Nur Islamic Centre Kota Depok, Sabtu (16/3/2024).

Jadilah Master, Bukan Hamba "Gadget"

Profesor Suryanegara yang dipanggil akrab  anak dan remaja masjid dengan sebutan Pak Surya memetaforakan gadget bagai pisau bermata dua.  "Pisau yang  tajam berfungsi menjadi alat potong, memberikan manfaat, menghasilkan keuntungan bila dipergunakan  sesuai fungsi dan arah yang benar, tapi bila salah memfungsikan pisau, salah arah pemakaiannya, pisau akan dapat menyakiti diri sendiri dan orang lain, bahkan membunuh," terangnya

Karena itu, profesor pemilik ide "Inovasi Teknologi Indonesia Emas dari Graham Bell sampai 6G Mobile Communication" ini, mengimbau agar anak dan remaja menjadi master, bukan hamba dari gadget.

Sejumlah keuntungan ber-gadget disampaikan, di antaranya; sebagai alat komunikasi,, mencari informasi dari seluruh belahan dunia, menambah ilmu/wawasan, memanfaatkan media sosial, menambah teman, sebagai alat hitung pengganti kalkulator,  foto, selfie, membuat konten, video,   mendengar musik, nonton film, main game, belajar, dan membaca maupun menghafal Al Qur'an, dll.

Pak Surya berjanji Program Pendidikan dan Pengembangan Remaja atas Penggunaan Gadget tidak hanya selesai dalam Program Sanlat, tapi akan diteruskan pasca Ramadan. Metode penyampaiannya akan dinamis dengan tanya jawab, kuis/games, dan bertempat tak terbatas di masjid, tapi sesuai selera anak remaja. "Ini kita programkan agar anak remaja merasa senang, nyaman, dan yang lebih penting mengerti dan mendapat manfaat," jelas Pak Surya.

Setelah Sharing Session perdana pada Sabtu (16/3/2024) pertemuan selanjutnya dalam bulan Ramadan, akan digelar pada Sabtu, 23, 29 Maret dan 6 April 2024. (*)


Berita Lainnya