Pemilu 2024
Prabowo: Indonesia Harus Terhormat dan Bermartabat
JAKARTA - Calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto bertekad agar Indonesia bisa menjadi negara yang terhormat dan bermartabat,sesuai dengan perjuangan dan harapan para pendiri dan pemimpin bangsa.
"Pemimpin-pemimpin kita terus berjuang bagaimana caranya Indonesia ini bisa sungguh-sungguh merdeka, bagaimana bangsa kita bisa sungguh-sungguh menjadi negara yang terhormat, negara yang bermartabat," kata Prabowo dalam orasi politiknya pada kegiatan doa bersama 2000 kiai se-Banten di Lebak, Banten, Minggu (3/12/23).
Dalam orasinya, Prabowo menyampaikan bahwa Indonesia memiliki kekayaan nusantara sebagai daya tarik bagi bangsa-bangsa lain. Kekayaan sumber daya alam (SDA) menjadi alasan bangsa-bangsa lain datang ke Indonesia, katanya.
Menurut dia, Indonesia memiliki kekayaannya yang luar biasa, sehingga terus menjadi incaran dan bidikan berbagai negara.
Oleh karena itu, pemimpin-pemimpin Indonesia sejak dahulu kala terus berjuang agar Indonesia benar-benar merdeka dan menjadi negara yang terhormat dan bermartabat.
Prabowo menjelaskan bahwa negara yang terhormat adalah negara yang merdeka dan merdeka berarti rakyatnya tidak miskin.
"Bung Karno, Bung Hatta, Pak Harto, Pak Habibie, Pak Gus Dur, Ibu Mega, Pak SBY, sekarang Pak Jokowi, semua bekerja keras, semua berjuang untuk Indonesia sesungguhnya merdeka, berdiri di atas kaki kita sendiri," tegasnya.
Prabowo mengatakan semua pemimpin tersebut bekerja keras untuk membangun Indonesia yang merdeka dan berdiri di atas kaki sendiri.
Namun, dia menyadari bahwa pembangunan negara bukanlah tugas mudah, tetapi memerlukan waktu yang cukup lama.
Dalam orasinya pula, Prabowo menekankan bahwa Indonesia sekarang dikagumi dan dihormati oleh bangsa-bangsa lain; tetapi dia mengingatkan bahwa perdamaian bukanlah hal yang mudah, seperti mengacu pada konflik global yang masih berlangsung di berbagai belahan dunia.
Prabowo pun mengajak semua pihak untuk bersyukur atas pencapaian yang telah diraih dan tetap waspada terhadap kompleksitas perdamaian di tengah situasi global yang penuh tantangan.
"Kita harus bersyukur bahwa kita punya pemimpin-pemimpin yang bisa menjaga bangsa ini; tetapi kalau kita lengah, tidak bersedia untuk bekerja keras, malas, tidak mengukur, ribut di antara kita, hanya memikirkan diri kita, ambisi kita, hanya mengejar kepentingan golongan, hanya memikirkan partai kita, ormas kita, suku kita saja; biasanya negara tersebut gagal. Itu yang disebut negara gagal," ujarnya. (ant)