Makan Makan
Melahap Tak Tersisa Martabak Bangka Along 100 Persen Dijamin Halal
Jualan Sejak 1962, Banyak Direkomendasi Konten Kreator
BOGOR - Malam hari adalah waktu rehat, baik di rumah maupun di pinggir jalan. Lelah hari kerja dibayar dengan kebersamaan walau sekadar makan di emperan. Begitulah situasi ketika saya keluar stasiun KAI Bogor ke arah Jembatan Merah legendaris. Tempat yang pernah menjadi saksi bisu hebatnya pejuang Indonesia merebut kemerdekaannya dari penjajah.
Saya menelusuri keramaian jalan ramai berwisata kuliner maupun belanja di sepanjang pertokoan sepanjang jalan Jembatan Merah, Gunung Batu, sampai Jalan Veteran. Aneka kuliner tradisional sampai yang kekinian ada di trotoar sepanjang jalan tersebut.
Walau kemacetan dan hilangnya hak pejalan kaki menjadi dampaknya namun seolah sudah terbiasa dengan hal tersebut. Di satu sisi ada pelanggaran namun di sisi lain ada perputaran uang UMKM yang berjuang menafkahi keluarga.
Jauh dari ramainya tempat berjualan kuliner pinggir jalan yang penuh asap kendaraan dan aroma masakan para pedagang. Terlihat gerobak sederhana tepat di depan pintu masuk sebuah supermarket yang sudah sepi dari hilir mudiknya pembeli. Tergerus zaman dan perilaku konsumen yang sudah berbeda. Sebelumnya penjual dan pembeli biasa bertransaksi tatap muka dengan uang cash. Kini transaksi cenderung terganti dengan jual beli daring, pesan antar dan tanpa uang cash.
Gerobak dengan spanduk sederhana bertuliskan; ”Special Martabak Bangka Along 100% Dijamin Halal Jl Veteran (depan Naga Swalayan) - 0812-89326789 / 0812-9513785”. Di pinggir jalan yang relatif sepi itulah gerobak Martabak Bangka Along bersandar di tempat itu sejak 1990.
Along mulai berjualan martabak tahun 1962. Kedua orang tuanya memilih merantau ke tanah Palembang untuk memulai hidup baru. Kala itu usianya 15 tahun. Jadi Koh Along sudah berjualan martabak selama 62 tahun.
Diajari orang tuanya bagaimana cara membuat dan memilih bahan-bahan premium yang terbaik untuk membuat martabak Bangka yang spesial. ”Ini kami memakai resep turun temurun Pak di mana keaslian martabak asli Bangka tetap terjaga,” ujar koh Along sambil menuangkan gula pasir ke atas martabak yang saya pesan.
”Samping swalayan Naga ini tadinya rumah kami, yang akhirnya kami jual pada saat krisis moneter 1998 lalu, sekarang kami pindah di daerah Kebon Jahe,” kata pria 77 tahun itu. Didampingi istrinya Wati mereka menjadi sebuah tim yang sangat kompak dalam melayani pelanggannya.
Tiba saatnya martabak yang sudah banyak kisahnya di medsos dan dari rekomendasi pelanggannya itu saya cicipi. Saya pesan yang dua rasa yaitu meses kacang dan keju yang tersaji apik. Salah satu ciri khas martabak bangka adalah dimasak dengan menggunakan arang batok.
Selain aroma dan panas yang rata menjadi alasan itu dipertahankan dan tetap digunakan bagi para pedagang yang otentik. Namun ketika saya tanya mengapa sekarang pakai kompor padahal tungku arangnya tetap dipakai? Koh along menjawab, ”Semua suplier arang batok saya udah pada meninggal, selain itu juga harga semakin tinggi.”
Jadi untuk menyiasati agar harga tetap stabil pak Along terpaksa menggunakan kompor gas. Namun walau menggunakan kompor gas rasa lezat itu tetap ada.
Saatnya mencobaaa... Ini adalah bagian favorit jurnalis feature yang banyak mengangkat tema kuliner. Gigitan pertama pada pinggiran martabak yang bertekstur krispi dipadu dengan kelembutan pada bagian tengah menjadi kombinasi yang sangat memecah semua kebekuan lidah dan perut.
Sensasi Creamy gurih yang berpadu dengan asin manis yang tepat menjadikan kelegitan dan kegurihan menjadi satu dengan kelembutan tekstur martabak yang padat. Biasanya saya kurang menyukai martabak yang terlalu manis karena ketika dimakan akan cepat terasa kenyang atau eneg karena kadar gula yang terlalu banyak.
Berbeda dengan martabak Along yang rasa kacangnya gurih, lembut, wangi dan tidak tengik. Sebagaimana janji Along yang menceritakan walau harga bahan naik dia tetap menggunakan bahan premium dari tepung, gula, keju, SKM, dan meses dengan meerk yang terkenal.
Jaminan dia juga tidak meleset martabak asli Bangka yang dibuat beda dengan yang lain. Walau sampai besok akan tetap lembut tidak mengeras. Bahkan jika dihangatkan dengan dikukus sebentar atau dihangatkan di magic jar rasa akan lebih enak lagi.
Namun sayang untuk saran tersebut saya tidak sempat menikmati karena kelezatan, kelegitan dan kenikmatan martabak Along membuat sepotong saja tidak cukup. Seluruh keluarga saya sepakat juga martabak ini enak dan sangat tidak layak untuk disisakan.
Perkelanaan rasa dan permanjaan lidah dan perut seakan semakin ingin terus mengeksplorasi rasa terutama dari penjual UMKM yang sudah bergenerasi menjaga rasa dan kualitasnya. Karena bagi mereka bukan hanya sekedar laku sesaat atau musiman. Tapi mereka sadar karena nafkah dan perputaran uang untuk anak cucu mereka juga perlu dijaga dengan kualitas dan tradisi otentik dalam tiap produksinya. (mul)