Makan Makan
Sensasi ”Ngopi Sepuluh Ewu” di Desa Adat Osing Banyuwangi
BANYUWANGI - Selepas magrib, sekitar pukul 18.30 WIB, suasana Desa Adat Osing Kemiren di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, mulai ramai. Warga dari berbagai daerah, termasuk luar Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, berdatangan untuk menghadiri "Festival Ngopi Sepuluh Ewu," tradisi minum kopi 10.000 cangkir yang telah menjadi agenda tahunan.
Nuansa Tradisional
Deretan rumah di desa adat ini disulap menjadi warung kopi dadakan. Teras rumah dihias dengan area lesehan, meja klasik, dan cangkir kuno yang diwariskan turun-temurun. Para pengunjung, termasuk wisatawan lokal dan mancanegara, dapat menikmati beragam kopi khas, mulai dari arabika, robusta, hingga house blend racikan warga Desa Kemiren, pusat budaya Suku Osing.
Suasana semakin hidup dengan alunan musik tradisional Banyuwangi dan gamelan, menciptakan pengalaman ngopi yang unik. Tidak hanya menikmati kopi, pengunjung juga disuguhi atraksi seni dan budaya yang difasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi.
Budaya Osing
Festival ini, yang dimulai sejak 2014, menjadi bagian dari Hari Jadi Desa Kemiren yang ke-167 pada tahun ini. Ribuan wisatawan dari dalam dan luar negeri memadati acara ini. Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Kemiren, Moh Edi Saputro, mencatat banyak wisatawan datang dari Jakarta, Surabaya, hingga Bali, sementara wisatawan mancanegara mayoritas berasal dari Eropa.
Tradisi ngopi menjadi ciri khas masyarakat Osing, yang memuliakan tamu sebagai keluarga. Selain kopi, warga juga menyajikan aneka jajanan tradisional untuk melengkapi suasana.
Lebih dari Sekadar Tradisi
Festival ini bukan sekadar perayaan minum kopi, tetapi juga cara kreatif untuk mempromosikan wisata budaya. Pemerintah Desa Kemiren rutin mengadakan pelatihan bagi pelaku usaha pariwisata, seperti pemilik homestay, untuk mendukung keberlanjutan ekonomi desa. Desa Kemiren bahkan mendapat sertifikasi Desa Wisata Berkelanjutan pada 2021 dan meraih juara 2 dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2024 untuk kategori Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia.
Pelestarian Budaya
Melestarikan tradisi bukan hanya menghormati warisan leluhur, tetapi juga menjadi tumpuan masa depan. Desa Kemiren membuktikan bahwa dengan memelihara budaya, masyarakat dapat memberdayakan ekonomi lokal sekaligus menarik wisatawan. Keindahan alam, kekayaan budaya, serta kesenian yang terjaga menjadi daya tarik yang memikat para pengunjung.
Dengan tradisi seperti Festival Ngopi Sepuluh Ewu, Desa Adat Kemiren terus menjaga eksistensinya sebagai destinasi wisata budaya yang penuh makna dan berdaya saing. (dan)