Features

Upaya Gugah Kesadaran Gen Z untuk Bertani

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
23 Juni 2024 13:30
Upaya Gugah Kesadaran Gen Z untuk Bertani
Kolase foto-Membangun swasembada pangan di pekarangan rumah.

JAKARTA - Hidup di negeri agraris seharusnya memastikan ketahanan pangan yang kuat. Namun, kenyataannya harga bahan makanan masih sering bergejolak, baik karena cuaca, pasokan, maupun momen hari besar keagamaan. Jika pembenahan sektor pertanian masih sulit dilakukan oleh pemangku kepentingan, masyarakat bisa bertani di pekarangan untuk membangun rumah mandiri pangan sebagai solusi yang mudah direalisasikan.

Hari Krida Pertanian yang diperingati setiap tanggal 21 Juni sejak 1972 bertujuan menghargai "pahlawan pangan" yang bekerja di sektor pertanian. Masyarakat pertanian, termasuk petani, peternak, pegawai, dan pengusaha di sektor ini, merayakannya sebagai hari bersyukur, berbangga hati, mawas diri, dan darma bakti.

Darma bakti para petani sebagai penyedia pangan bagi 279 juta penduduk Indonesia layak mendapat penghormatan melalui regulasi yang ramah petani. Ini termasuk penyediaan bibit unggul, subsidi pupuk yang mudah diakses, infrastruktur irigasi memadai, penyerapan produksi, dan manajemen distribusi yang memastikan kesejahteraan petani dari panennya.

Namun, praktiknya tidak semudah itu. Di tingkat hulu, petani sering merugi bahkan saat panen berlimpah yang menyebabkan harga komoditas jatuh. Sementara di ujung hilir, konsumen sering dipermainkan dengan harga yang naik turun.

Perspektif Ekonomi Mikro
Pakar ekonomi mikro Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Imam Prayogo, menyatakan perlunya kesadaran pangan bersama. Di Pulau Jawa, wilayah paling padat penduduk, lahan pertanian berkurang karena menjadi permukiman warga. Menurut Igo, masyarakat perlu membuat terobosan baru dengan bercocok tanam di lahan sekitar menggunakan teknik-teknik terbaru.

Saat ini, petani masih menjadi profesi yang kurang diminati oleh Gen Z. Padahal, pasokan bahan pangan menjadi tantangan ke depan. Data BPS menunjukkan ada sekitar 9,89 juta anak muda usia 15-25 tahun yang tidak menempuh pendidikan, pelatihan, atau pekerjaan. Para pemangku kepentingan perlu memberdayakan mereka menjadi petani andal, yang bisa menjadi penghasil pangan masa depan. Generasi Z yang fasih teknologi dapat mengoptimalkan hasil panen.

Solusi Pertanian dan Teknologi
Untuk memberdayakan petani, perlu stimulus seperti pengadaan bibit unggul, kemudahan pupuk, teknologi tepat guna pertanian modern, dan harga jual panen yang bersaing. Indonesia sebagai negeri agraris masih memiliki ketahanan pangan yang lemah karena masalah kompleks, mulai dari regenerasi petani, berkurangnya lahan, jaminan pupuk berkualitas, harga jual optimal, hingga regulasi bagi tengkulak.

Upaya dan Program Pemerintah
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) meluncurkan portal Satu Data Indonesia (SDI) pada Desember 2022 untuk menyelaraskan data pangan nasional. Selain itu, Kartu Tani diterbitkan untuk memudahkan petani mengakses subsidi dan bantuan. Kementerian Pertanian juga menurunkan tenaga penyuluh hingga ke desa-desa untuk meningkatkan pengetahuan petani dan mencegah gagal panen. Program Sekolah Lapang Iklim (SLI) oleh BMKG juga membantu petani beradaptasi dengan perubahan iklim.

Untuk regenerasi petani, pemerintah membuka sekolah vokasi pertanian, seperti Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian Pembangunan (SMK PP). Ada tiga SMK-PP yang dikelola oleh Kementerian Pertanian, serta seratusan lainnya milik pemerintah daerah atau yayasan. Rata-rata 27.000 siswa menempuh pendidikan di SMK-PP dan sekitar 9.000 siswa lulus setiap tahun.

Inovasi Distribusi dan Swasembada Pangan
Pelantar daring seperti Sayurbox, Segari, Bakul Sayur Online, dan Mart77 memotong rantai pasok dengan menyerap hasil panen petani untuk ditawarkan ke konsumen. Toko Tani Indonesia (TTI) juga menjual hasil panen petani lokal dengan harga murah, membantu memotong rantai pasok pangan.

Gairah Bertani
Semakin banyak orang tergerak untuk bertani di pekarangan rumah mereka, baik karena dorongan pemerintah maupun inspirasi dari konten kreatif di media sosial. Akun-akun seperti @Tanduria, @RumahAgroTani, @infarmid, dan @Rynfarm berbagi tips bercocok tanam dan manfaat tanaman bagi kesehatan dan lingkungan.

Contoh lainnya adalah @Hidupdikakigunung, yang menunjukkan bagaimana mencukupi kebutuhan pangan keluarga dari hasil kebun dan sawah sendiri. Banyak pengikut di media sosial yang terinspirasi untuk mulai bertani di rumah mereka.

Harapan Masa Depan
Dengan semangat bertani yang terus menjalar, diharapkan tercipta swasembada pangan mandiri. Ini pada akhirnya akan mengurangi ketergantungan pada tengkulak dan mafia pangan, membawa masyarakat menuju ketahanan pangan yang lebih kuat. (ant)


Berita Lainnya