Features

Siapkan Gen Z Mahir Digital, Potensi Pimpin Masa Depan

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
30 Mei 2024 09:30
Siapkan Gen Z Mahir Digital, Potensi Pimpin Masa Depan
Gen-z berfoto bersama saat kegiatan gerakan literasi digital di Pontianak. (ANTARA/Dini)

JAKARTA- Generasi Z, terdiri dari individu yang lahir antara tahun 1997 dan 2012, tumbuh di era digital dan dikenal sebagai generasi yang paling terpelajar dan mahir dalam teknologi, melampaui generasi sebelumnya. Mereka telah terbiasa menggunakan ponsel pintar, internet, dan media sosial sejak usia dini, yang membentuk karakteristik unik mereka.

Menurut Sensus Penduduk 2020, Generasi Z mendominasi jumlah penduduk Indonesia dengan total populasi sebesar 270,2 juta jiwa. Generasi ini, yang lahir antara tahun 1997-2012, berjumlah 74,93 juta jiwa (27,94 persen), diikuti oleh Generasi Milenial (lahir antara 1981-1996) dengan populasi 69,38 juta jiwa (25,87 persen).

Corey Seemiller dan Meghan Grace, penulis buku Generation Z: A Century in the Making, menggambarkan Gen Z sebagai generasi yang menghargai keberagaman dan dibentuk oleh perubahan sosial serta teknologi. Gen Z adalah generasi pertama yang tumbuh dengan smartphone dan media sosial, yang menjadi bagian penting dari kehidupan mereka dan membuka peluang besar dalam hidup mereka.

Psikolog Universitas Indonesia (UI), Tara De Thouars, menuturkan bahwa Gen Z adalah generasi dengan pemikiran terbuka, mampu menghargai berbagai pandangan, dan mudah menerima keberagaman. Menurut studi McKinsey (2018), perilaku Gen Z dapat dikelompokkan dalam empat komponen besar, salah satunya adalah “the undefined ID,” yang menghargai ekspresi individu tanpa memberi label tertentu.

Gen Z menunjukkan keberanian untuk mengekspresikan keunikan mereka, yang menjadi daya tarik dan membuka banyak peluang. Mereka bukan hanya konsumen pasif konten digital, tetapi juga produsen aktif yang menggunakan platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube untuk berbagi kreasi kreatif. Kemampuan adaptasi terhadap teknologi baru dan keahlian dalam mengatasi tantangan digital menempatkan mereka di garis depan inovasi.

Tantangan 
Meskipun mahir teknologi, Gen Z juga menghadapi tantangan terkait tingkat kebahagiaan dan kesehatan mental. World Happiness Report 2024 mengungkapkan bahwa penduduk muda, termasuk Gen Z, kurang bahagia dibandingkan generasi yang lebih tua. Survei Gallup bersama Walton Family Foundation menemukan bahwa Gen Z mengalami kesulitan lebih besar dibandingkan generasi sebelumnya pada usia yang sama.

Penelitian baru dari studi Gallup-Walton Family Foundation Voices of Gen Z, yang dikembangkan bersama pakar kebahagiaan Arthur C. Brooks, menunjukkan bahwa sekitar tiga perempat dari Gen Z merasa sangat atau agak bahagia. Namun, seperempat dari mereka merasa tidak bahagia, tidak selalu merasa hidup mereka berarti, sering merasa cemas, dan satu dari lima sering merasa depresi.

Aktivitas yang menarik dan tidur yang cukup merupakan faktor yang dapat meningkatkan kebahagiaan Gen Z. Meskipun survei ini dilakukan di Amerika Serikat, perilaku tersebut bersifat universal.

Bonus Demografi 
Generasi Z memiliki potensi besar untuk memimpin Indonesia menuju era Emas 2045. Pada tahun 2045, Indonesia akan mengalami bonus demografi dengan 70 persen penduduk berada dalam usia produktif (15-64 tahun), termasuk Gen Z. Ini adalah peluang untuk mengatasi masalah kemiskinan, kesehatan rendah, pengangguran, dan kriminalitas yang tinggi.

Psikolog Tara de Thouars mengingatkan bahwa dukungan dari keluarga dan kebijakan publik sangat penting untuk mengembangkan potensi Gen Z. Meskipun menghadapi banyak tantangan, Gen Z tetap produktif dan berusaha menjaga kesehatan mental mereka. Peran orang tua dan pembuat kebijakan sangat penting dalam mendukung kesehatan mental dan kepercayaan diri mereka.

Generasi Z, dengan keterampilan digital dan wawasan yang luas, memiliki peran penting dalam membentuk masa depan Indonesia yang lebih cerah dan sejahtera. (ant)
 
 


Berita Lainnya