Pemilu 2024

Beda Mencolok Ganjar dan Prabowo soal Perlakuan ke Pelaku Seni

Hanya Fasilitasi Vs Intervensi

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
05 Februari 2024 15:30
Beda Mencolok Ganjar dan Prabowo soal Perlakuan ke Pelaku Seni
Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo (kanan)dalam Debat Kelima Pilpres 2024 di JCC, Senayan, Jakarta, Minggu (4/2/2024) malam.

JAKARTA - Calon Presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo, menekankan  birokrasi seharusnya hanya memfasilitasi kebutuhan pelaku seni, sementara pelaku seni sendiri yang seharusnya menjadi eksekutor tugas kreatif mereka.

Dalam debat terakhir Pemilu Presiden 2024 di Balai Sidang Jakarta, Ganjar menyatakan, "Birokrat itu cukup fasilitasi saja. Para pelaku seni, budayawan, dialah yang mengerjakan. Maka budaya akan tumbuh dan pemerintah akan bisa melihat bagaimana proses kreatif itu berjalan. Apakah itu nyanyi, apakah filmmakers (pembuat film), apakah itu para pencipta, penulis buku. Semuanya."

Selain itu, Ganjar menyatakan perlunya perlindungan bagi pelaku seni oleh pemerintah dan menegaskan  pemerintah tidak perlu takut terhadap mereka. Dia berpendapat  pelaku seni perlu dilindungi, tetapi pada saat yang sama, mereka juga harus diberi kebebasan untuk mengurus sendiri urusan mereka.

"Sehingga terhadap mereka, perlu dilindungi. Akan tetapi, berikan itu kepada mereka agar mereka bisa mengurus sendiri. Kalaulah mereka kemudian berekspresi, pemerintah enggak perlu takut. Masak takut sama pentasnya Butet (Kartaredjasa)?" kata Ganjar.

Ganjar juga menekankan pentingnya kritik dari pelaku seni terhadap pemerintah. Menurutnya, kebebasan berekspresi oleh pelaku seni tetap diperlukan, dan pemerintah perlu menerima kritik tersebut sebagai bagian dari pengembangan budaya.

"Kamu bolehlah pentas, tetapi, enggak usah ngomong politik. Enggak, pemerintah mesti dikritik, pemerintah mesti waras, pemerintah mesti dalam trek dan biarkan mereka mengekspresikan dengan seninya, dengan karakternya, dengan budayanya, dan kita cukup fasilitasi. Mereka yang akan mengerjakan, birokrasi tinggal duduk untuk melihat hasilnya," ungkap Ganjar.

Sementara itu Calon Presiden nomor urut dua, Prabowo Subianto, memberikan tanggapan terhadap distorsi budaya yang diakibatkan oleh birokratisasi dan komersialisasi. Menurutnya, pemerintah perlu turun tangan untuk melakukan intervensi terhadap setiap pertumbuhan budaya yang responsif sebagai langkah untuk menjaga dan melestarikan jati diri bangsa.

Prabowo menekankan pentingnya budaya sebagai karakter bangsa, dan ia menyatakan tanpa kebanggaan, penghormatan, dan upaya pelestarian terhadap budaya, identitas bangsa akan hilang. Pernyataan ini disampaikannya dalam debat calon presiden 2024 di JCC, Senayan, Jakarta.

Calon presiden tersebut menegaskan komitmennya untuk memberikan dukungan kepada semua aktor dan pelaku budaya dalam rangka melestarikan warisan leluhur. Sebagai contoh, Prabowo mencatat bahwa ia telah mengurusi pencak silat, sebuah bentuk bela diri yang menjadi warisan nenek moyang kita, selama 37 tahun.

Selain itu, Prabowo mengungkapkan pemerintah juga harus memberikan ruang bagi inovasi dan kreativitas para pelaku budaya. Ini melibatkan dukungan terhadap berbagai bentuk seni tradisional, seperti tari, wayang kulit, wayang orang, wayang golek, dan berbagai jenis musik.

Prabowo juga menyoroti perlunya pemerintah turun tangan dalam menjaga berbagai situs sejarah dan museum, termasuk istana sultan yang mungkin mengalami kondisi yang kurang memadai. Dengan demikian, perhatian terhadap keberlanjutan budaya dan warisan sejarah dapat menjadi fokus utama untuk menjaga identitas dan kekayaan budaya bangsa. (ant)


Berita Lainnya