Kesehatan

Pentingnya Edukasi Siswa Cegah DBD

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
12 Juli 2024 13:30
Pentingnya Edukasi Siswa Cegah DBD
Ilustrasi peserta Dengue Slayers Challenge.

JAKARTA - Aksi individu dan kolektif dari komunitas sangat penting untuk mengurangi infeksi dengue dan mencapai target nol kematian akibat dengue pada  2030, menurut dr. Agus Handito, S.K.M., M.Epid., dari Tim Kerja Arbovirosis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

"Kami sangat menghargai dukungan dari Takeda, ADVA, dan PJI melalui program edukasi bagi generasi muda. Inisiatif ini sejalan dengan Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021-2025, khususnya dalam meningkatkan keterlibatan masyarakat dan pengembangan inovasi," kata Agus. 

Dalam Dengue Slayers Challenge, siswa ditantang untuk menciptakan solusi inovatif dalam pencegahan dan pengendalian DBD, yang mencakup media edukasi, sistem pengawasan, dan strategi pengendalian nyamuk. Para siswa mendapatkan pelatihan mengenai demam berdarah dengue, desain berpikir, dan pendampingan dari mentor ahli. Tim terbaik akan mewakili Indonesia di Asia Dengue Summit ke-7 di Kuala Lumpur pada 5-7 Juni lalu untuk mempresentasikan ide mereka kepada komunitas internasional.

Program ini, yang diimplementasikan oleh Prestasi Junior Indonesia (PJI) dan Asia Dengue Voice and Action Group (ADVA) dengan dukungan PT Takeda Innovative Medicines dan Kementerian Kesehatan RI, telah meningkatkan pemahaman 123 siswa SMA/SMK dari 17 kota/kabupaten di Indonesia tentang demam berdarah, dan menghasilkan 41 solusi inovatif untuk pencegahan DBD di komunitas mereka.

Ide-ide yang diajukan termasuk aplikasi seluler yang memberikan notifikasi area penularan DBD, program edukasi berbasis proyek, dan buku interaktif edukasi DBD untuk anak-anak. Keterlibatan generasi muda dalam inisiatif ini sangat penting untuk mendorong partisipasi aktif dalam pencegahan DBD.

Robert Gardiner, penasihat akademik Prestasi Junior Indonesia, menyatakan bahwa program ini memberi siswa pengalaman eksplorasi menyeluruh tentang demam berdarah dan kesempatan untuk mewujudkan ide mereka menjadi karya nyata yang bermanfaat, sambil mengasah keterampilan abad ke-21 seperti berpikir kritis dan kolaborasi.

Prof. Dr. Sri Rezeki Hadinegoro, anggota komite pengarah ADVA untuk Indonesia, menambahkan bahwa inisiatif ini merupakan langkah konkret untuk meningkatkan partisipasi dan edukasi masyarakat, dengan generasi muda memainkan peran penting dalam penanggulangan DBD.

Kasus demam berdarah dengue di Indonesia semakin mendesak, dengan Kementerian Kesehatan RI mencatat 119.709 kasus dan 777 kematian hingga pekan ke-22 tahun 2024, meningkat tiga kali lipat dibandingkan tahun lalu. Hal ini menuntut upaya penanganan yang lebih inovatif dan melibatkan semua elemen masyarakat.

Andreas Gutknecht, Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, menegaskan komitmen Takeda untuk berkolaborasi dengan pemerintah dalam pencegahan DBD yang inovatif, menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi keluarga dan masyarakat. (ant)
 
 


Berita Lainnya