Features

Kisah Sukses Brand Fesyen Lokal Elizabeth yang Eksis dalam Enam Dekade

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
14 Juni 2024 19:30
Kisah Sukses Brand Fesyen Lokal Elizabeth yang Eksis dalam Enam Dekade
Produk-produk mode yang diproduksi oleh jenama fesyen asal Bandung, Elizabeth. Elizabeth merupakan jenama fesyen yang telah didirikan sejak 1963. Foto diambil saat berkunjung ke Pabrik Elizabeth di Cimahi, Jawa Barat, Rabu (12/6/2024). (ANTARA/Livia Kristianti)

CIMAHI - Jenama mode lokal asal Bandung, Elizabeth, membagikan kisah menarik tentang bagaimana mereka membangun kepercayaan dan mempertahankan bisnis selama lebih dari enam dekade. Konsistensi dalam prinsip keberlanjutan, baik dari desain produk maupun menjaga lingkungan, menjadi kunci kesuksesan mereka.

Brand Manager Elizabeth, Resti Ghita Pribadi, mengisahkan usaha ini dimulai oleh sepasang suami istri, Handoko Subali dan Elizabeth Halim, pada 1963. Awalnya, mereka memproduksi tas travel dan memasarkan secara door-to-door. Elizabeth berhasil menjaga eksistensinya dengan beradaptasi, termasuk dalam pemasaran digital. Mereka memperluas bisnisnya dari tas ke pakaian siap pakai dan sepatu. Pada 2018, Elizabeth mulai digitalisasi dengan bergabung ke Tokopedia. Saat pandemi melanda dan toko fisik tutup, penjualan online mereka justru meningkat 3-5 kali lipat, memungkinkan mereka untuk tetap operasional tanpa memberhentikan karyawan.

Elizabeth tidak hanya mengandalkan 98 gerai luringnya, tetapi juga memperluas jangkauan melalui platform daring. Mereka mengikuti tren pemasaran digital, seperti acara penjualan di tanggal kembar dan live streaming. Salah satu kesuksesan pemasaran daring mereka adalah menarik pelanggan dari Papua, meski belum ada gerai di sana.

Untuk menjaga ketertarikan pelanggan, Elizabeth rutin memperbarui desain produk mereka. Misalnya, untuk tas, setiap dua minggu sekali selalu ada desain baru. Desain ini disesuaikan dengan target pasar yang meliputi empat generasi, dari Baby Boomers hingga Generasi Z. Desain tas untuk Baby Boomers dan Generasi X cenderung sederhana dengan warna netral, sementara untuk Generasi Milenial dan Z, Elizabeth menyiapkan desain yang unik dan warna-warni.

Keberhasilan Elizabeth juga didukung oleh komitmen mereka terhadap lingkungan. Mereka memastikan proses produksi seminimal mungkin menghasilkan limbah dan mendapatkan predikat biru dari Dinas Lingkungan Hidup atas pengelolaan limbah yang baik. Elizabeth juga mempraktikkan reduce, reuse, dan recycle dalam produksi mereka.

Pemberdayaan tenaga lokal dan perempuan juga menjadi fokus Elizabeth. Di pabrik mereka di Cimahi, dari 800 karyawan, mayoritas adalah perempuan dan berasal dari sekitar pabrik. Pemberdayaan ini memastikan kualitas produksi tetap terjaga, yang pada akhirnya meningkatkan penjualan. Dengan strategi-strategi tersebut, Elizabeth berhasil mempertahankan keberlanjutan bisnisnya dan terus eksis hingga lebih dari enam dekade. (ant)
 
 


Berita Lainnya