Makan Makan

Sensasi Santap Sayur Asem Mak Abeng, Citayam

Pakai Kacang Tanah yang Masih Ada Kulitnya

Mulyana — Satu Indonesia
05 Februari 2024 13:49
Sensasi Santap Sayur Asem Mak Abeng, Citayam
Menu makanan di Rumah Makan Pondok Sayur Asem Mak Abeng.

CITAYAM - Meniti sore dari arah Parung, Bogor melintasi jalur kampung Tajur Halang, Citayam arah perumahan Arco. Terlihat di pertigaan jalan sebuah spanduk Rumah Makan Pondok Sayur Asem Mak Abeng. Setiba di sana, perut auto menyambut dengan ”musik keroncong”.

Warung makan yang sejak 2022 ini mulai berjualan aneka menu. Awalnya pada 2000-an hanya berjualan nasi uduk di pagi hari saja. "Alhamdulillah tahun kemarin saya berangkat haji,  rezeki dari Allah lewat jual sayur asem" ungkap Mak Abeng saat diwawancarai.

Mak Abeng

"Kalo omzet per hari biasanya mah biasanya Rp 5 sampai Rp 6 juta alhamdulillah. Tapi saat ini agak sepi Bang mungkin ekonomi lagi kurang bagus kali ya," kata Mak Abeng. Untuk pengelolaan Mak Abeng banyak melibatkan keluarganya. Sehingga perekonomian keluarga terdekat Mak Abeng juga bisa terbantu.

Nah kalau menurut saya untuk soal rasa sayur asemnya memang top. Karena ini model sayur asem Betawi Jakarta Selatan pinggir yang memakai kacang tanah yang masih ada kulitnya. Bumbu yang seimbang dan takaran yang pas membuat cita rasa menggugah perut. Lidah saya menjadi sangat dinamis menyambut lezatnya sayur asam Mak Abeng.

Saya juga memesan pecak belut dan peles ikan mas tidak lupa sambal terasi mentah yang sedap menggoyang lidah dan adrenalin. Sedap dan pedasnya mantap. Untuk pecak belut rasa otentik khasnya kuat karena bumbu yang melimpah dan mendominasi sehingga para pecinta pecak wajib mencoba menu khas Betawi ini. Pepes ikan mas kurang menjadi fokusnya karena bumbu dan rasanya menurut saya cukup dan tidak terlalu spesial.

Untuk harga memang relatif mahal, nah justru ini menariknya. Walau di daerah pinggir kota dengan akses yang lumayan penuh perjuangan jika dari Jakarta atau Bogor kota, namun pelanggannya banyak dari kalangan menengah ke atas. Karena jika untuk ukuran market C, D dan E harga untuk makan di warung ini akan cenderung mahal.

Makanya rating Google-nya pun kebanyakan mengkritisi soal harga ketimbang rasa. Namun Mak Abeng seperti paham akan teori segmentasi, target dan posisi (STP). Jadi, walau banyak kritik soal harga namun beliau tetap percaya diri ada market yang akan tetap datang.

Warung laris

Itu tanpa reviewer, influencer maupun iklan. Warung Mak Abeng tetap memiliki pelanggan dan tetap laris walau jika diukur kemampuan daya beli warga sekitar akan tergolong mahal. Semua terbukti dengan omzet harian Rp 5 - 6 juta per hari dan beliau bisa merenovasi juga pergi haji bahkan dapat mempekerjakan keluarganya.

Pelajaran yang saya ambil dari Jalan Jajan Kenyang kali ini adalah mahal itu relatif dan tetap percaya bahwa rezeki itu Tuhan yang atur. (mul)


Berita Lainnya