Features

Kisah Sukses Sarjana Fisika Ajak Masyarakat Kota Bisnis Pertanian

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
23 Juni 2024 17:00
Kisah Sukses Sarjana Fisika Ajak Masyarakat Kota Bisnis Pertanian
Habib Thabrani, salah satu pendiri Tanduria.

JAKARTA - Sebuah inisiatif menarik datang dari lima pemuda di Kota Malang, Jawa Timur, yang bersatu dalam keinginan untuk membangun bisnis di bidang pertanian sambil mendorong minat masyarakat, terutama di wilayah perkotaan, terhadap kegiatan berkebun. Hal ini mendorong mereka untuk mendirikan Tanduria.

Tanduria merupakan akronim dari "tandur dengan ceria," diambil dari bahasa Jawa sebagai sebutan menanam padi tradisional. Tanduria kini menjadi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang fokus pada retail peralatan berkebun serta edukasi bertanam yang berbasis di Malang.

Perjalanan usaha ini dimulai pada tahun 2021, saat pandemi covid-19 masih melanda Indonesia. Seorang alumni Teknik Fisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya bernama Habib Thabrani bersama empat teman kampusnya berinisiatif mendirikan usaha dengan modal awal Rp5 juta.

Modal tersebut dikumpulkan dari hasil patungan Habib bersama empat temannya yang berasal dari simpanan pribadi masing-masing. Dengan modal tersebut, mereka menyewa tempat tinggal yang juga berperan sebagai pusat operasional, membeli peralatan berkebun yang bisa dijajakan, dan kelengkapan pendukung lain sebagai permulaan bisnis mereka.

Meskipun tidak memiliki latar belakang pendidikan maupun pengalaman di bidang pertanian, termasuk Habib yang berlatar belakang ilmu Fisika, mereka memiliki minat terhadap tanaman karena melihat kaitan erat antara ilmu-ilmu sains yang dipelajari di perguruan tinggi dengan kelangsungan hidup tumbuhan.

Kini, bisnis Habib dan kawan-kawan itu menjual berbagai perlengkapan berkebun, seperti pupuk organik, benih, peralatan berkebun, pestisida nabati, dan media tanam. Dari berbagai macam produk tersebut, pupuk organik menjadi yang paling diminati, mencapai 60 hingga 70 persen dari total penjualan. Dalam satu bulan, UMKM itu bisa menjual hingga ribuan liter pupuk organik.

Setelah 3 tahun menjalankan bisnis, usaha ini terbilang sukses dengan omzet berkisar antara Rp200 juta sampai Rp300 juta setiap bulan, bahkan bisa lebih tinggi lagi pada akhir tahun.

Selain menjual peralatan berkebun, Habib juga memanfaatkan platform jejaring sosial untuk membagikan kiat-kiat berkebun. Akun media sosialnya saat ini memiliki 531 ribu pengikut dengan konten tentang tips dan edukasi berkebun melalui video pendek, seperti tips merawat tanaman di musim kemarau, teknik mencangkul, informasi media tanam, dan banyak lagi informasi lain yang membantu masyarakat yang ingin memulai hobi berkebun.

Habib dan kawan-kawan juga melakukan berbagai inisiatif lain, seperti kursus dan lokakarya mengenai pertanian di perkotaan serta menjalin kolaborasi dengan instansi pemerintah dan organisasi nirlaba untuk membagikan edukasi pertanian yang berkelanjutan. Dengan demikian, mereka ingin membuktikan bahwa berkebun atau bertani tidak sepenuhnya bisa ditinggalkan oleh generasi muda perkotaan. Pertanian menunggu sentuhan anak-anak muda, termasuk yang berpendidikan tinggi, untuk terjun. (ant)


Berita Lainnya