Opini
Berharap Wapres RI Damaikan PBNU Vs PKB
Oleh: Musni Umar*
JAKARTA - Masyarakat di tanah air berharap PBNU dan PKB segera berdamai (ishlah). Terutama sebagai warga nahdliyin dan umat Islam risih (uncomfortable/tidak nyaman) menyakitkan konflik antara petinggi PBNU dan petinggi PKB yang ramai diberitakan oleh media.
Sebagai sosiolog sangat berharap kepada Wakil Presiden RI Prof Dr (HC) Ma'ruf Amin yang juga tokoh dan sesepuh NU segera turun tangan mendamaikan para petinggi PBNU dan petinggi PKB yang berkonflik.
Harapan itu sesuai firman Allah yang artinya “Dan apabila ada dua golongan orang Mukmin berkonflik (berperang), maka damaikanlah antara keduanya.” (Q.S.Al-Hujurat[49]:9). Pada ayat yang lain Allah berfirman, “Maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu.” (QS Al-Anfal[8]:1)
Dampak Konflik
Sejak ada manusia di dunia, sudah terjadi konflik. Dua putra Nabi Adam sebagai contoh yaitu Habil dan Qabil berkonflik. Puncaknya, Qabil membunuh Habil karena merasa iri dan dengki terhadapnya.
Dalam lingkup keluarga seperti konflik Habil dan Qabil sering terjadi. Apalagi dalam organisasi besar, bisa terjadi konflik internal ormas atau internal partai politik. Sekarang ini terjadi konflik antar PBNU sebagai organisasi kemasyarakatan (omas) dengan PKB sebagai orpol (organisasi politik).
Kalau konflik di lingkungan keluarga, dampaknya terbatas pada lingkungan keluarga, akan tetapi konflik antara PBNU dengan PKB sangat besar dampak negatifnya. Pertama, merusak citra dan nama baik NU sebagai organisasi besar Islam di Indonesia.
Kedua, NU adalah ormas Islam, otomatis merusak citra Islam yang cinta damai, toleran dan penuh kasih sayang. Ketiga, memecah belah kaum nahdliyin karena pasti banyak yang mendukung PBNU dan banyak pula mendukung Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Keempat, melemahkan posisi tawar kaum nahdliyin dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan sebagainya.
Kelima, akan dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang tidak suka NU dan Islam untuk semakin mengukuhkan dominasi mereka dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan sebagainya.
Oleh karena itu, segeralah berdamai jangan saling menafikan, apalagi saling menghabisi. Damai itu indah, persatuan merupakan kunci untuk meraih keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Musni Umar, Sosiolog dan Juru Bicara Alumni Universitas Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur'an (PTIQ). (*Sosiolog dan Juru Bicara Alumni Universitas Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur'an/PTIQ)