Internasional
Zelensky Sangat Berharap Trump Benar-Benar Bisa Hentikan Perang Rusia-Ukraina
JAKARTA - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan keyakinannya perang antara negaranya dan Rusia dapat berakhir lebih cepat setelah Donald Trump resmi menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat pada tahun depan.
"Perang akan berakhir lebih cepat dengan kebijakan tim yang akan memimpin Gedung Putih nanti. Ini adalah pendekatan dan janji mereka kepada rakyatnya," ujar Zelensky dalam wawancara dengan media Ukraina Suspilne, Jumat (15/11/2024).
Meski optimistis, Zelensky belum dapat memastikan kapan tepatnya perang ini akan usai. Ia mengklaim telah mengadakan pembicaraan konstruktif melalui telepon dengan Trump usai kemenangan Trump dalam Pilpres AS 2024. "Saya tidak mendengar apa pun yang bertentangan dengan posisi kami," tambahnya.
Dalam kampanye presidennya, Trump sempat mengkritik bantuan miliaran dolar yang telah diberikan AS kepada Ukraina sejak invasi Rusia pada Februari 2022. Ia juga berjanji menyelesaikan konflik tersebut dalam waktu 24 jam, meskipun tanpa penjelasan rinci tentang rencananya.
Berbicara dari resor Mar-a-Lago di Florida pada Jumat (15/11), Trump menegaskan keinginannya untuk segera menghentikan perang. "Ini harus dihentikan," katanya.
Kekhawatiran Ukraina
Di sisi lain, Ukraina khawatir dukungan AS akan berkurang di bawah kepemimpinan Trump, terutama saat pasukan Ukraina terus berjuang di garis depan. Ada juga kekhawatiran bahwa Kyiv mungkin dipaksa memberikan konsesi teritorial kepada Rusia.
Zelensky mengungkapkan bahwa pemerintahannya akan mengupayakan segala cara untuk mengakhiri perang melalui jalur diplomasi pada 2025. "Kami harus melakukan segala hal yang memungkinkan untuk memastikan perang ini berakhir tahun depan, dan harus melalui cara diplomatik," katanya pada Sabtu (16/11/2024) dalam wawancara dengan radio Ukraina, dikutip dari AFP.
Situasi di Lapangan
Presiden Rusia Vladimir Putin tetap bersikeras bahwa negosiasi hanya dapat terjadi jika Ukraina menyerahkan wilayah-wilayah yang telah diduduki oleh Moskwa. Tuntutan ini kembali disampaikan Putin dalam percakapan telepon dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz pada Jumat (15/11). Namun, Zelensky tegas menolak syarat tersebut.
Meski Rusia mengklaim kemajuan signifikan di Ukraina timur sejak musim panas, Zelensky menyebut bahwa pasukan Rusia mengalami kerugian besar dan laju kemajuan mereka mulai melambat di beberapa wilayah.
Dengan situasi yang terus berubah, pernyataan Trump dan pendekatan diplomatik Zelensky menjadi sorotan penting dalam menentukan arah masa depan konflik Ukraina-Rusia. (dan)