Internasional
Media Israel Puji Pidato Presiden Prabowo di Sidang Umum PBB

NEW YORK — Sejumlah media Israel memuji pidato Presiden RI Prabowo Subianto dalam Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Dalam pidatonya, Prabowo menegaskan dukungan terhadap kemerdekaan Palestina, sekaligus menjamin keselamatan Israel, dan menutup pernyataannya dengan ucapan Shallom yang berarti damai dalam bahasa Ibrani.
Times of Israel mengutip pernyataan Prabowo yang menekankan pentingnya menjamin keamanan Israel untuk mencapai perdamaian. “Kita harus mengakui, menghormati, dan menjamin keselamatan dan keamanan negara Israel. Barulah perdamaian tercapai,” ujarnya.
Sementara itu, The Jerusalem Post melaporkan, meski Indonesia sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, Prabowo menegaskan Indonesia siap mengakui Israel jika negara tersebut mengakui kemerdekaan Palestina.
Prabowo menyatakan Indonesia konsisten mendukung Solusi Dua Negara sebagai dasar perdamaian kawasan. Ia juga menyampaikan kesiapan Indonesia menempatkan 20.000 pasukan penjaga perdamaian di Gaza, serta di wilayah konflik lain seperti Ukraina, Sudan, dan Libya. “Kami percaya pada keputusan Dewan Keamanan PBB dan Majelis Umum PBB,” ujarnya.
Diplomat Israel, Avi Kaner, yang hadir di forum tersebut, menyampaikan apresiasi melalui akun X. Ia berterima kasih kepada Prabowo karena menjamin keamanan Israel, dan menyebut pertemuan di PBB sebagai forum netral yang mempertemukan berbagai negara meski tanpa hubungan diplomatik.
Prabowo juga menyinggung langkah sejumlah negara Barat, seperti Perancis, Inggris, Kanada, dan Australia, yang telah mengakui Palestina. Ia menyebut pengakuan itu sebagai sikap yang berada di sisi yang benar dalam sejarah. “Kita harus mengakui Palestina sekarang juga. Kita harus menghentikan bencana kemanusiaan di Jalur Gaza. Mengakhiri perang adalah prioritas utama kita,” tegas Presiden kedelapan RI itu.
Pakar Timur Tengah Universitas Indonesia, Yon Machmudi, menilai pernyataan Prabowo sebagai konsekuensi logis dari pendekatan Solusi Dua Negara. Ia menjelaskan, konsep ini membagi wilayah sebelum Perang Arab–Israel 1967, dengan Palestina berada di Jalur Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur sebagai ibu kota.
Menurut Yon, solusi ini membuka peluang kedua negara hidup berdampingan. Namun, tantangan tetap ada, termasuk permukiman ilegal di Tepi Barat, perbedaan pandangan soal Yerusalem, dan nasib jutaan pengungsi Palestina di Lebanon, Mesir, dan Yordania.
Yon juga menyebut adanya tekanan AS–Israel agar Indonesia menormalisasi hubungan dengan Israel. Namun, menurutnya, langkah itu tidak akan ditempuh tanpa adanya pengakuan atas kemerdekaan Palestina. “Maka jalan yang ditempuh adalah meminta Israel mengakui negara Palestina, dengan imbalan negara-negara lain, termasuk Indonesia, juga akan mengakui Israel sebagai negara berdaulat,” katanya.
Pidato Prabowo menegaskan konsistensi Indonesia dalam mendukung kemerdekaan Palestina, sembari tetap membuka ruang diplomasi untuk mendorong terwujudnya Solusi Dua Negara. (sa)