Kesehatan

Tidak hanya Rokok, Asap dari Produk Lainnya Picu Risiko Kanker Paru

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
18 April 2024 21:00
Tidak hanya Rokok, Asap dari Produk Lainnya Picu Risiko Kanker Paru
Dokter Ermono Superaya Sp. BTKV menyampaikan penjelasan tentang kanker paru-paru dalam acara diskusi kesehatan di RSUP Fatmawati Jakarta, Kamis (18/4/2024).

JAKARTA - Dokter spesialis bedah toraks, kardiak, dan vaskular dari RSUP Fatmawati Jakarta, dr. Ermono Superaya Sp. BTKV, menyampaikan paparan produk-produk yang menghasilkan asap dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru.

"Selain produk tembakau dari rokok, shisha juga dapat menyebabkan kanker, begitu juga dengan dry snuff yang dibakar untuk mengharumkan ruangan, keduanya mengandung komponen yang dapat menyebabkan tumor dan kanker," kata Ermono dalam acara diskusi kesehatan di Jakarta, Kamis. Ia menjelaskan asap yang dihasilkan dari produk-produk yang dibakar mengandung zat karsinogenik atau teratogenik yang dapat menyebabkan tumor paru-paru.

Menurutnya, asap yang terhirup dapat merusak sel-sel tubuh, menyebabkan sel-sel tidak dapat membelah secara optimal, yang pada akhirnya dapat membesar dan menyebabkan tumor. Selain itu, ia menambahkan bahwa kinerja paru-paru juga akan menurun jika terus dipacu untuk menghilangkan asap dari tubuh.

"Normalnya, sel dalam tubuh membelah secara normal, tidak berlebihan. Namun, jika berlebihan, sel dapat membesar, yang menyebabkan tumor. Karena terus menerus dirusak oleh rokok, pembelahan sel tidak efektif, sehingga paru-paru menjadi lelah karena terus dipacu," jelasnya. Ermono mengatakan orang yang menderita kanker paru-paru dapat mengalami sesak napas, batuk berdarah, ketidaknyamanan dalam sirkulasi napas, bahkan hingga tidak mampu bangun dari tempat tidur.

Namun, ia menyoroti pasien sering tidak menyadari gejala-gejala tersebut, sehingga kanker paru-paru baru terdeteksi pada stadium akhir. Ia menyarankan orang yang merokok, bekerja di pertambangan, tinggal di daerah dengan polusi udara tinggi, atau memiliki riwayat kanker dalam keluarga untuk menjalani pemeriksaan kesehatan secara rutin agar masalah kesehatannya bisa dideteksi sedini mungkin.

"Deteksi sedini mungkin. Jika seseorang merokok, lakukan pemeriksaan kesehatan untuk foto rontgen, lalu hentikan merokok. Jika tumor sudah terdeteksi, lakukan operasi sederhana untuk mengangkat tumor. Namun, jika tumor sudah besar dan menyebar, diperlukan kemoterapi, radioterapi, dan pengobatan lainnya," kata Ermono.

Ia menekankan deteksi dini kanker dapat meningkatkan angka harapan hidup sekitar 10 hingga 20 tahun. Ermono juga menyarankan agar orang yang sering terpapar asap untuk menghindari asap rokok dari perokok aktif, rutin berolahraga untuk melatih nafas, menghindari paparan produk-produk yang dibakar, mengonsumsi makanan kaya antioksidan, dan mengelola stres dengan baik. (ant)
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 


Berita Lainnya