Daerah

Gunung Merapi Belum Aman, Sering "Batuk"

BPPTKG Pertahankan Status Siaga

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
22 Januari 2024 11:30
Gunung Merapi Belum Aman, Sering "Batuk"
Ilustrasi - Gunung Merapi mengalami erupsi berupa lontaran abu vulkanik yang terlihat dari Pos Pengamatan Babadan di Magelang, Jawa Tengah. (ANTARA/HO-PVMBG)

YOGYAKARTA - Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Agus Budi Santoso, melaporkan Gunung Merapi, yang terletak di perbatasan D.I. Yogyakarta dan Jawa Tengah, mengalami satu kali letusan dengan tinggi kolom yang tidak teramati pada Minggu (21/1/2024).

Dalam keterangan resmi BPPTKG di Yogyakarta, Agus Budi menyatakan bahwa satu letusan Gunung Merapi tersebut teramati pada periode pengamatan Minggu (21/1/2024) antara pukul 12.00-18.00 WIB.

"Teramati satu kali letusan, tinggi kolom dan luncuran tidak teramati," ujarnya. Selama periode tersebut, angin di Gunung Merapi bertiup lemah hingga sedang ke arah timur.

Agus menjelaskan bahwa erupsi gunung api dapat berupa erupsi efusif dalam bentuk guguran lava atau awan panas guguran, atau erupsi eksplosif atau letusan.

"Untuk peristiwa tadi pada pukul 14.12 WIB, ada indikasi menuju ke arah eksplosif. Namun, karena dalam kategori kegempaan pada laporan MAGMA tidak ada kategori erupsi, kami mengklasifikasikannya sebagai letusan," tambahnya.

Selain satu letusan yang teramati, BPPTKG mencatat dua kali awan panas guguran meluncur dari Gunung Merapi ke arah Kali Bebeng dengan jarak luncur maksimum 2.000 meter.

Gunung Merapi juga mencatat satu kali gempa letusan dengan amplitudo 70 mm selama 239,64 detik, dua kali gempa awan panas guguran dengan amplitudo 42-70 mm selama 150,1-214,4 detik, 58 kali gempa guguran dengan amplitudo 3-34 mm selama 25,28-147,16 detik, dan 11 kali gempa fase banyak dengan amplitudo 3-11 mm selama 5,92-9,12 detik.

Agus menyatakan hingga saat ini BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi pada Level III atau Siaga. Sebagai antisipasi potensi bahaya erupsi Gunung Merapi, masyarakat diimbau untuk tidak melakukan kegiatan apa pun di daerah potensi bahaya.

"Data pemantauan menunjukkan suplai magma masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya awan panas guguran di dalam daerah potensi bahaya," jelasnya.

Guguran lava dan awan panas dari Gunung Merapi dapat berdampak di sektor selatan-barat daya, mencakup Sungai Boyong (sejauh maksimal lima kilometer), serta Sungai Bedog, Krasak, dan Bebeng (sejauh maksimal tujuh kilometer). Pada sektor tenggara, melibatkan Sungai Woro (sejauh maksimal tiga kilometer) dan Sungai Gendol (sejauh maksimal lima kilometer). Lontaran material vulkanik dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak jika terjadi letusan eksplosif. (ant)
 
 
 


Berita Lainnya