Laporan Khusus

Siapkan Diri Jadi Lansia Ideal, Sehat, Sejahtera, dan Bermanfaat

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
30 Mei 2024 08:00
Siapkan Diri Jadi Lansia Ideal, Sehat, Sejahtera, dan Bermanfaat
Seorang nenek berkebun di pekarangan rumahnya. Lansia yang tetap aktif melakukan kegiatan fisik akan membuatnya tetap bugar dan mengurangi potensi kepikunan.

JAKARTA - Masa tua bukanlah sesuatu yang datang begitu saja, melainkan dapat dipersiapkan dengan baik. Lansia tidak harus tak berdaya, penuh penyakit, atau menjadi beban keluarga dan negara. Dengan persiapan yang matang, seseorang bisa menjadi lansia yang sehat, sejahtera, dan tetap bermanfaat.

Contoh teladan adalah Dr. KRT. Radjiman Wedyodiningrat, lansia yang memimpin sidang BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada 29 Mei 1945. Sebagai anggota tertua saat itu (berusia 66 tahun), dokter dari Keraton Solo ini dengan bijak mengusulkan perlunya dasar filosofis untuk negara Indonesia. Atas jasanya, Presiden Soeharto menetapkan 29 Mei sebagai Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) pada 1996 di Semarang.

Tahun 2024, puncak perayaan HLUN berlangsung hari ini (29 Mei) di Aceh Utara dengan tema "Lansia Terawat Indonesia Bermartabat," dihadiri oleh Menteri Sosial Tri Rismaharini. Sebanyak 27 kecamatan di Aceh Utara dan beberapa lokasi di seluruh Indonesia terhubung melalui telekonferensi dalam acara ini.

"HLUN kali ini berkomitmen untuk memberikan kehidupan yang layak dan meningkatkan kesejahteraan lansia," kata Mensos Risma.

Kementerian Sosial telah mengadakan berbagai kegiatan sejak awal Mei dengan program yang langsung menyentuh kebutuhan lansia. Dari sektor kesehatan, diadakan operasi katarak, donor darah, dan pemeriksaan kesehatan gratis. Bersama Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Kemensos juga menyediakan layanan perekaman KTP elektronik dan kartu keluarga bagi lansia.

Menurut Mensos, layanan ini memungkinkan perekaman dari pintu ke pintu (door to door) bagi lansia yang tidak bisa datang ke lokasi perekaman.

Kementerian Sosial juga memfasilitasi isbat nikah dan pembuatan akta nikah bagi lansia. Selain itu, aksesibilitas lansia ditingkatkan dengan penyaluran alat bantu seperti kacamata, alat bantu dengar, tongkat adaptif, dan kursi roda.

Bagi lansia potensial, Kemensos memberikan pelatihan, pameran hasil karya, dan bantuan modal usaha. Ada juga program Rumah Sejahtera Terpadu (RST) yang membangun kembali rumah lansia yang tidak layak huni.

Dengan begitu banyaknya program sosial untuk lansia, bisa dikatakan bahwa lansia di Indonesia mendapatkan perhatian yang melimpah.

Bahkan, perhatian negara ditandai dengan diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 88 Tahun 2021 tentang Strategi Nasional Kelanjutusiaan, yang menekankan perhatian khusus kepada lansia. Peraturan ini mengamanatkan kepada Kementerian/Lembaga untuk mewujudkan Lansia Sejahtera, Mandiri, dan Bermartabat, sesuai tema HLUN tahun ini.

Masa Itu Tiba

Ketika kita memasuki masa tua, sebaiknya kita tidak memanen banyak penyesalan karena kurangnya persiapan. Doktor Filsafat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Fahruddin Faiz, mengingatkan bahwa "Waktu adalah sumber daya yang tidak dapat diperbarui." Jika waktu disia-siakan, banyak kesempatan akan terlewatkan.

Masa tua seharusnya menjadi masa paling bahagia karena sebagian besar tanggung jawab hidup telah tertunaikan, sehingga bisa menikmati kelegaan hati dan hidup dengan santai.

Untuk menjadi lansia yang ideal—sehat, sejahtera, dan bermanfaat—diperlukan perjuangan panjang sejak muda. Berikut beberapa persiapan yang dapat dilakukan:

1. Alur waktu. Buatlah semacam jadwal kehidupan dari tahun ke tahun atau bisa meminjam konsep “Pelita” (Pembangunan Lima Tahun) ala zaman orde baru yang bisa kita ubah menjadi Proyek Lima Tahunan. Setiap lima tahun susun satuan perencanaan yang harus dikerjakan dan tentukan tenggat waktunya, maksimal di akhir periode semua rencana telah terlaksana.

Semisal,  dalam lima tahun ini akan mendirikan bangunan rumah pintar di tahun pertama, kemudian membuat yayasan sosial, tahun ketiga membuka sekolah gratis, lantas membangun website pada tahun berikutnya, dan menerbitkan buku di akhir Pelita. Anda sudah bisa mulai menyusun rancangan Pelita sejak mulai bekerja dan memperoleh penghasilan.

