Pemilu 2024

Pengamat: ‘Curi Hati’ PDIP, Sandi Harus Ubah Strategi 

Redaksi — Satu Indonesia
16 Juni 2023 17:33
Pengamat: ‘Curi Hati’ PDIP, Sandi Harus Ubah Strategi 
BEDA NASIB - Prabowo Subianto dan Sandiaga S Uno.

JAKARTA - Pengamat politik Asep Saepudin S.Si, MM menilai, bergabungnya Menparekraf Sandiaga S Uno ke Partai Persatuan Indonesia (PPP) belum jadi jaminan baginya untuk bisa menjadi calon wakil presiden mendampingi Ganjar Pranowo. Asep menyarankan agar Sandi mengubah strateginya untuk mengejar elektabilitas sebagai cawapres. Sejak dilantik oleh Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada 23 Desember 2020, elektabilitas Sandi jalan di tempat. 

“Sandi yang sudah mengunjungi 1.500 lebih desa unggulan, ini tidak signifikan memberikan sumbangan terhadap elektabilitasnya. Kan tanda tanya, kenapa? Makanya, Sandi harus ubah gaya dan strateginya,” kata Asep kepada Satuindonesia.co, Jumat (16/6/2023). 

Menurut Asep, masuknya Sandi ke kabinet seharusnya menjadi momentum panggung yang bagus bagi Sandi menjelang pilpres 2024. Kinerja Sandi di Kementerian belum berdampak signifikan terhadap persepsi publik, sehingga belum menghasilkan tingkat elektabilitas. Program kerja Sandi di kementerian tidak menyentuh seluruh elemen populasi penduduk Indonesia. Sandi hanya fokus di beberapa desa mandiri dan pariwisata saja. 

Misal saja, kata Asep yang memulai karir risetnya di LSI Denny JA, perhatian dan kunjungan Sandi di 1.425 desa unggulan di Indonesia tidak sebanding dengan jumlah populasi desa di Indonesia yang mencapai 75 ribu desa. 

“Selain itu, saya kira perhatian dan kunjungan kerja Sandi terhadap desa mandiri dan pariwisata belum berbuah persepsi publik dalam menilai prestasi kerja Sandi di kementerian. Padahal semestinya, Sandi mempunyai peluang yang sama seperti halnya Prabowo Subianto,” tegas Asep.

Disebutkan,  kinerja Sandi di sebanyak 1.425 desa mandiri belum mampu mendongkrak elektabilitas Sandi. Dari  75 ribu desa di Indonesia, kunjungan tersebut tentu saja tidak mewakili Indonesia, terlebih pilihan titik kegiatan belum mewakili sampel dalam strategi penyebaran informasi untuk tujuan membangun persepsi publik.  

“Program atau kegiatan kunjungan Sandi belum berpengaruh terhadap tingkat kesukaan (liabilitas) dan dan keterpilihan (elektabilitas). Saya kira, materi program atau kegiatan serta kemasan program belum sepenuhnya yang diharapkan publik. Strategi komunikasi atas kinerja selama ini juga belum berjalan dengan baik. Program atau kegiatan kunjungan Sandi nyatanya belum menciptakan persepsi publik sehingga penilaian publik terhadap kepribadian dan kemampuan Sandi belum terbangun dengan baik,” ujar Asep panjang lebar.

Seiring bergabungnya Sandi ke PPP, menurut Asep, jika ingin mendapatkan perhatian PDIP, Sandi harus mengubah gaya strategi ke publik. Walaupun Sandi tergolong kuat dari sisi logistik, namun jika tidak kuat dalam membangun ruang publik, maka tetap saja Sandi berpeluang tidak mendapatkan perhitungan sebagai cawapres.

