Internasional
Begini Cara Israel Temukan Pimpinan Hizbullah dan Membunuhnya dengan Serangan Udara
JAKARTA - Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, dilaporkan tewas dalam serangan udara yang dilakukan oleh Israel di Beirut, Ibu Kota Lebanon, pada akhir pekan lalu. Sejak Israel memulai agresinya terhadap Palestina, Hizbullah ikut terlibat dalam serangan balasan terhadap wilayah Israel. Aksi ini memicu kemarahan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang kemudian berupaya memperluas konflik di perbatasan dan mencari cara untuk menghabisi Nasrallah serta pemimpin Hizbullah lainnya.
Selama dua pekan terakhir, Israel secara intensif menggempur Lebanon, mulai dari ledakan hingga pemboman situs-situs yang diduga sebagai pangkalan Hizbullah. Serangan udara Israel pada Jumat (27/9/2024) akhirnya berhasil menewaskan Nasrallah. Selain itu, komandan pasukan elit Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) juga menjadi korban dalam serangan tersebut.
Atas kematian salah satu jenderalnya, Iran bersumpah akan melakukan pembalasan. Serangan yang menewaskan Nasrallah ini disebut-sebut sebagai hasil operasi intelijen yang telah berlangsung lama. Juru bicara militer Israel, Letnan Kolonel Nadav Shoshani, menjelaskan pihaknya telah mengumpulkan informasi selama bertahun-tahun mengenai lokasi dan pergerakan Nasrallah. Pada hari serangan, intelijen Israel mendapatkan informasi bahwa Nasrallah dan para petinggi Hizbullah akan berkumpul di sebuah markas besar di Beirut.
Sebelumnya, Israel telah menargetkan lokasi tersebut dan memperkuat operasi dengan pengerahan jet tempur F-15 yang membawa sejumlah besar bom. Tepat pada pukul 18:30 waktu setempat, ledakan dahsyat mengguncang Beirut, dengan lebih dari 80 bom dijatuhkan dalam hitungan menit. Serangan ini berhasil menciptakan kawah besar di lokasi ledakan.
Laporan dari media The Wall Street Journal menyebutkan bahwa Israel telah merencanakan serangkaian ledakan beruntun untuk menghancurkan bunker tempat Nasrallah berada. Meskipun serangan ini telah direncanakan selama beberapa bulan, waktu eksekusi bersifat oportunistik, dilakukan berdasarkan informasi yang diterima beberapa jam sebelum pertemuan tersebut berlangsung.
Serangan ini terjadi bersamaan dengan Sidang Umum PBB di New York, di mana Netanyahu sedang berada di luar negeri. Kantor Perdana Menteri Israel merilis foto Netanyahu yang disebut-sebut sedang memberikan persetujuan atas serangan tersebut dari hotelnya di New York. Hingga kini, Israel belum mengungkapkan jenis senjata yang digunakan, namun pejabat Israel tengah mempertimbangkan apakah akan melanjutkan operasi militer di darat untuk mengatasi ancaman dari Hizbullah di perbatasan. (dan)