Opini

Prediksi Rasulullah SAW dan Realita Umat

Oleh: Shamsi Ali Al-Kajangi

Shamsi Ali — Satu Indonesia
08 April 2025 11:40
Prediksi Rasulullah SAW dan Realita Umat
Ilustrasi - Rasulullah Muhammad SAW (Foto: Satuindonesia.co/Mulyana)

JIKA kita sekali lagi menengok dengan mata terbuka realita keadaan umat masa kini sungguh menyedihkan dan memilukan. Di berbagai belahan dunia, termasuk di India dan Kashmir, daerah Xingjian China (Uighur), dan juga di Myanmar (Komunitas Rohingya) masih terus mengalami tekanan dan kezaliman yang luar biasa. Terlebih lagi Saudara-Saudara kita di Palestina  (Gaza) yang telah hampir 80 tahun mengalami perilaku hewani dari penjajah Zionis Israel. Dan semua itu terus terjadi tanpa ada kemampuan dari umat ini untuk menghentikannya. Umat lemah dan tidak berdaya melakukan tindakan nyata untuk menghentikan keganasan genosida terhadap bangsa Palestina. 


Seringkali kita mendengarkan bahwa itu terjadi karena kekuatan musuh. Penjajah zionis Israel misalnya disebut kuat karena didukung oleh negara terkuat dunia bernama Amerika Serikat. Karena kekuatan mereka dan dukungan negara kuat itulah bangsa Palestina di Gaza bukan saja mengalami penjajahan dan genosida. Tapi proses eliminasi total melalui pembunuhan massal dan kelaparan (starvation) yang disengaja.


Percayalah semua itu terjadi bukan pada faktor kekuatan musuh. Tapi kelemahan dan ketidakberdayaan umat Islam sedunia yang tidak lagi bisa dipahami secara nalar sehat. Kenyataannya umat Islam adalah kelompok terbesar dengan jumlah hampir 2 milyar orang. Umat Islam berada di negara-negara yang kaya secara sumber daya alam. Jumlah negara-negara Muslim mayoritas adalah organisasi terbesar kedua di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) setelah GNB (Gerakan non Blok). Sehingga kelemahan dan ketidakberdayaan Umat itu tidak dapat dipahami oleh akal sehat. 


Umat sedang sakit parah 


Realita paradoks Umat, di satu sisi besar dan harusnya kuat, namun di sisi lain lemah dan tak berdaya serta mengalami perlakukan buruk dan menyedihkan, menyadarkan kita kembali tentang “arahan-arahan samawi” (heavenly guidance) baik dari Al-Quran maupun hadits-hadits Rasulullah SAW. Bagaimanapun juga umat ini tidak akan pernah menyelesaikan permasalahannya tanpa acuan Ilahi yang diyakini. Kekuatan dan kemenangan atau sebaliknya kelemahan dan kekalahan umat ini semuanya tidak terlepas dari acuan-acuan samawi tadi. 


Kali ini saya ingin mengingatkan kita semua sebuah Hadits Rasulullah SAW yang merupakan prediksi kala itu tentang keadaan umat Islam masa depan. Hadits Rasulullah itu sebagai berikut: 


"قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: يوشك الأمم أن تتداعى عليكم كما تتداعى الأكلة إلى قصعتها. فقال قائل: ومن قلة نحن يومئذ؟ قال: بل أنتم يومئذ كثير، ولكنكم غثاء كغثاء السيل، ولينزعن الله من صدور عدوكم المهابة منكم، وليقذفن في قلوبكم الوهن. فقال قائل: يا رسول الله، وما الوهن؟ قال: حب الدنيا وكراهية الموت." (رواه أبو داود)

“Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 'Akan segera bangsa-bangsa berkumpul untuk menyerang kalian seperti orang-orang yang berkumpul untuk menyantap hidangan.' Seseorang bertanya: 'Apakah karena kita sedikit pada hari itu?' Beliau menjawab: 'Bahkan kalian pada hari itu banyak, tetapi kalian seperti buih di atas air bah, dan Allah akan menghilangkan rasa takut kepada kalian dari hati musuh-musuh kalian, dan akan menanamkan kelemahan dalam hati kalian.' Seseorang bertanya: 'Wahai Rasulullah, apa kelemahan itu?' Beliau menjawab: 'Cinta dunia dan takut mati”.  (HR. Abu Dawud)


Jika kita membaca secara lebih dalam hadits ini, seraya melihat realita umat masa kini, akan kita dapati jawaban terhadap teka-teki keadaan umat yang paradoksikal itu. Umat yang besar dan harusnya kuat, tapi lemah dan mengalami perlakukan yang menyedihkan dan menyakitkan dari umat-umat lain. 


Ada beberapa poin penting dari hadits tadi: 


Satu, akan bersegera bangsa-bangsa berkumpul menyerang kalian. Realita persekongkolan para musuh menyerang umat ini. Bukan hanya secara militer seperti yang kita pahami secara konvensional. Tapi serangan dalam berbagai aspek kehidupan; politik, ekonomi, media dan informasi, budaya dan bahkan agama.


