Kesehatan

Mudah Marah Ternyata Salah Satu Gelala Malnutrisi yang Perlu segera DItangani

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
19 hours ago
Mudah Marah Ternyata Salah Satu Gelala Malnutrisi yang Perlu segera DItangani
Presiden Perhimpunan Nutrisi Indonesia Dr. dr. Luciana B. Sutanto, MS, SpGK(K) (dua kanan) dalam acara diskusi Pekan Sadar Malnutrisi 2024 tentang pencegahan malnutrisi sedari dini yang diselenggarakan di Jakarta, Selasa (17/9/2024).

JAKARTA - Dokter spesialis gizi klinik dari Universitas Indonesia, Dr. dr. Luciana B. Sutanto, MS, SpGK(K), menekankan bahwa malnutrisi dapat berdampak serius pada kesehatan jika tidak segera diatasi.

"Jika malnutrisi tidak dikenali dan diobati, kondisi kesehatan bisa semakin memburuk, terutama pada kelompok rentan seperti orang tua, penderita penyakit kronis, dan pasien dengan infeksi," ujar Luciana dalam diskusi "Pekan Sadar Malnutrisi 2024" di Jakarta, Selasa.

Malnutrisi mencakup kondisi kekurangan, kelebihan, atau ketidakseimbangan dalam asupan energi dan/atau nutrisi. Berdasarkan informasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), malnutrisi meliputi stunting (pertumbuhan tinggi badan tidak sesuai usia), wasting (berat badan rendah untuk tinggi badan), underweight (berat badan rendah untuk usia), serta defisiensi mikronutrien (kekurangan vitamin dan mineral penting).

Kelebihan gizi pun menjadi masalah, seperti kelebihan berat badan, obesitas, dan penyakit tidak menular terkait pola makan, termasuk penyakit jantung, stroke, diabetes, dan kanker. "Malnutrisi tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik dan meningkatkan risiko kematian, tetapi juga menimbulkan beban ekonomi besar, seperti meningkatnya biaya rawat inap dan rehabilitasi," jelas Luciana, yang juga Presiden Perhimpunan Nutrisi Indonesia.

Ia menyoroti bahwa malnutrisi, terutama pada anak-anak dan ibu hamil, adalah masalah kesehatan serius di Indonesia. Laporan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) menunjukkan bahwa prevalensi stunting nasional pada 2023 mencapai 21,5 persen, hanya turun sedikit dari 21,6 persen di tahun 2022. Selain itu, menurut riset dari Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), sekitar 21 juta warga atau tujuh persen penduduk Indonesia mengalami kekurangan gizi, dengan asupan kalori harian di bawah standar Kementerian Kesehatan sebesar 2.100 kkal per kapita.

Luciana menjelaskan bahwa penyebab utama malnutrisi di Indonesia antara lain kemiskinan, kurangnya akses terhadap pangan bergizi, rendahnya pengetahuan tentang gizi, serta tidak meratanya layanan kesehatan.

Untuk mengatasi masalah ini, Pekan Sadar Malnutrisi 2024 diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang dampak malnutrisi dan cara mencegahnya. Kegiatan ini berlangsung dari 16 hingga 20 September, dengan fokus pada edukasi tentang pencegahan dan penanganan malnutrisi. Luciana juga menggarisbawahi pentingnya mencegah malnutrisi sedini mungkin dengan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang tanda-tanda malnutrisi. Gejala kekurangan gizi meliputi berat badan rendah, lengan dan kaki kurus, kelelahan, mudah pingsan, mudah marah, rambut rontok, suhu tubuh rendah, dan tekanan darah rendah.

Sementara itu, tanda-tanda kelebihan nutrisi termasuk kelebihan berat badan, tekanan darah tinggi, dan resistensi insulin. Luciana menambahkan bahwa kolaborasi lintas sektor sangat diperlukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pola makan seimbang guna mencegah malnutrisi. (ant)
 

​​​​​​​

 


Berita Lainnya