Features

Tragedi Sinta Handiyana, Janda yang Dipenggal Kepalanya oleh Tukang Jagal Hewan

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
01 November 2024 13:00
Tragedi Sinta Handiyana, Janda yang Dipenggal Kepalanya oleh Tukang Jagal Hewan
Sinta Handiyana semasa hidup (kiri) dan pembunuhnya Fauzan Fahmi

JAKARTA - Sinta Handiyana (40) sempat berkomunikasi melalui WhatsApp dengan anak-anaknya sebelum akhirnya ditemukan tewas mengenaskan tanpa kepala di Jakarta Utara pada Selasa (29/10/2024). Ibu Sinta, Sutiyati (58), mengungkapkan bahwa komunikasi terakhir antara Sinta dan anak-anaknya terjadi pada Minggu malam (27/10/2024). Sejak siang hari di hari itu, Sinta sudah berpamitan untuk pergi bekerja sebagai admin di sebuah perusahaan pengiriman logistik.

"Minggu malam, dia sempat meminta anaknya mengirimkan foto lewat WA, katanya, 'Kirim foto Mamah, Yu, yang pakai jilbab,'" kenang Sutiyati pada Kamis (31/10/2024). Sang anak pun mengirimkan foto tersebut, menampilkan Sinta yang sedang berdiri mengenakan jilbab. Setelah itu, Sinta tidak lagi mengirim pesan atau merespon.

Pada Senin pagi, anak-anak Sinta mulai cemas karena biasanya jika Sinta bekerja siang hari, ia akan pulang pada malam harinya. Mereka mencoba menghubungi ibunya melalui WhatsApp, namun tak ada balasan. Bahkan ketika ditelepon, ponselnya tidak diangkat. Anak-anak Sinta kemudian mencoba mencari tahu keberadaan sang ibu melalui teman-teman kerjanya, tetapi tidak ada kabar yang diterima.

Keesokan harinya, Selasa (29/10/2024), Sinta belum juga pulang. Anak-anaknya, yang tidak memiliki uang untuk makan, akhirnya melaporkan situasi tersebut kepada nenek mereka. "Saya juga terkejut, 'memangnya Mama kalian ke mana?' Anak-anaknya bilang sudah dicoba di-WA dan ditelepon, tapi tidak ada jawaban. Mereka juga merasa ada firasat yang tidak enak," ujar Sutiyati, yang kemudian berusaha menenangkan cucu-cucunya.

Kabar dari Polisi

Beberapa jam setelah anak Sinta mengadu kepada Sutiyati, salah satu anak Sinta menerima telepon dari seseorang yang mengaku sebagai polisi dari Polda Metro Jaya. "Anak kedua Sinta ditelepon dari kepolisian. Dia ditanya, 'Ini anaknya Ibu Sinta, ya?' Lalu ditanya mengenai pekerjaan ibunya dan hal-hal lain. Pokoknya, dia di-interview begitu," ungkap Sutiyati. Namun, polisi tersebut belum menjelaskan secara langsung tentang keberadaan atau kondisi Sinta.

Meski begitu, panggilan tersebut membuat anak-anak Sinta semakin gelisah. Mereka menangis di pangkuan Sutiyati, khawatir ada hal buruk yang terjadi pada ibunya. "Saya terus menenangkan mereka dan bilang kalau telepon itu mungkin bukan pertanda apa-apa. Saya juga bilang, 'Mudah-mudahan ibu kalian bisa pulang'," ujar Sutiyati. Pada petang hari setelah mereka selesai menunaikan salat Magrib, pihak kepolisian datang ke rumah Sinta. Mereka melakukan verifikasi terkait identitas dan ciri-ciri fisik Sinta.

Saat itulah, polisi akhirnya memberitahukan bahwa Sinta telah meninggal dunia. Jenazahnya ditemukan terbungkus dalam lapisan karung dan kasur di dermaga kapal dekat SPBU di Jalan Tuna, Muara Baru, Jakarta Utara, pada Selasa (29/10/2024) sekitar pukul 10.29 WIB.

Penemuan Mayat

Denni Zaelani (34), petugas di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU), menjelaskan  mayat tersebut pertama kali ditemukan oleh seorang buruh kapal pencari ikan. "Si buruh kapal itu sedang bongkar muatan ikan dan ingin ngopi sambil beristirahat. Saat melihat ke arah air, dia melihat sesuatu yang mencurigakan di tepi. Lalu, dia lapor ke saya," kata Denni saat ditemui di lokasi, Selasa. Denni, yang penasaran, mengangkat karung yang mengapung di air dan membawanya ke daratan. Namun, karena merasa curiga, ia tidak berani membuka karung tersebut dan segera menghubungi polisi.

"Setelah polisi datang, baru karung itu dibuka, dan ketika dibuka, terlihat mayat wanita tanpa kepala. Namun, bagian tubuh lainnya masih utuh," ujar Denni. Denni menjelaskan, mayat wanita tanpa kepala tersebut dibungkus dalam lima lapisan. Saat bungkusan dibuka, mayat itu mengeluarkan bau tak sedap, meskipun tidak terlalu menyengat. Darah di tubuh korban juga masih terlihat segar.

Pembunuhnya Teman Dekat

Polisi menangkap seorang pria bernama Fauzan Fahmi pada hari yang sama saat jasad korban ditemukan. Fauzan, yang bekerja sebagai tukang jagal hewan, ditangkap oleh tim Subdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya di rumahnya di Penjaringan. Saat penangkapan, Fauzan sempat melawan petugas, sehingga polisi menembak kaki kanannya untuk melumpuhkannya. Saat ini, polisi masih melakukan pemeriksaan intensif terhadap Fauzan untuk mencari tahu motif di balik pembunuhan Sinta dengan cara memenggal kepalanya.

Polda Metro Jaya telah mengonfirmasi penangkapan Fauzan Fahmi (43) terkait kasus mutilasi terhadap wanita berinisial SH (40) di Muara Baru, Jakarta Utara. Polisi juga berencana melakukan tes kejiwaan terhadap Fauzan. "Benar, tes kejiwaan akan dilakukan terhadap tersangka," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Ade Ary Syam Indradi, kepada wartawan pada Jumat (1/11/2024).

Polisi mengungkapkan Fauzan dan SH adalah teman dekat. Namun, hingga saat ini, motif di balik pembunuhan tersebut belum diungkap.

Janda Empat Anak

Identitas korban berhasil diungkap oleh polisi melalui proses identifikasi jenazah di RS Polri Kramat Jati. Polisi mencocokkan sidik jari dari jasad tanpa kepala tersebut, hingga menemukan beberapa kandidat yang mengerucut pada profil korban, yakni Sinta Handiyana. Kasat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Priok, AKP I Gusti Ngurah Putu Krishna Narayana, menyatakan bahwa Sinta Handiyana adalah seorang wanita yang berstatus cerai mati. "Korban berstatus cerai mati dan memiliki empat anak," ujar Ngurah pada Rabu (30/10/2024).

Sinta diketahui tinggal di RT 03 RW 04, Kelurahan Binong, Kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang, Banten. Ketua RT 04, Muhammad, membenarkan bahwa Sinta adalah warga di area tersebut meskipun tidak berada di RT yang sama. "Benar, itu warga sini. Meskipun bukan di RT saya, kami mengenalnya. Ketika pihak kepolisian datang, kami dari RT turut mendampingi dan mengonfirmasi bahwa korban memang warga di sini," ungkapnya pada Rabu (30/10/2024).

Sinta diketahui telah tinggal di kontrakan di kawasan tersebut selama tiga tahun. (dbs)


Berita Lainnya