Dua, kata berebut menyantap makanan mengindikasikan bahwa umat ini bagaikan makanan empuk. Makanan mengindikasikan  “natural resources” yang banyak. Realitanya dunia Islam memang penuh makanan-makanan yang diperebutkan oleh mereka yang lapar dan rakus. Dari minyak dan gas, ke emas dan pertambangan lainnya, hingga ke mineral dan sumber pertanian dan lautan. Semua itu adalah makanan-makanan yang diperebutkan oleh bangsa-bangsa yang bersekutu tadi.


Tiga, umat tidak kecil secara jumlah (minoritas). Tapi umat adalah kelompok besar bahkan diyakini terbesar atau akan menjadi terbesar dalam waktu yang tidak lama. Saat ini ada sekitar 1.8 milyar jumlah umat Islam sedunia dan terus bertambah. Konon kabarnya di tahun 2024 lalu saja ada sekitar tiga juta orang yang menerima Islam sebagai agama dan jalan hidupnya.


Empat, umat menjadi bagaikan buih di tengah laut. Buih yang tidak memiliki makna dan harga. Buih yang terapung-apung terbawa arus mengikut kepada arah angin yang menggiring pergerakan air laut. Gambaran umat yang seolah tidak punya makna, harga diri, kehormatan. Umat tidak memiliki posisi yang kuat sehingga terombang-ambing oleh pergerakan kepentingan orang lain. 


Lima, Allah mencabut rasa takut kepada umat ini dari hati musuhnya. Sebagaimana kita lihat sekarang ini, musuh-musuh itu bukan saja tidak takut. Tapi telah sampai pada situasi di mereka yakin bahwa apapun yang mereka lakukan tidak akan mendapat balasan dari umat ini. Mereka tidak lagi peduli dengan apapun yang mereka lakukan kepada umat ini. Karena mereka tahu umat ini akan diam dan tidak berbuat apa-apa. Bahkan mereka berhasil memperbudak sebagian umat untuk kepentingan mereka.


Enam, Allah memasukkan ke dalam dada umat ini sebuah sikap mental yang disebut “wahan”. Sebuah sikap mental yang mempengaruhi secara fundamental perilaku dan karakter umat ini. Dan ketika sahabat bertanya tentang “wahan” itu. Rasulullah tidak memberikan terjemahan kata maupun definisi dari kata itu. Beliau hanya memberikan fenomena (symptom) yang akan terjadi akibat wahan tersebut.


Tujuh, fenomena langsung atau symptoms akibat dari wahan tadi adalah “cinta dunia dan benci kematian”. Ketika penyakit wahan itu tertanam dalam jiwa maka yang terjadi adalah ketamakan dunia dan ketakutan terhadap kematian. Inilah yang terjadi dengan umat hari ini. Semua berlomba membangun dunianya sebesar mungkin. Dalam bahasa negara biasanya disebut demi “kepentingan nasional” (National interest). Akibatnya mereka menutup mata dan tak peduli dengan apa yang menimpa saudara-saudaranya di berbagai belahan dunia, khususnya Gaza/Palestina. 


Wahan itu perasaan inferioritas dan kehinaan 


Sesungguhnya jika dipahami lebih dalam lagi, kata wahan yang Rasulullah disebutkan di hadits tadi  menjadi fenomena dunia modern saat ini. Wahn berasal dari kata “wahana-yahinu-hinatun” yang dapat diartikan sebagai kehinaan atau sikap mental yang merasa rendah (inferioritas) yang lebih dikenal dengan “inferiority complex”. 


Mental dan karakter “inferiority complex” ini sesungguhnya yang menimpa umat saat ini. Ada perasaan lemah, tidak berdaya, dan bahkan tidak punya perasaan mulia (al-izzah) dengan Iman dan Islam. Sehingga umat lain dengan mudah menghinakan dan merendahkan umat ini dengan berbagai tindakan yang menyedihkan itu. 


Inferioritas atau kehinaan yang menimpa umat ini merupakan akibat langsung dari dari dua symptom (symptoms) yang disebutkan di hadits tadi; cinta dunia dan benci kematian (hubbud dunya wa karahiyatul maut). Kecintaan dunia yang berlebihan ini, selain menjadikan sikap hidup yang materialistis juga menjadikan umat kehilangan rasa kemanusiaannya. Hal yang menjadi fenomena umum ketika manusia kerasukan cinta duniawi yang berlebihan. Penyakit ini lebih dikenal  dengan “maaddiyah” atau paham materialisme. 


Karenanya masanya bagi umat ini berhenti sekedar meratap dan hanya menyalahkan orang lain. Agama mengajarkan bahwa Iblis dan tentaranya diberikan kesempatan luas untuk beraksi. Karenanya musuh-musuh itu pasti akan melakukan apa saja untuk membinasakan umat ini. Itu alami dan pasti. Karenanya umat jangan menghabiskan energi memikirkan kejahatan Iblis. Tapi bagaimana membentengi diri dari makar dan serangan Iblis dan sekutunya.


Sayangnya umat saat ini tidak saja lemah membentengi diri. Umat bahkan sebagian Umat tidak lagi malu-malu bersekongkol dengan musuh-musuh demi memuaskan nafsu dunianya yang semakin ganas. 


Wahai umat,  sadarlah! 

Penulis adalah Direktur Jamaica Muslim Center dan Presiden Nusantara Foundation


Berita Lainnya