Pemilu 2024
KPU Akui Ketidakakuratan Data Sirekap Tidak Hanya Satu Partai
JAKARTA - Anggota KPU RI, Idham Holik, mengakui adanya ketidakakuratan data yang menyebabkan perbedaan jumlah suara antara Sistem Rekapitulasi Suara (Sirekap) dan Formulir Model C1-Plano pada Pemilu 2024 tidak hanya terjadi pada satu partai saja.
Hal ini disampaikan sebagai respons KPU atas pertanyaan terkait penggelembungan suara yang dilakukan oleh Partai Solidaritas Indonesia (PSI). "Ketidakakuratan itu umumnya terjadi tidak hanya pada satu partai," ujar Idham di Jakarta, Rabu.
Menurutnya, pemeriksaan terhadap hasil perolehan suara dalam Sirekap juga tidak hanya dilakukan pada satu partai politik peserta pemilu saja. "Perhatikan di Sirekap sekarang, kalau saya jelaskan begini, begini, kan sebaiknya diverifikasi mandiri saja. Partai lain juga terkena, bukan?" tanya dia.
Dia menjelaskan Sirekap bukan penentu hasil resmi perolehan suara. Hasil resmi diperoleh dari rekapitulasi berjenjang mulai dari Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), KPU Kabupaten/Kota, KPU Provinsi, hingga KPU RI. "Hal tersebut dapat dilihat dari rekapitulasi perolehan suara luar negeri yang dilakukan secara manual," ucapnya.
Meski begitu, Idham tidak dapat merinci nama-nama partai terkait karena masalah etika.
Sebelumnya, Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie, menyatakan bahwa penambahan suara saat KPU melakukan rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Pemilu 2024 adalah hal yang wajar.
"Penambahan suara selama proses rekapitulasi adalah hal wajar. Yang tidak wajar adalah jika ada pihak yang mencoba menggiring opini dengan mempertanyakan hal tersebut," kata Grace Natalie dalam siaran resmi PSI di Jakarta, Sabtu. Grace menyebutkan berbagai kemungkinan masih dapat terjadi selama proses rekapitulasi oleh KPU.
Dalam perhitungan sementara KPU, PSI, partai yang saat ini dipimpin oleh Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden Joko Widodo, memperoleh 3,13 persen suara dari pemilihan anggota DPR RI hingga Sabtu (2/3) pukul 12.00 WIB, dengan suara yang terhitung mencapai 65,73 persen.
Dengan demikian, PSI hanya membutuhkan kurang dari 1 persen suara, tepatnya 0,87 persen, untuk mencapai ambang batas parlemen 4 persen. Jika berhasil, PSI akan menduduki kursi DPR RI di Senayan untuk pertama kalinya. Grace optimistis partai mereka dapat mencapai ambang batas parlemen.
"Apalagi, masih ada lebih dari 70 juta suara yang belum dihitung, sebagian besar berada di basis pendukung Jokowi, di mana PSI memiliki potensi dukungan yang kuat," kata mantan Ketua Umum PSI itu. (ant)