Features

Didiet Maulana Ajak Pahami Kebaya dari Sejarah

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
09 Mei 2024 14:30
Didiet Maulana Ajak Pahami Kebaya dari Sejarah
Didiet Maulana saat ditemui di Kantor Kementerian Kominfo, Jakarta Pusat, Rabu (8/5/2024).

JAKARTA - Perancang busana Didiet Maulana mengajak masyarakat yang menyukai modifikasi kebaya untuk memahami sejarah dari busana nasional tersebut, agar esensi dari penggunaan kebaya dapat tetap terjaga meski sudah mendapatkan sentuhan modernisasi.

"Ketika kita ingin mendekonstruksinya, sebaiknya kita harus tahu konstruksi asli kebaya itu seperti apa, dan seharusnya mengenakan kebaya itu juga memahami estetikanya seperti apa. Jadi, jangan sampai nanti mengenakan kebaya tapi terlalu seksi atau tidak sesuai," kata Didiet di Jakarta, Rabu (8/5/2024).

Pengingat ini ditujukan kepada para generasi muda yang kini kembali menggemari berbusana dengan kebaya. Penggunaan kebaya oleh generasi muda tidak hanya terbatas pada acara formal, namun juga sudah merambah ke keseharian dan acara santai seperti menonton konser. Didiet mengingatkan agar sebelum melakukan modifikasi pada kebaya sesuai dengan tren masa kini, generasi muda tetap memahami sejarah dari busana tersebut. Ia berharap generasi muda bisa menjaga nilai dari kebaya sebagai warisan budaya nasional.

Didiet juga merekomendasikan buku ciptaannya "Kisah Kebaya" yang berisi kisah dan esensi kebaya sebagai budaya di Indonesia. "Jadi, kembalilah kepada akarnya, ketika ingin mengenakan kebaya harus tahu seperti apa makna mengenakan kebaya. Jangan sampai mengenakan kebaya tapi malah merusak makna kebaya itu sendiri," pesannya.

Baru-baru ini, Kementerian Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) mengajukan kebaya sebagai warisan budaya ke Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO). Pengajuan tersebut dilakukan dengan mekanisme didaftarkan bersama atau joint domination dengan negara ASEAN lainnya.

Pengajuan kebaya sebagai warisan budaya UNESCO dilakukan oleh Indonesia bersama Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan Thailand. Hasil pengajuan tersebut akan diketahui sekitar Agustus atau September 2024 saat sidang UNESCO berlangsung. (ant) 
 
 
 
 


Berita Lainnya