Metropolitan
Amuk Massa Bakar Belasan Truk Proyek PIK 2, Puncak Protes yang Tak Pernah Digubris
JAKARTA - Seorang anak berusia 9 tahun mengalami kecelakaan tragis di Teluknaga, Kabupaten Tangerang, Banten. Kakinya terlindas truk hingga hancur. Insiden ini memicu kemarahan warga sekitar, yang merusak dan membakar sejumlah truk tanah yang melintas di lokasi kejadian.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary Syam Indradi menyatakan bahwa akibat kemarahan warga, sebanyak 19 truk rusak—18 truk tanah dan 1 truk mixer—karena dijadikan sasaran oleh massa yang marah. “Secara spontan warga sekitar dan pengguna jalan lain melakukan perusakan terhadap beberapa unit truk,” ungkapnya kepada wartawan pada Jumat (8/11/2024).
Kejadian ini bermula pada Kamis (7/11) siang, ketika truk tanah yang dikemudikan oleh pria berinisial DWA (21) melaju dari arah Kosambi menuju Teluknaga. Seorang wanita berinisial SD (20) yang membonceng korban ANP mencoba mendahului truk tersebut. Sayangnya, ANP terjatuh dan terlindas roda depan truk, menyebabkan kaki kirinya hancur. “Korban SD terjatuh ke arah kiri, sedangkan ANP (anak) jatuh ke kanan hingga masuk ke kolong truk dan kakinya terlindas ban depan sebelah kiri,” jelas Kapolres Metro Tangerang Kota Kombes Zain Dwi Nugroho.
Wakapolda Metro Jaya Brigjen Djati Wiyoto Abadhy menyampaikan bahwa kecelakaan ini memicu kericuhan di lokasi. Bahkan, Wakapolres Metro Tangerang Kota AKBP Yolanda Evalyn terluka akibat terkena lemparan saat mencoba meredakan situasi. “Situasi memanas, dan Wakapolres kita terkena lemparan hingga kepalanya terluka. Beliau sudah dibawa ke RS untuk perawatan,” kata Djati.
Warga yang memprotes kecelakaan tersebut menyuarakan keberatan terhadap aturan jam operasional truk yang dianggap sering dilanggar dan berpotensi membahayakan keselamatan mereka. Djati menjelaskan bahwa pihaknya akan mengadakan mediasi dengan warga dan berjanji akan menindak tegas truk yang beroperasi di luar jam yang diperbolehkan. “Kami akan berkoordinasi dengan perwakilan masyarakat dan setuju untuk menunda operasional truk selama tiga hari sebagai bentuk empati kepada korban,” ujarnya.
Polisi telah menahan dan memeriksa sopir truk berinisial DWA, yang ternyata positif mengonsumsi narkoba jenis sabu. “Setelah dicek urinenya, hasilnya positif mengandung amfetamin,” ujar Djati. Saat ini, DWA telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus ini.
Tiga Kali Protes
Atmo Prakoso (45), seorang warga Teluknaga, mengungkapkan bahwa aksi massa terkait operasional truk tanah telah berlangsung tiga kali di lokasi berbeda selama tiga hari berturut-turut sebelum terjadinya kericuhan pada Kamis (7/11/2024) pagi.
Menurut Atmo, aksi pertama diadakan pada Selasa (5/11/2024) di Kantor Kecamatan Kosambi, Jalan Salembaran, Kabupaten Tangerang. "Sebelum kejadian ini (truk melindas bocah usia 9 tahun), tiga hari sebelumnya sudah ada protes, demo. Bahkan di kecamatan sendiri diprotes," ujarnya saat ditemui di rumahnya yang dekat dengan Kantor Kecamatan Kosambi, Jumat (8/11/2024).
Protes berlanjut pada Rabu (6/11/2024) di Kampung Melayu, Teluknaga, Kabupaten Tangerang. "Besoknya di Kampung Melayu juga ada protes ke pemerintah. Baru keesokan harinya kejadian," tambah Atmo.
Pada insiden Kamis pagi itu, Atmo mengungkapkan sopir truk sempat menjadi sasaran amukan massa. "Sopir sempat dihakimi massa karena emosi sesaat, tetapi ada pihak yang mengamankan," jelasnya.
Tangkap Anak-Anak
Polrestro Tangerang Kota mengamankan 22 orang yang diduga terlibat dalam penyerangan terhadap petugas saat kerusuhan dan penghadangan truk tambang untuk proyek strategis nasional di Pantai Indah Kosambi (PIK) 2, Kabupaten Tangerang, Banten.
"Ada 22 anak yang kami amankan semalam. Mereka bisa pulang jika orang tua mereka datang menjemput. Mereka dalam keadaan aman, sudah kami beri makan dan minum. Sebelumnya, mereka sudah kami bubarkan, namun tetap berkumpul kembali, sehingga, mohon maaf, kami terpaksa mengambil tindakan tegas," ujar Kapolrestro Tangerang Kota Kombes Pol Zain Dwi Nugroho di Tangerang.
Zain menjelaskan bahwa tindakan pengamanan ini dilakukan sebagai antisipasi setelah terjadi penyerangan terhadap petugas di lokasi kerusuhan terkait truk tambang. Kelompok tersebut awalnya mengabaikan imbauan petugas untuk membubarkan diri, bahkan terlibat dalam aksi blokade jalan dan perusakan truk.
"Saat itu malam hari, dan mereka adalah anak-anak muda, usia remaja, yang malah menyerang petugas, membakar ban di jalan, meskipun kami sudah melakukan imbauan serta upaya pencegahan," jelasnya. Para terduga pelaku kerusuhan yang diamankan kemudian diperiksa oleh pihak kepolisian. Orang tua mereka diminta untuk datang ke Mapolres Metro Tangerang guna menjemput anak-anak mereka. (dan)