“Karena setidaknya harapan koalisi partai dalam menentukan cawapres utamanya yakni mampu menambah logistik dan mampu menambah elektabilitas pasangan. Kalau melihat koalisi partai, PPP tidak mempunyai power yang besar karena jumlah kursi dan jumlah suara yang masih jauh dibawah PDIP, kebijakan koalisi dominan ditentukan oleh PDIP. Kehadiran Sandi di PPP lah yang bisa menentukan posisi tawar koalisi tersebut dalam menentukan cawapres, apakah nantinya Sandi layak bisa mendampingi Ganjar atau tidak,” kata Asep.

Asep kemudian membuka-buka kembali data survei dari beberapa tahun lalu. Mantan Direktur Riset Indobarometer ini mengatakan, sejak tahun 2020 beberapa lembaga survei kredibel pun sudah mulai memetakan elektabilitas capres 2024. Misalnya saja Indo Barometer, pada bulan Februari 2020 sempat merilis hasil survei nasional dan Sandi memperoleh elektabilitas sebagai capres 2024 sebesar 8,1%. Angka ini bisa jadi karena efek dari pilpres 2019 yang masih tergolong hangat. Dilanjut pada tahun 2021, Charta Politika merilis peta elektabilitas capres 2024 dan hasilnya Sandi memperoleh elektabilitas sebesar 5,8%. Pada April 2022 peta elektabilitas Sandi sebagai capres 2024 sebesar 4,8%, pada bulan desember 2022 semakin merosot elektabilitas Sandi hanya kisaran 2,5% bahkan awal tahun 2023 nama Sandi hanya memperoleh elektabilitas sebesar +_ 1% sebagai capres 2024. 

Pada tahun 2023 nama Sandi semakin tenggelam dalam bursa capres 2024 alias berada pada posisi papan bawah. Ditambah sejak perhatian publik difokuskan terhadap 3 nama capres yakni  Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.

“Namun berbeda jika dilihat berdasarkan posisi cawapres 2024, nama Sandi awalnya mempunyai posisi tawar yang sangat bagus sebagai cawapres 2024. Beberapa sumber lembaga survei kredibel merilis survei nasional dan hasilnya hampir serupa menyebutkan bahwa nama Sandi paling top sebagai cawapres 2024, dibawahnya bersaing kuat dengan Gubernur Jawa Barat yaitu Ridwan Kamil,” ujar Aasep. 

Seiring waktu, tambah Asep, pada bulan maret 2023 nama Sandi sebagai cawapres tergeser oleh Ridwan Kamil. Hingga Mei 2023, nama Sandi secara presisi nyaris berada pada urutan ke 4 atau ke 5 digeser oleh nama Ridwan Kamil, Mahfud MD dan Erick Thohir. 

“Jika melihat trend, elektabilitas Sandi semakin merosot baik sebagai capres maupun sebagai cawapres. Saya kira penyebab utamanya ada dua hal utama yaitu kedekatan Sandi dengan Jokowi di pemerintahan dan pengaruh kinerja di kementerian ekonomi kreatif & pariwisata,” kata Asep.

Mengapa? Pertama, tingkat kedekatan Sandi dengan Jokowi tidak sama dengan tingkat kedekatan Prabowo dengan Jokowi. Prabowo Subianto sangat diuntungkan dengan kualitas kedekatan dengan Jokowi, alamiah, yang secara tidak langsung seolah mendapat endorse Jokowi dalam membangun persepsi publik secara positif. Sehingga perkembangan elektabilitas Prabowo Subianto melesat tajam, mampu mengalahkan elektabilitas Ganjar Pranowo yang awalnya berada pada posisi pertama. 

Sementara Sandi dengan Jokowi, jangan terkesan dekat, Sandi jarang mendapat endorse panggung bersama Jokowi dalam merealisasikan program – program kerjanya di kementerian ekonomi kreatif pariwisata atau momen lain. “Karena itu, Sandi mutlak harus ubah strateginya kalau mau curi hati PDIP jadi wakilnya Ganjar,” tegas Asep. (sa)


Berita Lainnya