Opini
Prabowo dan Dilema Kepemimpinan: Antara Loyalitas dan Amanah Rakyat
Oleh: Ahmad Khozinudin, S.H.

KEHENINGAN Prabowo Subianto dalam menanggapi tuntutan pengadilan terhadap Joko Widodo (Jokowi) bukan sekadar sikap pasif, melainkan tamparan bagi rakyat yang menginginkan keadilan. Sebagai pemimpin negara, Presiden harus menegakkan konstitusi dan menjunjung amanah rakyat, termasuk dalam hal akuntabilitas hukum.
Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Alih-alih mendukung transparansi dan keadilan, Prabowo justru memilih berdiri di belakang Jokowi. Pernyataan "Hidup Jokowi" yang disampaikan dalam forum publik bukan hanya meredam aspirasi rakyat, tetapi juga memperlihatkan loyalitas berlebihan yang berpotensi merusak kepercayaan masyarakat terhadapnya.
Mandat dari Rakyat atau Jokowi?
Sebagai Presiden terpilih, Prabowo seharusnya memahami bahwa mandatnya berasal dari rakyat, bukan individu tertentu. Namun, pernyataannya yang menegaskan bahwa ia menjadi Presiden karena Jokowi justru menyiratkan sebaliknya. Jika ungkapan tersebut hanya sebatas percakapan pribadi, mungkin rakyat tidak akan mempermasalahkannya. Namun, ketika dikemukakan dalam ruang publik, hal itu bisa dianggap sebagai bentuk pelecehan terhadap suara rakyat dan norma konstitusi.
Lebih mengejutkan lagi, baru beberapa bulan menjabat, Prabowo sudah menunjukkan ambisi politiknya untuk Pemilu 2029. Keputusan ini mencerminkan seolah-olah kekuasaan adalah tujuan utama, bukan pengabdian kepada rakyat. Apakah ini indikasi bahwa kepentingan politik lebih diutamakan daripada kesejahteraan masyarakat?
Janji Manis dan Kenyataan Politik
Prabowo kerap tampil dengan pidato yang berapi-api, mengutuk korupsi, dan menekankan pentingnya efisiensi anggaran. Namun, kenyataan berkata lain. Kabinet justru diperbesar dengan penunjukan banyak staf baru. Menteri-menteri yang memiliki rekam jejak korupsi dari era Jokowi pun tetap dipertahankan. Sikap ini memunculkan pertanyaan besar: apakah janji-janji Prabowo hanya sekadar retorika politik?
Di satu sisi, ia mengeluhkan keterbatasan anggaran, namun di sisi lain, kebijakan yang diambil justru berlawanan dengan prinsip efisiensi yang ia gaungkan. Kontradiksi ini memperkuat pandangan bahwa kepemimpinan Prabowo semakin jauh dari harapan rakyat.
Prabowo: Bayangan Jokowi dalam Politik?
Dulu, Prabowo kerap mengkritik kebijakan Jokowi, bahkan pernah memprediksi Indonesia akan bubar pada 2030. Kini, setelah berada di kursi kekuasaan, ia tampak berjalan di jalur yang sama. Apakah ini pertanda bahwa ia sebenarnya merupakan kelanjutan dari kepemimpinan Jokowi?
Kepercayaan publik terhadap Prabowo semakin tergerus. Jika ia tidak segera membuktikan diri sebagai pemimpin yang independen dan berpihak kepada rakyat, maka bukan tidak mungkin harapan masyarakat terhadap perubahan akan benar-benar sirna.
Penulis adalah: [Koordinator Tim Advokasi Melawan Oligarki Rakus Perampas Tanah Rakyat/ TA-MOR PTR
#Prabowo #Jokowi #PolitikIndonesia #Pemilu2029 #KepercayaanRakyat #Demokrasi #Keadilan #IndonesiaMaju