Kesehatan

Begini Risiko Idap Penyakit Arteri Perifer

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
12 Juli 2024 14:00
Begini Risiko Idap Penyakit Arteri Perifer
Tim medis melakukan operasi aneurisme atau penonjolan pembuluh darah otak akibat melemahnya dinding pembuluh darah di RSUP Haji Adam Malik Medan, Sumatera Utara.

JAKARTA - Banyak orang tidak menyadari penyakit jantung dan stroke dapat memengaruhi fungsi pembuluh darah lainnya, yang bisa menyebabkan penyakit arteri perifer.

Dr. Ihza Fachriza Sp.B Subs.BVE (K), dokter spesialis bedah vaskular dan endovaskular di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, menjelaskan bahwa "perifer" dalam konteks medis merujuk pada bagian ujung atau tepi, yang berfungsi mengalirkan oksigen dan nutrisi ke berbagai organ, termasuk leher ke otak, ginjal, usus, dan kaki. Pembuluh ini berada di luar jalur utama seperti jantung.

"Perifer adalah pembuluh darah yang membawa nutrisi, yang sangat penting bagi suplai kehidupan organ-organ tersebut. Jika ada gangguan pada arteri, suplai darah, oksigen, dan nutrisi ke organ akan terganggu, sama halnya dengan pada jantung atau stroke," ungkap Ihza di Jakarta.

Penyakit arteri perifer dapat menyebabkan gangguan pada pembuluh darah di leher, yang berpotensi mengakibatkan stroke melalui arteri karotis. Namun, penyumbatan pada pembuluh darah di usus dan ginjal sering kali tidak menunjukkan gejala, sehingga tidak disadari oleh masyarakat. Gejala yang paling umum terjadi adalah pada arteri perifer di kaki, yang dapat menyebabkan kaki menghitam dan pegal-pegal.

Ihza menambahkan bahwa arteri perifer di kaki biasanya menimbulkan rasa pegal yang hilang timbul, yang perlu diwaspadai. Hal ini menunjukkan bahwa suplai darah yang membawa oksigen dan nutrisi terhambat, sehingga kaki terasa nyeri dan mengganggu kemampuan untuk berjalan jauh atau berolahraga.

Penyakit arteri perifer dapat disebabkan oleh faktor degeneratif seiring bertambahnya usia, di mana fungsi tubuh tidak seoptimal saat muda. Selain itu, pria cenderung lebih berisiko terkena arteri perifer, sering kali disebabkan oleh kebiasaan merokok dan pola makan yang tidak sehat.

"Banyak pasien yang merupakan perokok berat, menderita hipertensi, diabetes, serta tidak aktif secara fisik. Pola makan yang tinggi kolesterol, banyak lemak, dan penggunaan santan juga berkontribusi," jelasnya.

Walaupun penyakit arteri perifer tidak seakut penyakit jantung atau stroke yang memerlukan penanganan segera, dampaknya terhadap kualitas hidup pasien cukup signifikan, terutama fungsi kaki. Banyak pasien yang mengalami kesulitan dalam beraktivitas, yang dapat berdampak pada masalah finansial keluarga, karena mereka mungkin tidak dapat bekerja dengan baik.

Selain itu, perawatan pasien arteri perifer dapat menjadi beban bagi keluarga, yang juga harus mengorbankan waktu dan pekerjaan untuk merawat mereka. Ihza mencatat bahwa kondisi ini dapat memicu depresi, terutama jika pasien harus menjalani amputasi kaki akibat ketidakmampuan untuk berjalan.

Oleh karena itu, Ihza menyarankan agar pasien dengan penyakit sistemik kronis seperti diabetes, kolesterol tinggi, dan hipertensi melakukan kontrol rutin untuk mencegah masalah pada pembuluh darah arteri perifer. (ant)
 
 


Berita Lainnya