Kesehatan

Masalah Ibu Menyusui Tidak Lancar, Begini Solusinya

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
04 Agustus 2024 17:30
Masalah Ibu Menyusui Tidak Lancar, Begini Solusinya
Ilustrasi Ibu menyusui bayinya.

Jakarta - Bidan dan pendiri bumilpamil, Jamilatus Sadiyah, menyatakan proses menyusui yang tidak lancar sering kali disebabkan oleh kurangnya persiapan awal dari ibu dan ketidakpercayaan diri mereka.

"Banyak yang menganggap menyusui adalah proses alami sehingga tidak tahu cara memastikan ASI cukup untuk bayi. Kuncinya adalah supply dan demand, semakin sering bayi disusui, semakin banyak ASI yang diproduksi. Jika ibu relaks dan tenang, ASI akan lebih mudah keluar," kata Jamilatus, lulusan Poltekkes Kemenkes Jakarta 3, dalam wawancara daring.

Ia menambahkan ketidakpercayaan diri ibu dan pemikiran bahwa ASI mereka tidak cukup sering kali disebabkan oleh perlekatan yang tidak tepat saat menyusui. Perlekatan yang salah dapat menyebabkan puting ibu lecet, sehingga bayi tidak bisa menyusu secara optimal, yang akhirnya berdampak pada berat badan bayi yang sulit naik.

Konselor laktasi ini juga menyatakan ASI yang tidak lancar dapat disebabkan oleh stres pada ibu, yang dapat menurunkan hormon prolaktin yang memproduksi ASI. Jamilatus menjelaskan ASI yang keluar dari ibu akan menyesuaikan dengan kebutuhan bayi, dan menekankan kualitas ASI sama baiknya, tidak tergantung pada makanan yang dikonsumsi ibu.

"Ketika bayi menyusu, ada metode yang disebut baby spit back wash, di mana air liur bayi bercampur dengan ASI dan masuk kembali ke dalam puting ibu. Tubuh ibu kemudian akan menghasilkan ASI yang sesuai dengan kebutuhan bayi berdasarkan tanda-tanda dari air liur tersebut," jelas Jamilatus.

Ia menambahkan bahwa ASI adalah zat hidup yang berubah setiap saat sesuai dengan kebutuhan bayi. Saat bayi sakit, ASI akan penuh dengan antibodi, dan seiring bertambahnya usia bayi, kandungan protein dan lemak dalam ASI juga akan menyesuaikan.

Ibu yang baru melahirkan harus mengetahui bahwa ASI pertama atau kolostrum mengandung antibodi dan protein tinggi yang penting untuk daya tahan tubuh dan perkembangan otak bayi. Untuk memastikan kelancaran menyusui, Jamilatus menyarankan ibu dan bayi berada dalam satu kamar serta belajar memposisikan perlekatan yang tepat dengan bantuan konselor laktasi. Ibu juga perlu berlatih relaksasi untuk menghindari kekhawatiran dan stres yang dapat memperlambat keluarnya ASI.

Jamilatus juga menyarankan agar keluarga dan pasangan mempelajari anatomi dan fisiologi menyusui untuk dapat membantu ibu jika mengalami kesulitan.

Ia menekankan WHO menyarankan ibu untuk melakukan tujuh kontak agar menyusui lebih lancar, mulai dari kehamilan 28 hingga 36 minggu ketika ASI sudah siap keluar, melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD), serta menyusui bayi pada hari pertama hingga ketiga pasca persalinan, dan satu hingga empat minggu pasca persalinan. (ant)
 
 


Berita Lainnya