Laporan Khusus

Bahaya! Di Balik Taruna Tewas, Polisi Bongkar Tradisi Penganiayaan di STIP Kemenhub

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
08 Mei 2024 12:30
Bahaya! Di Balik Taruna Tewas, Polisi Bongkar Tradisi Penganiayaan di STIP Kemenhub
Seorang taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran STIP

JAKARTA - Seorang taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) bernama Putu Satria Ananta Rastika (19) meninggal setelah dianiaya oleh seniornya, Tegar Rafi Sanjaya (21), pada Jumat (3/5/2024). Insiden itu bermula ketika Putu dan empat temannya tidak mengikuti pelajaran olahraga dan tertangkap basah oleh Tegar.

"Para siswa tingkat satu, termasuk Putu dan empat temannya, pada saat itu seharusnya sedang berada di kegiatan olahraga. Namun, mereka memilih untuk pergi ke kamar mandi karena tertinggal atau tidak ikut berolahraga," ujar Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Utara, AKBP Hady Saputra Siagian, pada Minggu (5/5/2024).

Tegar kemudian memanggil dan mengumpulkan Putu beserta empat temannya di dalam kamar mandi. Di sana, Tegar memukul ulu hati Putu sebanyak lima kali hingga Putu jatuh tersungkur. Setelah itu, Tegar mencoba menarik lidah Putu dengan maksud memberikan pertolongan, namun upaya tersebut berakhir tragis. Saat Tegar menarik lidah Putu, saluran pernapasannya tertutup dan menghambat aliran oksigen, menyebabkan Putu tewas.

Kapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Gidion Arif Setyawan, menyatakan penganiayaan terhadap junior oleh senior di STIP adalah tradisi yang sudah berlangsung lama. "Terkait kasus pemukulan, memang ada yang menyebut (pemukulan) sebagai tradisi taruna. Ada juga yang menyebut sebagai penindakan terhadap junior," ujar Gidion.

Gidion menambahkan bahwa motif utama dalam kasus ini adalah senioritas, di mana Tegar merasa memiliki hak untuk menindak juniornya yang dianggap melakukan kesalahan. "Ada yang salah menurut persepsi senior (Tegar), sehingga korban dan empat temannya dikumpulkan di dalam toilet," kata Gidion.

Kasus penganiayaan di STIP yang berujung pada kematian bukanlah yang pertama kalinya terjadi. Sebelumnya, pada 25 April 2014, taruna STIP bernama Dimas Dikita Handoko (19) juga tewas setelah dianiaya oleh para seniornya karena dianggap tidak menghormati mereka. Pada  2017, seorang taruna lain bernama Amirulloh Adityas Putra (19) juga tewas setelah dianiaya oleh lima orang senior di Dormitory Ring 4 Kamar 205 lantai II, di STIP. Para korban dianiaya dengan cara dipukul secara bergantian ke arah perut, dada, dan ulu hati. Amirulloh jatuh tak sadarkan diri dan tidak berhasil diselamatkan meskipun dibawa ke rumah sakit.

Peristiwa-peristiwa seperti ini menunjukkan perlunya peninjauan ulang terhadap tradisi senioritas yang berlebihan di lingkungan pendidikan, untuk mencegah terulangnya tragedi serupa di masa depan. (dbs)


Berita Lainnya