Features

Misi Sukses, Paket Bantuan Udara Indonesia Mendarat Sempurna di Gaza

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
08 Mei 2024 21:30
Misi Sukses, Paket Bantuan Udara Indonesia Mendarat Sempurna di Gaza
Pesawat C-130 J Super Hercules TNI Angkatan Udara lepas landas dari Pangkalan Udara King Abdullah II di Zarqa, Yordania, Selasa (9/4/2024), untuk menerjunkan bantuan dari rakyat Indonesia ke selatan Gaza.

JAKARTA - Pesawat C-130J-30 Super Hercules TNI AU terlihat jelas melintasi horizon abu-abu, kembali dari misi kemanusiaan di Jalur Gaza. Setelah mendarat dengan sempurna di Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, personel TNI AU keluar dari pesawat dengan nomor registrasi A-1340.

Kolonel Penerbang Noto Casnoto, komandan Wing Udara 1 Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma, memimpin keluar para personel untuk melaporkan keberhasilan misi. Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto memimpin upacara pelaporan pascamisi, didampingi oleh beberapa pimpinan puncak dan teras TNI dan TNI AU.

Pesawat ini lepas landas pada 29 Maret dengan membawa 26 personel TNI dan 20 paket bantuan kemanusiaan berupa makanan, air mineral, dan obat-obatan, masing-masing beratnya 160 kilogram. Paket-paket ini diterjunkan dari pintu belakang C-130J-30 Super Hercules TNI AU menggunakan parasut kargo buatan Indonesia di atas wilayah Gaza.

Misi ini merupakan bagian dari Operasi Jalur Solidaritas Indonesia untuk membantu rakyat Palestina. Meskipun Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, pesawat A-1340 harus melewati wilayah udara Israel untuk mencapai Gaza. Indonesia tidak mengakui kedaulatan Israel karena menentang Zionisme.

Partisipasi dalam misi ini menunjukkan konsistensi sikap politik luar negeri Indonesia dan komitmen kemanusiaannya. Misi ini juga melibatkan kerja sama dengan Angkatan Udara Yordania untuk memastikan keberhasilan pengiriman bantuan.

Setelah melaksanakan misi, A-1340 kembali ke tanah air dengan selamat. Misi ini merupakan pembuktian kemampuan TNI dalam bekerja sama dengan militer negara lain dan diplomasi militer di tingkat internasional. Presiden Joko Widodo telah menginstruksikan partisipasi Indonesia dalam misi kemanusiaan ini sebagai bentuk dukungan langsung kepada rakyat Gaza.
 
Airdrop

Airdrop pertama kali digunakan secara luas pada Perang Dunia II sebagai cara pengiriman barang dan logistik yang efektif. Awalnya, airdrop digunakan untuk mengirim bekal ulang bagi pasukan tempur di darat yang terisolasi di wilayah musuh. Benda-benda yang dikirim melalui airdrop menggunakan parasut, seperti bekal makanan, amunisi, dan seragam.

Meskipun sudah lebih dari 70 tahun berlalu, prinsip dasar pengiriman lewat udara ini tetap sama. Organisasi kemanusiaan sering menggunakan metode airdrop untuk mengirimkan bantuan ke wilayah bencana. Di sisi militer, berbagai perlengkapan militer, mulai dari makanan hingga meriam berat dan tank utama, juga dapat dijatuhkan melalui udara. Penerjunan pasukan payung dan pemboman dari udara juga termasuk dalam metode airdrop.

Pada Perang Dunia II, pesawat pengebom digunakan untuk menerjunkan logistik lewat udara. Barang-barang yang diterjunkan ditempatkan di dalam wadah khusus yang memenuhi standar militer operasi udara. Ada berbagai tipe dan metode airdrop yang digunakan, tergantung pada jenis dan ukuran kargo serta ketinggian misi dilaksanakan. Misalnya, airdrop kecepatan rendah memerlukan parasut yang dirancang untuk mengurangi kecepatan jatuh kargo, sementara airdrop kecepatan tinggi menggunakan parasut khusus untuk membuat arah dan kecepatan jatuh kargo lebih stabil.

Parasut G-12E, misalnya, memiliki diameter 21,5 meter dan dirancang untuk mengirim muatan dalam berbagai ketinggian. Metode umum airdrop mengandalkan seberapa akurat muatan bisa keluar dari pesawat transpor, dengan menggunakan parasut yang berbeda untuk menarik keluar muatan dengan pengawasan loadmaster.

Sistem airdrop juga diterapkan pada keadaan gelap gulita dan cuaca buruk sejak Perang Korea dan Perang Vietnam. Ini memungkinkan pesawat pengangkut untuk menerjunkan suplai tanpa mengungkap posisi mereka, dan menjadi metode yang populer untuk keperluan misi sipil dan militer. (ant)
 
 
 
 
 
 


Berita Lainnya