Opini

Danantara Sangat Penting dan Diperlukan Indonesia

Oleh Musni Umar

Musni Umar — Satu Indonesia
28 Maret 2025 06:29
Danantara Sangat Penting dan Diperlukan Indonesia
Danantara yang memunculkan pro dan kontra karena mengembalikan kepercayaan kepada publik adalah proses yang tidak mudah (Foto: Istimewa)

DAYA ANAGATA NUSANTARA dengan Akronim Danantara adalah lembaga investasi mirip Temasek Holdings Limited yang didirikan tahun 1974 oleh pemerintah Singapura. Begitu pula Khazanah Nasional Berhad yang didirikan pemerintah Malaysia tahun 1993. 


Danantara yang diinisiasi pendiriannya oleh Presiden Prabowo Subianto tahun 2025 walaupun sudah amat terlambat dibandingkan Singapura dan Malaysia, tetapi Badan Pengelola Investasi (BPI) atau yang dipopulerkan Danantara Indonesia sangat penting dan diperlukan pendiriannya untuk mengoptimalkan pengelolaan aset negara melalui konsolidasi dan investasi strategis guna memperkuat perekonomian nasional dan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan membuka lapangan kerja.

Pasar Negatif Danantara yang diinisiasi pendiriannya oleh Presiden Prabowo Subianto tahun 2025 walaupun sudah amat terlambat dibandingkan Singapura dan Malaysia, tetapi Badan Pengelola Investasi (BPI) atau yang dipopulerkan Danantara Indonesia sangat penting dan diperlukan pendiriannya untuk mengoptimalkan pengelolaan aset negara melalui konsolidasi dan investasi strategis guna memperkuat perekonomian nasional dan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan membuka lapangan kerja.    


Pendirian Danantara


Media memberitakan sebelum dan  pasca Danantara diumumkan pendiriannya oleh Presiden Prabowo di halaman Istana Kepresidenan pada Senin 24 Februari 2025 pukul 10.00 WIB pasar bereaksi negatif.   Hal tersebut  merupakan bukti bahwa pasar menolak pendirian Danantara. Indikatornya antara lain: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah secara signifikan, dan nilai tukar rupiah mengalami depresiasi. Pelemahan IHSG dan nilai tukar rupiah terus berlangsung sampai saat ini.


Pertanyaannya mengapa pasar bereaksi negatif terhadap pendirian Danantara? Menurut saya, alasan paling mendasar pasar menolak pendirian Danantara, pertama, karena bertolak belakang dengan prinsip investasi dalam negara kapitalis yang hanya dilakukan swasta. Kedua, pasar yang dikuasai segelintir investor tidak mau kehilangan dominasi, karena pendirian Danantara yang dikendalikan oleh negara berpotensi menggantikan dominasi swasta. Ketiga, mengganggu kepentingan mereka. Swasta berinvestasi untuk mencari keuntungan semata, sementara Danantara sebagai milik pemerintah berinvestasi tidak semata mencari keuntungan, tetapi untuk mewujudkan tujuan Indonesia merdeka yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.


Oleh karena itu, pasar yang dimonopoli para pemodal yang didukung para kompetitornya menolak pendirian Danantara.


Danantara Sangat Diperlukan


Reaksi negatif terhadap pendirian Danantara harus disikapi dengan menjadikan  sebagai bahan untuk bekerja keras dengan penuh integritas guna mewujudkan tujuan pendirian Danantara. 


 Pertanyaannya, mengapa Danantara sangat diperlukan Indonesia. Pertama, sebagai solusi dari terbatasnya dana pemerintah untuk melakukan investasi pada berbagai sektor yang amat diperlukan untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.


Kedua, sebagai sarana untuk mengurangi ketergantungan pada investasi asing, sehingga Indonesia bisa berinvestasi sesuai kepentingan nasional bangsa Indonesia misalnya membangun kilang minyak yang selama ini tidak dilakukan karena biaya investasi mahal. Dampaknya, Indonesia tergantung pada impor BBM dan tidak ada ketahanan energi. Ketiga, untuk berinvestasi di bidang hilirisasi dari hasil sumber daya alam, sehingga memberi nilai tambah untuk membangun industri dalam negeri dan membuka lapangan kerja yang luas dan berkualitas.


Dengan mengoptimalkan aset negara  yang dihimpun di Danantara,  bisa dilakukan investasi  pada berbagai sektor yang menguntungkan tanpa tergantung pada investor swasta, sehingga diharapkan Danantara dapat berkontribusi membuka lapangan kerja serta peningkatan kesejahteraan nasional melalui pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan inklusif.

Penulis adalah Sosiolog, Cendekiawan Muslim dan Adjunct Professor AeU, Malaysia


Berita Lainnya