Daerah

Waduh! Siswa SMK di Semarang Tertembak Polisi, Satpam di TKP Bantah Ada Tawuran

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
27 November 2024 10:00
Waduh! Siswa SMK di Semarang Tertembak Polisi, Satpam di TKP Bantah Ada Tawuran
Kapolrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar dan korban penembakan polisi Gamma Rizkynata Oktafandy sewaktu hidup

SEMARANG - Seorang siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Semarang, Jawa Tengah, tewas akibat tembakan polisi pada Minggu (24/11/2024). Peristiwa ini terjadi saat polisi dikabarkan berupaya melerai tawuran di kawasan Perumahan Paramount, Semarang Barat.

Kapolrestabes Semarang, Kombes Irwan Anwar, menyatakan bahwa tembakan dilepaskan sebagai langkah pertahanan diri setelah polisi mendapat serangan. Namun, klaim ini diragukan oleh seorang petugas keamanan di lokasi.

Bantahan Satpam 

Satpam Perumahan Paramount, yang enggan disebutkan namanya, memastikan tidak ada tawuran terjadi di wilayah tersebut pada saat kejadian.

“Tidak ada tawuran di sini. Rekan saya yang bertugas malam juga memastikan tidak ada kejadian seperti itu. Kalau ada tawuran, kami pasti tahu dan melaporkannya ke atasan,” ungkapnya kepada media, Senin (25/11/2024).

Dituduh Anggota Gangster

Kapolrestabes Semarang juga menyebut korban, GRO (Gamma Rizkynata Oktafandy), sebagai anggota kelompok gangster “Pojok Tanggul” yang terlibat bentrokan dengan gangster “Seroja.” Namun, pernyataan ini ditolak oleh pihak sekolah korban, SMK Negeri 4 Semarang.

Nanang Agus, Staf Bagian Kesiswaan SMK Negeri 4 Semarang, mengatakan bahwa GRO dikenal sebagai siswa berprestasi dan aktif dalam kegiatan Paskibra.

“Kalau korban tergabung dalam gangster, kami tidak tahu. Namun, rekam jejak mereka di sekolah sangat baik dan berprestasi. Jadi, kami kesulitan menghubungkan ini dengan gangster,” jelas Nanang.

Kronologi

GRO, seorang siswa berusia 16 tahun, dilaporkan tewas setelah tertembak di bagian pinggul. Menurut polisi, tembakan dilepaskan saat melerai tawuran. Korban sempat dilarikan ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUP dr Kariadi Semarang sebelum dinyatakan meninggal dunia.

Staf Humas RSUP dr Kariadi, Aditya Kandu, mengonfirmasi bahwa korban dirawat pada Minggu dan keluar di hari yang sama. Namun, ia tidak dapat memastikan apakah korban sempat menjalani operasi untuk mengeluarkan proyektil peluru selama berada di rumah sakit.

Kontroversi

Peristiwa ini menyisakan tanda tanya besar. Pernyataan dari pihak kepolisian, petugas keamanan, dan pihak sekolah saling bertolak belakang. Kasus ini mendapat sorotan luas, terutama mengenai dugaan pelibatan korban dalam gangster dan prosedur penggunaan senjata oleh polisi.

Kasus ini diharapkan mendapat penanganan transparan untuk memberikan keadilan kepada pihak-pihak terkait. (dan)


Berita Lainnya