Opini

Jika Turki Invasi, Apa yang Terjadi pada Israel?

Oleh: Musni Umar*

Musni Umar — Satu Indonesia
30 Juli 2024 17:09
Jika Turki Invasi,  Apa yang Terjadi pada Israel?
Musni Umar

JAKARTA - Timur Tengah bakal membara. Diprediksi bakal terjadi perang besar. Israel bakal hancur. Yaitu,  jika Turki innvasi Israel untuk bela Palestina. Iran dan kelompok perlawanan turun tangan bela Lebanon dan Hamas. 

Iran sebagai kekuatan besar di Timur Tengah pada Sabtu (27/7/2024) telah mengingatkan kepada Israel. Apabila  negara Yahudi itu menyerang Lebanon, maka "semua front perlawanan", sebuah kelompok yang terdiri dari Iran dan sekutu regionalnya, akan menghadapi Israel".

Media memberitakan pada Senin, 29 Juli 2024, Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan telah melontarkan ancaman yang langka terhadap Israel,  yakni akan menginvasi negara Yahudi tersebut, untuk membela Palestina. Dia mengatakan pasukan Turki bisa masuk ke Israel terkait konflik yang tak kunjung berakhir di Jalur Gaza antara Zionis dan Hamas.

"Kita harus sangat kuat agar Israel tidak dapat melakukan hal-hal konyol ini terhadap Palestina. Sama seperti kita memasuki Karabakh, sama seperti kita memasuki Libya, kita mungkin melakukan hal serupa kepada mereka," kata Erdogan dalam pertemuan massa Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) di kampung halamannya di Rize pada Minggu

"Tidak ada alasan mengapa kita tidak dapat melakukan ini...Kita harus kuat agar kita dapat mengambil langkah-langkah ini," imbuh Erdogan dalam pidato yang disiarkan televisi, seperti dikutip Reuters, Senin (29/7/2024).

Didukung Amerika Serikat

Rezim zionis Israel hanya dipersepsikan kuat, faktanya tidak sekuat yang digambarkan selama ini. Sebagai contoh,  Israel telah mengerahkan semua kekuatan tempur udara, laut dan darat untuk menghancurkan Hamas sampai saat belum berhasil.

Fakta di lapangan menunjukkan, setelah negara Yahudi itu berperang memerangi Hamas selama sembilan bulan lamanya belum berhasil menaklukkannya, pada hal Hamas tidak mempunyai pesawat tempur udara, kapal perang dan panser serta militer yang memiliki persenjataan canggih.

 

Kekuatan Israel

Selama Arab versus Israel pada 1948, 1967 dan berbagai perang lainnya selalu dimenangkan oleh Israel. Kekalahan Arab dalam melawan Israel mendorong beberapa negara Arab seperti Mesir berdamai dengan Israel. Perjanjian damai Mesir-Israel itu,  ditandatangani di Washington, DC, Amerika Serikat pada 26 Maret 1979 yang ditandatangani oleh Anwar Sadat, Presiden Mesir dan Menachem Begin, Perdana Menteri Israel, disaksikan Jimmy Carter, Presiden Amerika Serikat.

Sejak itu, bangsa Arab dapat dikatakan sudah takluk kepada Israel. Mereka memilih berdamai dengan Israel ketimbang berperang karena berperang dengan Israel berarti berperang melawan Amerika Serikat yang merupakan pendukung utama Israel.

Akan tetapi, Hamas yang menguasai Gaza melalui pemilu demokratis, di luar dugaan mampu menghadapi Israel. Dimulai 7 Oktober 2023, pejuang Hamas melakukan invasi ke Israel dan  menimbulkan korban di kalangan tentara dan sipil Israel sebanyak 1200 orang dan sekitar 250 orang disandera.

Peristiwa tersebut membuat Benyamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel murka lalu mengerahkan pasukan angkatan udara, laut dan darat untuk  melenyapkan Hamas, tetapi di luar dugaan pejuang Hamas dan pejuang Palestina lainnya mampu bertahan dan melakukan perlawanan, sehingga menimbulkan korban nyawa yang besar bagi tentara Israel.

Wujudkan Perdamaian

Memilih perang ketimbang perdamaian sangat riskan. Karena dalam perang, sering saya kemukakan, yang menang jadi arang dan yang kalah jadi abu.

Israel walaupun dibela, didukung dan diberi dana dan persenjataan modern oleh Amerika Serikat, tidak ada jaminan, Israel menang dalam perang. Hegemoni Amerika Serikat dalam segala bidang di masa lalu, sudah mulai meredup dengan munculnya China dan Rusia sebagai kekuatan baru yang bisa menyaingi Amerika Serikat.

Perubahan geopolitik dan pergeseran kekuatan di dunia, mempengaruhi kedigdayaan Israel yang dalam semua perang dengan Arab di masa lalu selalu dimenangkan oleh Israel. Perubahan kekuatan di dunia  geopolitik global jika dipahami dan dihayati oleh Benyamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel, maka jalan damai merupakan pilihan yang harus ditempuh ketimbang terus mengobarkan perang untuk menghabisi Hamas. Oleh karena perjuangan Hamas bersifat ideologis, maka mustahil Hamas bisa dihabisi, karena akan selalu terjadi regenerasi,  akan lahir generasi baru untuk melanjutkan tujuan Hamas didirikan.

Semoga Netanyahu segera sadar dan memilih jalan damai untuk mengakhiri genosida terhadap  anak-anak, ibu-ibu dan para lansia yang tidak berdosa di Gaza Palestina, yang telah menelan korban nyawa yang luar biasa besar sekitar 39.000 jiwa lebih, yang akan dicatat dalam sejarah lembaran hitam dalam konflik Israel-Palestina. (*Sosiolog dan Jubir Univ. PTIQ Jakarta)


Berita Lainnya