JAKARTA - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) berkolaborasi dengan United Nations World Tourism Organization (UNWTO) dan Pemerintah Kabupaten Gianyar, Bali menyelenggarakan Workshop (lokakarya) for UNWTO Gastronomy Tourism Development.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan lokakarya dan sosialisasi ini diharapkan dapat memperkuat peran dan kolaborasi dari pemangku kepentingan (stakeholder) di Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali.
Mulai dari berbagai organisasi, pengelola destinasi baik lokal maupun regional, perwakilan bisnis dan akademisi yang terkait dengan gastronomi di Ubud.
“Ubud dipilih sebagai pilot project (proyek percontohan) pengembangan wisata gastronomi karena kesiapan dan tingginya tingkat kolaborasi antar stakeholder,” kata Sandiaga di Jakarta, Sabtu.
Menurut dia, makanan di Ubud tidak sekadar hidangan kuliner, tetapi sudah menjadi gaya hidup dan budaya bagi masyarakat setempat
Kegiatan lokakarya tersebut merupakan tindak lanjut sekaligus sosialisasi atas dokumen Strategi Pengembangan Destinasi Gastronomi di Ubud.
Dokumen tersebut sebelumnya telah diserahkan oleh UNWTO kepada Menparekraf Sandiaga pada agenda Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Selasa (12/12) di Bandung, Jawa Barat.
Dokumen tersebut juga telah diserahkan ke Pemkab Gianyar yang diwakili Asisten III Setda Gianyar, I Ketut Pasek Lanang Sadia didampingi Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar, I Wayan Gede Sedana Putra.
Asisten III Setda Gianyar, I Ketut Pasek Lanang Sadia menjelaskan budaya gastronomi yang mengakar di Ubud dapat terlihat dari interpretasi relief pada dinding Pura Yeh Pulu, yang menggambarkan budaya beternak, bertani, dan berburu sebagai bagian dari budaya gastronomi lokal.
Ubud juga memiliki Subak, sistem tata kelola irigasi tradisional yang menjadi pilar kebudayaan masyarakat Bali serta filosofi Tri Hita Karana, prinsip keselarasan antara manusia, alam, dan Tuhan, yang juga merepresentasikan kekayaan budaya dan kuliner.
“Ubud merupakan salah satu ikon pariwisata di Gianyar yang diharapkan dapat lebih berkontribusi terhadap ekonomi daerah melalui Gastronomi dan kami dari pemerintah daerah Gianyar akan mendukung dari sisi regulasi” kata Sadia.
Selain pengalaman kuliner yang autentik, tradisional, inovatif, dan berkelanjutan, wisata gastronomi merupakan implementasi dari pariwisata inklusif yang dapat melibatkan berbagai stakeholder dan aktivitas terkait lainnya.
Seperti mengunjungi produsen lokal, berpartisipasi dalam festival makanan, menghadiri kelas memasak, mengunjungi education center (pusat edukasi), menikmati makanan tradisional, dan sebagainya.
Oleh karena itu, keterlibatan dan semangat kolaborasi dari berbagai pihak sangatlah penting untuk dapat mengoptimalisasi manfaat yang dapat diperoleh dari pengembangan wisata gastronomi.
Department Officer, Tourism Market Intelligence and Competitiveness UNWTO, Patricia Carmona, menyampaikan bahwa salah satu rekomendasi utama pada program ini adalah pembentukan Gastronomy Tourism Club.
"Gastronomy Tourism Club yakni badan organisasi yang terdiri atas seluruh stakeholder pada industri gastronomi untuk dapat berkolaborasi aktif dan berkomitmen untuk menginisiasi pengembangan dan implementasi program-program terkait gastronomi di Ubud di masa depan," kata Patricia.
Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Event) Kemenparekraf, Vinsensius Jemadu mengharapkan adanya kolaborasi antara kementerian lembaga dan pemangku kepentingan pada program dan rencana aksi dari lokakarya ini.
“Program dan action plan (rencana aksi) dari kegiatan ini diharapkan dapat dikolaborasikan dengan kementerian, lembaga, serta stakeholder yang lebih luas” kata Vinsensius.
Kegiatan Workshop for UNWTO Gastronomy Tourism Development kemudian dilanjutkan dengan Gastronomy Tourism Club Kick-off Meeting untuk mendiskusikan rencana tindak lanjut program pengembangan wisata gastronomi di Ubud. (ant)