2. Gaya hidup. Terapkan gaya hidup sehat sedari muda karena kesehatan adalah investasi termahal dalam kehidupan. Bayangkan, apa gunanya hidup bergelimang harta bila anda penyakitan, bisa jadi harta terkuras habis untuk biaya pengobatan, dan tak ada yang bisa dinikmati jika badan digerogoti penyakit.

Kemudian jalankan pola hidup hemat dengan membelanjakan uang secara bertanggung jawab, biar pun anda memiliki kekayaan berlimpah. Gaya hidup hemat lebih menjanjikan kesejahteraan berkelanjutan, sementara hidup berfoya-foya berpotensi mengantarkan anda sejengkal lebih dekat dengan kebangkrutan.

3. Pendidikan dan tata nilai. Bekali dirimu dengan pendidikan yang baik dan terus meningkatkannya seiring usia, karena proses belajar tak kenal selesai atas alasan umur. Setelahnya, pastikan keturunanmu mengenyam pendidikan yang jauh lebih baik darimu. Sebab apa, karena tantangan zaman di masa depan jauh lebih keras ketimbang di zamanmu saat ini. Membekali mereka dengan pendidikan berkualitas untuk menjaganya agar nanti tidak mengalami keterbelakangan peradaban.

Yang tak kalah penting dari pendidikan adalah penanaman nilai. Setidaknya ada tiga nilai utama yang perlu ditanamkan kepada anak cucu atau anggota keluarga yakni: nilai agama, nilai moral, dan nilai sosial budaya. Dengan memberikan pedoman hidup pada segenap anggota keluarga, akan membuat mereka senantiasa berjalan pada lintasan yang benar, memiliki kesalehan dalam kehidupan spiritual, dan beradab dalam kehidupan sosial. Kelak ketika anda lansia akan bahagia menyaksikan anak keturunan semua hidup rukun, minim konflik, tidak rebutan harta warisan. Upayakan tidak meninggalkan generasi yang bertikai.

4. Kelola utang. Bila terpaksa memiliki utang, terlebih dulu pilihlah lembaga kreditur yang kredibel. Hitung dengan cermat besaran dan skema bunga serta tenornya. Pastikan mengambil utang hanya untuk kebutuhan primer (tempat tinggal, kendaraan) dan produktif (modal usaha). Tetapkan tenor dengan mempertimbangkan usia saat mengambil kredit dan akan lunas di umur tertentu. Upayakan mengambil utang/kredit selama usia produktif, dan telah lunas sebelum masa pensiun. Jangan sampai mewarisi keluarga dengan beban utang.

5. Warisan. Pikirkan warisan berharga yang ingin ditinggalkan bagi keturunan atau generasi berikutnya, lalu mengumpulkan upaya untuk mewujudkannya. Warisan, tidak selalu berupa harta benda, justru kita bisa memberi peninggalan yang lebih berharga dari itu. Semisal mewariskan sebuah yayasan sosial yang memiliki konsen menebar kebajikan pada alam dan sesama, niscaya menjadi amal jariyah sepanjang waktu.

Bermartabat
Sudah menjadi pemahaman umum bahwa lansia seringkali tidak berdaya karena usia lanjut dan sejumlah penyakit yang sering disebut "penyakit tua," termasuk kepikunan, yang kemudian menjadi beban tanggung jawab keluarga, lingkungan sekitar, hingga Dinas Sosial.

Beruntunglah jika anggota keluarga memiliki kesadaran dan kesabaran untuk merawat lansia dengan tulus. Jika tidak, lansia bisa hidup dalam kondisi yang memprihatinkan. Namun, drama masa tua ini bisa diantisipasi sejak muda dengan perencanaan yang matang.

Tetap aktif berkarya hingga usia tua dapat merawat kesehatan otak dan mental serta mengurangi potensi kepikunan. Terus berkarya dan melakukan kegiatan produktif juga dapat menimbulkan perasaan berharga sehingga lansia tidak mudah tersinggung, seperti yang sering terjadi karena merasa diri tidak berguna lagi.

Idealnya, lansia adalah golongan manusia yang telah memiliki segalanya karena tahap kehidupan mereka hampir mencapai paripurna. Mereka memiliki segudang pengetahuan dan pengalaman dari perjalanan hidup yang panjang. Jika "kekayaan" ini didukung oleh kondisi fisik yang prima, maka mereka menjadi lansia yang penuh kebijaksanaan, sumber petuah bagi generasi yang lebih muda.

Alih-alih menjadi beban, kehadiran lansia seharusnya seperti guru besar kehidupan yang menebar manfaat bagi lebih banyak orang dibanding saat muda. Inilah bagaimana manusia lanjut usia seharusnya berkembang, menjadi tua yang bermartabat. (ant)


Berita Lainnya