Nasional

Sudah 3 Tewas Setelah Makan Sapi Mati karena Virus Antraks

Redaksi — Satu Indonesia
09 Juli 2023 11:12
Sudah 3 Tewas Setelah Makan Sapi Mati karena Virus Antraks
MAKAN BANGKAI - Petugas Dinas Kesehatan menyisiri daerah yang disebut terdapat virus Antrakx.

JAKARTA - Hingga kini, sudah tiga warga Dusun Jati, Desa Candirejo, Semanu, Gunung Kidul, Yogyakarta yang meninggal gara-gara memakan daging sapi yang sudah dikubur karena virus Antraks. Sementara 85 warga positif antraks berdasarkan hasil tes serologi yang dilakukan Kementerian Kesehatan.

"Yang dikonsumsi ada tiga sapi. Sapi yang mati karena sakit.  Sudah kita kuburkan secara SOP. Tapi digali lagi sama masyarakat digali, dimakan," kata Wibawanti Sabtu (9/7/2023).

Disebutkan, hingga kini Kementerian Pertanian mencatat ada 12 ekor hewan ternak mati, terdiri dari enam sapi dan enam kambing. Kasus kematian warga pertama kali ditemukan pada 4 Juni lalu, yang setelah di tes, ternyata positif antraks. 

Ada tradisi yang disebut tradisi Mbrandu atau purak, di mana masyarakat menyembelih hewan yang mati atau kelihatan sakit dan membagi-bagikannya kepada masyarakat luas dan mengkonsumsinya. Padahal hewan yang dimakan warga, ditanam oleh Pemerintah setempat dengan SOP virus Antraks. Tak pelak, memakan hewan yang mati karena sakit, apalagi hewan yang sudah dikubur, memunculkan wabah di desa tersebut, dengan kematian 3 orang warga dan 85 warga lainnya dinyatakan positif antraks. 

Terpisah, Kepala Bidang Kesehatan Hewan DPKH Gunungkidul Retno Widyastuti menyatakan, berdasarkan penelusuran, terdapat enam sapi dan enam kambing di Padukuhan Jati, Semanu yang terkonfirmasi antraks sejak November 2022 lalu.

"Semuanya tidak ada wujudnya (habis). Semuanya dikonsumsi. Kami memeriksa tanah lokasi penyembelihan dan ada spora antraksnya," kata Retno.

Dinas terkait menelusuri penyebaran antraks usai seorang warga Padukuhan Jati meninggal dunia di RS Sardjito, Yogyakarta dalam kondisi positif antraks.

Warga diduga terjangkit antraks setelah mengkonsumsi daging ternak yang sakit.

Penyebaran antraks yang menggegerkan Gunungkidul pun telah menyita perhatian Kementerian Kesehatan RI.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menyebut, berdasarkan data Kemenkes, terdapat tiga orang yang meninggal karena antraks di Kapanewon Semanu, Gunungkidul.

"Ada tiga yang dilaporkan, tapi masih akan dikonfirmasi ulang karena satu suspek dan dua dengan gejala antraks," kata Siti.

Kemenkes disebut akan melakukan penyelidikan epidemiologis terkait antraks di Gunungkidul. Pihaknya hendak mengusut dari mana virus antraks bisa menginfeksi ternak warga.

"Biasanya virus bisa menular ke sapi saat sapi itu makan rumput pada daerah yang tanahnya ada virus antraks. Karena virus antraks sangat kuat di dalam tanah, tidak gampang mati," kata Siti.

Kini sudah tiga orang meninggal dunia di Dusun Jati, Desa Candirejo dengan riwayat menyembelih daging sapi yang sudah mati.

Salah satu dari mereka, yang meninggal pada tanggal 4 Juni lalu, dites positif untuk antraks. 

Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin meminta seluruh jajaran pemerintah melakukan upaya untuk mengisolasi hewan hingga manusia yang terpapar penyakit antraks agar tidak merebak ke daerah lain.

"Saya kira Menteri Pertanian sudah melakukan langkah. Oleh karena itu, kita harapkan bahwa supaya itu diisolasi jangan sampai merebak ke daerah lain," kata Ma'ruf di Pondok Pesantren Muqimus Sunnah, Banyuasin, Jumat (7/7/2023).

Ma'ruf Amin meminta Kementerian Pertanian (Kementan) untuk menutup distribusi sapi dari Yogyakarta ke daerah lain. Menurut Ma'ruf, hal itu sudah biasa dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah penyebaran penyakit hewan ternak.

"Itu biasa kita biasanya begitu, terus kita melakukan blocking ya, supaya jangan ke mana-mana, dengan berbagai cara," ujar Ma'ruf, 

Di samping itu, ia juga meminta Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengawal proses penyembuhan terhadap warga yang sudah terpapar antraks.

Data Kementerian Kesehatan menunjukkan jumlah warga yang meninggal sebanyak tiga orang.

Kepala Dinkes Kabupaten Gunungkidul Dewi Irawaty mengatakan, dari hasil penelusuran, sebanyak 125 orang diketahui melakukan kontak langsung dengan hewan ternak yang mati karena antraks.

"18 orang yang bergejala mulai dari luka, ada yang diare hingga pusing," ujar Dewi.

Sementara itu, Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Kementerian Pertanian Republik Indonesia Syamsul Ma'arif mengungkapkan, daging hewan yang terkontaminasi antraks tetap tidak aman dikonsumsi meski direbus dalam waktu yang lama.

Sebab, bakteri antraks menyebar sangat cepat, termasuk ketika daging hewan yang mati mendadak karena antraks disembelih. Ketika daging dibuka, bakteri pun akan menyebar.

"Kalau ditanya kalau direbus aman nggak? Tidak aman. Jangankan direbus, dibuka saja nggak boleh. Bisa nggak dagingnya direbus dan aman dikonsumsi? Tidak boleh dilakukan itu. Membuka saja tidak boleh," kata Syamsul dalam konferensi pers secara daring, Kamis (6/7/2023). (ra)


Berita Lainnya