Opini

Mudik, Silaturahmi dan Urbanisasi 

Oleh: Musni Umar

Musni Umar — Satu Indonesia
29 Maret 2025 10:53
Mudik, Silaturahmi dan Urbanisasi 
Mudik lebaran yang selalu menjadi obat rindu kampung halaman (Foto: Istimewa)

SALAH satu fenomena sosial yang kolosal dan menjadi pusat pemberitaan media mainstream dan media sosial menjelang  Hari Raya Idul Fitri ialah mudik. 


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mudik berarti pulang kampung halaman atau kembali ke udik.


Pulang kampung halaman menjelang Hari Raya Idul Fitri, merupakan fenomena sosial yang selalu terjadi setiap tahun menjelang akhir puasa ramadhan. 


Mudik menjelang Idul Fitri tidak hanya  dilakukan oleh bangsa Indonesia yang mayoritas umat Islam,  tetapi bangsa lain di berbagai belahan dunia, tradisi mudik juga dilakukan dengan tujuan yang sama, yakni reuni atau istilah di Indonesia silaturahmi keluarga untuk merayakan momen penting bersama orang-orang tercinta.


Mudik dan Silaturahmi 


Budaya yang sudah berakar dikalangan bangsa Indonesia dan sudah diamalkan adalah silaturahmi atau silaturrahim sesudah menjalankan puasa ramadhan.


Untuk mewujudkan silaturahmi dengan keluarga dekat dan jauh di kampung halaman, maka mudik merupakan cara yang harus dilakukan.


Tidak peduli perjalanan pulang kampung halaman banyak hambatan dan rintangan seperti biaya pulang kampung mahal,  macet dan sebagainya. Pokoknya pulang kampung.


Tujuan pulang kampung halaman pada umumnya untuk silaturahmi keluarga dan ziarah ke makam orang tua, kakek dan nenek dan keluarga dekat, juga menikmati suasana kampung halaman.


Urbanisasi Pasca Mudik


Masalah yang selalu terjadi pasca mudik lebaran Idul Fitri, penduduk desa terutama yang masih muda (Gen Z) ikut pindah ke kota. Ada yang diajak keluarga atau teman, ada pula yang terpengaruh kesuksesan keluarga atau teman sekampung yang merantau ke Jakarta, sehingga mereka mau mengikuti jejak mereka.


Oleh karena itu, urbanisasi yaitu  perpindahan penduduk dari desa atau kota kecil ke kota besar, sulit dicegah.


Pertanyaannya, mengapa urbanisasi marak terjadi dan sulit dicegah pasca mudik lebaran?  Pertama, mudik lebaran dikampung halaman sulit dilepaskan  tidak adanya  unsur pamer kekayaan. Dampaknya, penduduk desa terutama para Gen Z terpicu mengikuti jejak mereka dengan melakukan urbanisasi.


Kedua, mereka yang mudik lebaran dikampung halaman nampak cantik, ganteng dan menarik,  apalagi mudik dengan naik mobil, kapal terbang,   naik kereta api dan motor baru. Para pemuda desa, terobsesi ingin maju seperti  pemudik. Karena itu dengan bermodalkan semangat, mereka beranikan diri mengikuti jejak pemudik berpindah di kota besar.


Ketiga, di desa belum terbuka lapangan pekerjaan. Satu-satunya cara untuk mengubah hidup dari menganggur menjadi punya pekerjaan dan kaya dengan melakukan  urbanisasi. Walaupun dalam kenyataan belum tentu seperti yang diimpikan 


Keempat, di kota besar seperti Jakarta menjanjikan untuk berkembang dan maju, sementara di desa  hidup rutinitas - tidak ada harapan maju seperti para pemudik yang pulang kampung.


Kelima, para Gen Z di desa sangat dipengaruhi pemberitaan media dan cerita sukses para pemudik. Oleh karena itu, jiwa muda mendorong mereka melakukan urbanisasi.


Menurut saya urbanisasi dan bahkan migrasi ke negara lain untuk mencari penghidupan yang layak tidak bisa di cegah. Pemerintah dan lembaga pendidikan, sebaiknya menyiapkan mereka supaya memiliki ketrampilan kerja dan menumbuhkan nasionalisme dan talenta berbisnis, sehingga mereka sukses saat melakukan urbanisasi atau migrasi ke negara lain.


Berita Lainnya